Prabowo dan Habibie ternyata memiliki hubungan yang tak biasa, keduanya bahkan sempat bersitegang di tahun 1998. Ternyata akar permasalahannya cukup rumit, lo!
Di akhir pemerintahan Presiden RI ke-2 Soeharto pada 1998, B. J. Habibie yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden menggantikan kursi Soeharto.
Namun tak banyak orang yang tahu bahwa di akhir pemerintahan Soeharto, Prabowo dan Habibie sempat terlibat perseteruan.
Perseteruan keduanya berada di puncak ketegangan ketika Soeharto lengser.
Kira-kira apa akar masalah perseteruan Prabowo dan Habibie?
Kisah Perseteruan Prabowo dan Habibie
Prabowo Dicopot dari Pangkostrad
Ketika Habibie menduduki kursi presiden pada 23 Mei 1998, Prabowo dicopot dari jabatannya sebagai Pangkostrad.
Posisi Pangkostrad yang semula dipegang oleh Prabowo digantikan sementara oleh Johny Lumintang.
Johny kemudian ditugaskan untuk mengembalikan seluruh pasukan Kostrad yang ada di Jakarta untuk kembali ke daerahnya masing-masing.
Bagi Prabowo, Mei 1998 adalah waktu kelam dalam hidupnya karena ia dituduh secara sepihak mengerahkan pasukannya selama kerusuhan pada tahun tersebut.
Prabowo pun dicopot dari jabatannya dengan surat keterangan tertanggal 21 Agustus 1998 yang menyebutnya melanggar etika sebagai prajurit.
Tak hanya itu saja, Prabowo juga dituding menggerakkan pasukan Kostrad dari luar kota ke Jakarta di luar komando resmi Wiranto, Panglima ABRI saat itu.
Sebagian pasukan Kostrad juga dituduh mengepung kediaman Habibie.
Prabowo Ingin Menemui Habibie
Setelah dicopot dari Pangkostrad, Habibie mendapat informasi bahwa Prabowo ingin menghadap ke Istana untuk menemuinya.
Namun Habibie menyimpan kekhawatiran atas keinginan Prabowo untuk menemui dirinya, apalagi jika membawa senjata.
Dalam peraturan dijelaskan bahwa siapa saja yang menghadap Presiden tidak diizinkan membawa senjata.
“Tentunya itu (tak membawa senjata) berlaku untuk Panglima Kostrad. Namun bagaimana halnya dengan menantu Pak Harto? Apakah Prabowo juga akan diperiksa? Apakah pengawal itu berani?” ungkap Habibie dalam autobiografi “Detik-Detik yang Menentukan”.
Prabowo akhirnya menghadap Habibie tanpa membawa senjata, namun saat itu ia geram karena baru saja dicopot dan dimutasi menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Prabowo berdalih bahwa tujuannya menghadap ingin mengamankan Habibi karena aksi kerusuhan 1998.
Niat itu disanggah Habibie, sebab tugas pengamanan presiden dilakukan oleh Paspampres, bukan Pangkostrad.
Namun, Prabowo tetap bersikeras untuk mendapatkan kembali posisi Kostrad.
“Atas nama ayah saya, Prof. Soemitro Djojohadikusumo, dan ayah mertua saya, Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad,” kata Prabowo seperti ditulis Habibie.
Habibie menolak permintaan Prabowo dan memintanya untuk patuh pada putusan pimpinan.
***
Semoga bermanfaat, Sahabat 99.
Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.
Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!