Sejumlah hotel di Jakarta dijual dengan harga Rp85 miliar hingga Rp2,7 triliun. Krisis saat pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebabnya.
Iklan penjualan hotel-hotel berbintang tiga dan empat tersebut terpampang di berbagai online marketplace.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Resotran Indonesia (PHRI) Jakarta, Sutrisno, mengatakan bahwa beberapa hotel sudah dijual sebelum pandemi Covid-19.
Namun, saat pandemi Covid-19, jumlah hotel yang dijual lebih banyak lagi demi menghindari kerugian.
Hotel di Jakarta Dijual
Melansir detik.com, Kamis (4/2/2021), beberapa hotel yang dijual di situs jual beli online tersebut di antaranya adalah:
- Delua Hotel di Mangga Besar, Jakarta Barat – Rp85 miliar.
- Hotel Ibis Budget di Tanah Abang, Jakarta Pusat – Rp85 miliar.
- Hotel Losari di Roxy, Jakarta Pusat – Rp90 miliar.
- GP Mega Kuningan Hotel – Rp120 miliar.
- Goodrich Hotel di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan – Rp260 miliar.
- Le Meridien di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat – Rp2,7 triliun.
Pengusaha Berharap Keringanan Pajak
Sutrisno menyebut bahwa pengusaha terpaksa menjual hotel-hotel tersebut karena biaya operasional dan pembayaran kredit terus berjalan.
“Kalau telat bayar kredit, dendanya akan menumpuk. Jadi harus dijual, kecuali ada investor mau nutup dulu cicilan. Semakin hari kalau tidak dibayar kreditnya kan semakin menumpuk,” kata Sutrisno, dikutip dari Kompas.com, Jumat (5/2/2021).
Dengan kondisi tersebut, Sutrisno mengatakan, pengusaha berharap pemerintah dapat meringankan beban pengusaha hotel agar tetap bertahan.
Salah satu bantuan yang sangat mempengaruhi kelanjutan industri perhotelan adalah keringanan pajak.
“Kami berharap pemerintah meringankan biaya produksi, seperti biaya listrik, pajak. Jangan ngejar pajak terlalu kuat lagi,” kata Sutrisno.
Dia berharap, selama pandemi Covid-19 seperti sekarang, pemerintah lebih memahami kesulitan pengusaha.
Jika pengusaha hotel dan restoran terus dikejar pajaknya, menurutnya, industri perhotelan bisa mati karena sangat terdampak PSBB.
Hotel di Yogyakarta Juga Alami Krisis
Krisis tidak hanya dialami hotel-hotel di Jakarta.
Sejumlah hotel di Yogyakarta juga mengalami krisis bahkan hingga berhenti beroperasi.
Beberapa hotel dikabarkan berhenti sementara dan beberapa hotel lainnya gulung tikar karena tidak mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan data PHRI, sebanyak 172 hotel dan restoran sudah tidak beroperasi, namun masih mempekerjakan karyawannya.
Sementara, sebanyak 50 hotel dan restoran dikabarkan sudah benar-benar tutup.
Salah satu solusi para pengusaha hotel yang tidak bisa bertahan adalah menjual hotelnya.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranawa Eryana, mengatakan bahwa saat ini kondisi pengusaha hotel di Yogyakarta kesulitan mengatasi masalah cash flow.
Tingkat okupansi yang hanya berkisar di angka 10% membuat pendapatan hotel pun sangat minim.
Padahal, pengusaha masih harus menanggung beban biaya listrik, air, BPJS karyawan, dan lain-lain.
“Realita sekarang kondisi hotel dan restoran di DIY ya seperti ini, sudah SOS. Tanpa ada solusi dari pemerintah, campur tangan dari pemerintah. Kita tidak mengemis, tapi ini realita. Kita sudah tidak bisa apa-apa lagi,” kata dia, dikutip dari detik.com, Rabu (3/2/2021).
Dia berharap, pemerintah bisa kembali memberikan bantuan untuk meringankan beban pengusaha.
Jika tidak, dalam waktu tiga bulan ke depan, diprediksi akan semakin banyak hotel yang tutup.
“Kita minta sentuhan lagi dari pemerintah. Jangan sampai PHRI sudah diberi, nggak ngaku diberi. Saya mengaku kok, kemarin sudah diberi. Tapi dengan ada pembatasan ini semakin drop, kita butuh solusi,” kata Deddy.
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99 ya!
Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di situs Berita Properti 99.co Indonesia.
Kamu sedang mencari apartemen di Jakarta Selatan?
Bisa jadi Kuningan City adalah jawabannya!
Cek saja di 99.co/id untuk menemukan apartemen idamanmu!