Tidak banyak yang tahu, Soekarno ternyata sempat menangis ketika menyetujui hukuman mati untuk seorang pemberontak. Pasalnya, pria yang ia hukum merupakan sahabatnya sendiri. Berikut kisah selengkapnya!
Ketika Indonesia baru saja merdeka, sempat terjadi pemberontakan di sejumlah daerah.
Salah satu yang paling terkenal adalah pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat.
Pada akhirnya, pemimpin kelompok ini berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Tidak disangka, vonis mati ini ternyata membuat Soekarno menitikkan air mata, lo.
Cek cerita lebih jelasnya berikut ini, ya!
Kisah Hukuman Mati Pentolan Pemberontak, Kartosuwiryo
Tentara Islam Indonesia (TII) merupakan kelompok pemberontak pimpinan Imam Besar Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.
Mereka memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949.
Menurut catatan sejarah, aksi pemberontakan ini berawal dari kekecewaan Kartosuwiryo terhadap pemerintah Indonesia.
Pasalnya, sebagian wilayah tanah air kembali berada dalam kekuasaan Belanda setelah perjanjian Renville.
Sang imam akhirnya memutuskan untuk melakukan perlawanan di tengah agresi militer Belanda yang intens.
Seiring berjalannya waktu, gerakan TII tidak hanya muncul di Jawa Barat, tetapi juga Aceh, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Pemberontakan mereka menjadi yang terlama pasca kemerdekaan Indonesia.
Namun, di tahun 1962, pemerintah berhasil menaklukkan TII melalui operasi Bharata Yudha dengan taktik pagar betis.
Pemerintah lantas menjatuhkan hukuman mati kepada Kartosuwiryo.
Eksekusinya sempat tertunda 3 bulan karena Soekarno enggan meneken surat keputusan hukuman.
Alasan Soekarno Enggan Menghukum Kartosuwiryo
Pergolakan hati Soekarno ternyata bukan tanpa alasan, mengingat Kartosuwiryo merupakan sahabat karibnya sekaligus saudara sepeguruannya.
Keduanya saling mengenal ketika berguru kepada Hadji Oemar Said Tjokroaminoto di kawasan Peneleh, Surabaya, pada tahun 1918-an.
Tumbuh dewasa, Soekarno memilih ideologi politik bercorak nasionalis sementara Kartosuwiryo memegang teguh ideologi perjuangan Islam.
“Ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, dia berjuang semata-mata menurut azas agama,” demikian penjelasan Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.
Karena itu, saat harus menjatuhi sahabatnya hukuman mati, Soekarno berkali-kali menyingkirkan berkas persetujuan dari atas meja kerjanya.
Pada akhirnya, Megawati Soekarnoputri lah yang menyadarkannya.
Putrinya mengingatkan Bung Karno untuk menepati janji sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Tidak selayaknya ia mencampur-adukkan antara hakikat persahabatan dan tugas negara.
Setelah termenung lama, presiden pertama Indonesia ini akhirnya menandatangani berkas vonis Kartosuwiryo sembari menangis.
Eksekusi hukumang sang Imam kemudian berlangsung pada 5 September 1962 di pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.
***
Itu dia kisah hukuman mati Kartosuwiryo yang membuat Soekarno menitikkan air mata.
Temukan artikel menarik lainnya hanya di Google News Berita 99.co Indonesia.
Jangan lupa, kunjungi juga 99.co/id dan Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu untuk menemukan hunian impian.
Ada beragam penawaran menarik seperti perumahan Rosalie Hills.