Inilah kumpulan cerita rakyat Bali pendek yang paling populer dan penuh makna. Simak, yuk!
Cerita rakyat adalah kisah mengenai perjuangan, cinta, dan kehidupan yang terjadi di masa lampu.
Ciri-ciri cerita rakyat sendiri yakni disampaikan secara turun-temurun dan kaya akan nilai-nilai luhur penuh makna.
Dari banyaknya daerah yang ada di Indonesia, Bali menjadi salah satu provinsi yang memiliki banyak cerita rakyat atau legenda.
Cerita rakyat Bali diperkenalkan secara turun menurun kepada setiap generasi.
Sama halnya seperti cerita rakyat yang ada di daerah lain, legenda yang ada di Bali juga berisi kisah-kisah penuh pesan moral yang bisa dijadikan sebagai nasihat dalam kehidupan.
Nah, di bawah ini adalah cerita rakyat Bali yang bisa menjadi dongeng sebelum tidur.
Kumpulan Contoh Cerita Rakyat Bali Pendek
Dilansir dari berbagai sumber, berikut kumpulan cerita daerah Bali yang melegenda.
1. Cerita Rakyat dari Bali: Legenda Danau Batur
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di kaki Gunung Batur, hiduplah sepasang suami istri yang telah lama menikah namun belum dikaruniai seorang anak.
Mereka terus berdoa agar dikaruniai keturunan, hingga akhirnya doa mereka dikabulkan oleh Sang Hyang Widi Wasa. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Kebo Iwa.
Kebo Iwa tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan besar. Ia memiliki nafsu makan yang luar biasa, setara dengan 10 orang dewasa.
Seiring berjalannya waktu, Kebo Iwa menjadi semakin kuat dan besar. Ia mampu mengangkat gunung dan membelah bukit.
Pada suatu hari, Raja Bali, Dalem Batur, memerintahkan Kebo Iwa untuk membuat bendungan di Gunung Batur.
Bendungan tersebut bertujuan untuk membendung air lahar dan melindungi desa-desa di sekitarnya.
Kebo Iwa pun mulai bekerja. Ia menggali tanah dan batu dengan tangannya. Ia bekerja tanpa lelah selama berhari-hari. Akhirnya, bendungan tersebut selesai dibangun.
Bendungan tersebut sangat besar dan kokoh. Ia mampu membendung air lahar dan melindungi desa-desa di sekitarnya.
Namun, bendungan tersebut juga menyebabkan terbentuknya Danau Batur.
Kebo Iwa sangat lelah setelah bekerja selama berhari-hari. Ia pun memutuskan untuk beristirahat di sebuah tempat di tepi danau. Ia tertidur di sana dan tidak pernah bangun lagi.
Penduduk desa sangat berterima kasih kepada Kebo Iwa. Sebaca ucapan terima kasih, mereka pun membuat sebuah patung Kebo Iwa di tepi Danau Batur.
Pesan moral: Cerita daerah Bali ini mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Niscaya, kebaikan itu akan berbuah kebaikan juga.
2. Cerita Rakyat Bali Pendek: Asal Muasal Selat Bali
Berikut contoh cerita Bali singkat yang menarik untuk dibaca.
Dahulu, di sebuah kerajaan bernama Doha, hiduplah seorang pemuda bernama Manik Angkeran. Ia adalah putra seorang Brahmana bernama Sidhi Mantra.
Manik Angkeran terkenal sebagai pemuda yang kuat dan cerdas, tetapi ia juga mudah dipengaruhi oleh teman-temannya.
Suatu hari, Manik Angkeran bertemu dengan sekelompok pemuda yang suka berjudi. Pemuda-pemuda tersebut mengajak Manik Angkeran untuk ikut berjudi.
Manik Angkeran awalnya menolak, namun ia akhirnya tergoda dan ikut berjudi.
Manik Angkeran ternyata sangat mahir dalam berjudi. Ia selalu menang dalam setiap pertandingan.
Namun, kemenangan tersebut membuat Manik Angkeran menjadi sombong dan angkuh. Ia sering memamerkan kekayaannya kepada orang lain.
Pada suatu hari, Manik Angkeran kalah dalam sebuah pertandingan judi. Ia berhutang kepada lawan judinya sejumlah uang yang sangat besar.
Manik Angkeran tidak memiliki uang untuk membayar hutangnya.
Kepala desa setempat, yang merupakan teman ayahnya, menawarkan bantuan kepada Manik Angkeran.
Ia mengatakan bahwa Manik Angkeran bisa meminta bantuan kepada Naga Besukih, seekor naga yang tinggal di Gunung Agung.
Manik Angkeran pun pergi ke Gunung Agung untuk menemui Naga Besukih. Ia meminta Naga Besukih untuk memberikan hartanya untuk membayar hutangnya.
Naga Besukih setuju untuk memberikan hartanya kepada Manik Angkeran, dengan syarat Manik Angkeran harus bersedia menjadi tumbal. Manik Angkeran setuju dengan syarat tersebut.
Naga Besukih pun memberikan hartanya kepada Manik Angkeran. Manik Angkeran pun kembali ke desa dan membayar hutangnya.
Namun, Manik Angkeran tidak pernah kembali ke Gunung Agung untuk menjadi tumbal. Ia malah pergi ke sebuah desa tertua di Jawa untuk memulai hidup baru.
Naga Besukih sangat marah dengan Manik Angkeran. Ia pun menggunakan kekuatannya untuk memisahkan Bali dan Jawa dengan sebuah selat.
Kini, selat tersebut kemudian dikenal dengan nama Selat Bali.
Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa setiap perbuatan pasti akan ada balasannya. Manik Angkeran telah melakukan kesalahan dengan melanggar janjinya kepada Naga Besukih. Ia pun harus menerima akibatnya, yaitu terpisah dari tanah kelahirannya.
Pesan moral: Legenda dari Bali ini mengajarkan kita untuk menghindari sifat jahat. Sebab, kejahatan itu justru akan menjerumuskan kita pada kehidupan yang tidak lebih baik.
3. Cerita Rakyat Bali Singkat: Bawang dan Kesuna
Berikut cerita dongeng Bali singkat yang bisa kamu jadikan sebagai sumber bacaan.
Dahulu kala, hiduplah seorang janda bernama Ni Bawang dan putrinya yang bernama Ni Kesuna.
Ni Bawang adalah seorang wanita yang baik hati dan pekerja keras, sedangkan Ni Kesuna adalah seorang gadis yang malas dan manja.
Suatu hari, Ni Bawang pergi ke pasar untuk menjual hasil panennya. Sementara itu, Ni Kesuna ditinggal di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Alih-alih mengerjakan pekerjaan rumah, Ni Kesuna justru malah bermain-main.
Ketika Ni Bawang pulang dari pasar, ia melihat bahwa pekerjaan rumah belum selesai. Ia pun marah kepada Ni Kesuna.
“Ni Kesuna, mengapa kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah? Kamu ini anak malas!” marah Ni Bawang.
“Aku tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah. Aku kan anak perempuan. Pekerjaan rumah itu tugasnya ibu,” jawab Ni Kesuna dengan sombong.
Ni Bawang sangat sedih mendengar jawaban Ni Kesuna. Ia tidak menyangka bahwa putrinya sendiri akan bersikap seperti itu.
Pada malam harinya, Ni Bawang bermimpi. Dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang dewi.
“Ni Bawang, aku adalah Dewi Parwati. Aku datang untuk membantumu,” kata dewi tersebut.
“Dewi Parwati, tolong aku untuk mendidik Ni Kesuna. Aku ingin agar Ni Kesuna menjadi anak yang baik dan pekerja keras,” pinta Ni Bawang.
“Baiklah, aku akan membantumu. Tpi, kamu harus berjanji kepadaku bahwa kamu akan selalu bersikap baik kepada Ni Kesuna, meskipun ia melakukan kesalahan,” kata Dewi Parwati.
“Aku berjanji, Dewi Parwati,” jawab Ni Bawang.
Ketika terbangun dari tidurnya, Ni Bawang merasa lebih tenang. Ia yakin bahwa Dewi Parwati akan membantunya untuk mendidik Ni Kesuna.
Pada keesokan harinya, Ni Bawang bersikap lebih baik kepada Ni Kesuna. Ia mengajak Ni Kesuna untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama.
Ni Kesuna awalnya menolak, namun lama-lama ia akhirnya mau mengerjakan pekerjaan rumah.
Seiring berjalannya waktu, Ni Kesuna mulai berubah. Ia menjadi lebih rajin dan pekerja keras. Ia juga menjadi lebih baik kepada ibunya.
Pesan moral: Cerita rakyat Bali ini mengajarkan kita harus selalu bersikap baik kepada orang lain, meskipun mereka melakukan kesalahan. Dengan begitu, kita bisa membantu mereka untuk berubah.
4. Contoh Legenda Bali Singkat: Calonarang
Berikut cerita rakyat Bali calonarang yang penuh nilai-nilai moral.
Dahulu kala di negeri Daha ada seorang wanita sakti yang bernama Calon Arang. Ia mempunyai seorang anak yang bernama Ratna Manggali.
Ratna Manggali merupakan putri kesayangan Calon Arang. Tapi sayang, hingga usianya menginjak dewasa, tidak seorang laki-laki pun yang datang meminangnya.
Setiap laki-laki yang datang selalu takut jika melihat ibunya, Calon Arang. Hal ini disebabkan ibu Ratna Manggali, yaitu Calon Arang terkenal dengan ilmu hitam yang dikuasainya.
Ratna Manggali sangat bersedih hati melihat hal tersebut.
“Ibu, mengapa sampai sekarang tidak ada laki-laki yang datang meminangku. Aku malu sama teman-temanku, mereka selalu menghinaku. Aku dikatakan perawan tua yang tak laku,” adu Ratna Manggali pada ibunya, Calon Arang.
“Jangan bersedih hati anakku, ibu akan membuat perhitungan dengan mereka yang menghinamu. Sabarlah anakku, kita lihat nanti apa yang akan terjadi pada mereka. Jangan pikir mereka bisa melecehkan kita dan berbuat semena-mena pada kita,” ancam Calon Arang.
Calon Arang tidak hanya tinggal diam melihat kesedihan putrinya.
Ia bersama Dewi Durga, yang merupakan dewi perusak alam semesta, bersekutu untuk mencelakai rakyat dengan cara menyebarkan bencana ke seantero Negeri Daha.
Dengan bantuan Dewi Durga, Calon Arang menyebarkan teluh ke Negeri Daha.
Hal ini mengakibatkan ratusan bahkan ribuan orang yang tidak berdosa kehilangan nyawa karena teluh Dewi Durga dan Calon Arang.
Raja yang memerintah Negeri Daha pada saat itu adalah Raja Erlangga. Raja Erlangga merupakan raja yang sangat bijaksanana sangat terpukul atas apa yang terjadi pada rakyatnya.
Ia melihat dengan mata kepala sendiri begitu banyak rakyatnya yang meninggal secara tiba-tiba. Raja Erlangga tidak tahu apa yang menyebabkan rakyatnya meninggal secara bersamaan.
“Hingga pada suatu hari, ada salah seorang” prajurit yang menghadap pada Raja Erlangga. Prajurit tersebut menyampaikan berita yang sangat mengejutkan bagi raja.
Ia menyampaikan bahwa biang dari kematian rakyat adalah calon Arang. Betapa terkejutnya raja mengetahui bahwa yang melakukan ini semua adalah calon Arang.
Raja takut bukan main, sebab raja mengetahui benar kesaktian yang dimiliki oleh calon Arang.
Siapapun yang berhadapan dengan dia pasti akan kalah. Ia memang seorang wanita sakti yang jahat dan licik akalnya.
Raja bersama para penasihat kerajaan kemudian berunding mencari jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah yang sedang melanda negerinya saat ini.
Banyaknya pendapat dan masukan yang disampaikan oleh para penasihat membuat raja semakin bertambah bingung saja.
Akhirnya raja memutuskan untuk memerintah kan prajuritnya menyerbu ke kediaman Calon Arang. Prajurit diperintah untuk menangkap Calon Arang hidup ataupun mati.
Namun sayang, prajurit kembali lagi ke kerajaan tanpa membawa hasil apa-apa. Malahan di antara mereka banyak yang tewas, karena bertarung melawan Calon Arang.
Jumlah mereka semakin lama semakin sedikit. Kemudian mereka memutuskan untuk melarikan diri. Sesampainya di kerajaan mereka mengadu kepada Raja Erlangga perihal kekalahan yang mereka alami.
“Maaf paduka raja, prajurit Daha tidak dapat menangkap Calon Arang hidupataupun mati, sebab Calon Arang sangat sakti, i a sulit sekali untuk ditaklukkan,” kata prajurit sambil bersimpuh di hadapan rajanya.
“Tidak apa-apa prajuritku. Dari semula aku memang sudah tidak yakin kalau kalian dapat menangkap Calon Arang. Sekarang begini saja, suruh semua prajurit dan rakyat yang masih hidup untuk berdoa bersama-sama memohon pada Dewata agar kita diberi petunjuk jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi malapetaka ini,” perintah raja pada prajuritnya.
“Siap paduka, hamba akan menyampaikan perintah paduka pada para prajurit dan rakyat yang masih hidup. Sekarang hamba mohon diri dulu,” kata prajurit.
Setelah semua prajurit dan rakyat dikumpulkan di lapangan, maka raja bersama-sama mereka berdoa memohon petunjuk pada dewata. Mereka secara sungguh-sungguh memohon pada Dewata.
Bahkan di antara mereka ada yang sampai menangis karena telah kehilangan sanak saudara akibat meninggal dunia.
Jawaban atas doa mereka akhirnya datang juga. Dalam petunjuk itu Raja Erlangga disuruh meminta bantuan pada Empu Baradah.
Satu-satunya pendeta yang menurut para Dewata akan mampu menghadapi Calon Arang. Raja kemudian memerintahkan prajuritnya untuk mencari Empu Baradah dan membawanya kehadapan raja.
“Prajuritku, tolong kalian cari pendeta yang bernama Empu Baradah. Karena hanya Empu Baradahlah yang sanggup mengalahkan Calon Arang,” perintah raja pada prajuritnya.
“Siap paduka raja, hamba akan mengajak teman-teman hamba untuk mencari pendeta yang bernama Empu Baradah,” kata prajurit.
Prajurit kemudian berangkat mencari pendeta yang bernama Empu Baradah. Mereka harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan, karena mereka tidak tahu di mana Empu Baradah itu tinggal.
Mereka bertanya ke sana ke mari pada penduduk daerah yang mereka lalui. Hingga akhirnya mereka menemukan rumah Empu Baradah. Mereka menceritakan maksud kedatangannya ke rumah Empu Baradah.
“Maafkan kami Empu Baradah, kami ke sini diutus oleh raja kami yang bernama Raja Erlangga dari Kerajaan Daha untuk mengajak Empu ke kerajaan kami,” kata prajurit pada Empu Baradah.
“Untuk apa aku diajak ke kerajaanmu?”” tanya Empu Baradah ke prajurit.
“Begini Empu, di negeri kami saat ini sedang dilanda malapetaka yang sangat hebat. Banyak penduduk yang tewas akibat musibah ini. Sumber dari musibah ini adalah teluh dari calon Arang. Calon Arang merupakan wanita yang sangat sakti dan terkenal jahat di negeri kami. Kami sudah tidak sanggup lagi menghadapinya. Bahkan korban pun bertambah banyak saja. Tolonglah kami Empu,” pinta prajurit.
Setelah mendengar panjang lebar penjelasan yang diberikan oleh prajurit, maka Empu Baradah bersedia untuk diajak ke Kerajaan Daha.
Maka berangkatlah Empu Baradah bersama rombongan prajurit yang mengawalnya dengan ketat menuju Kerajaan Daha.
Rakyat, prajurit,dan raja bersuka cita menyambut kemenangan Empu Baradah. Dengan kesaktian yang dimiliki oleh Empu Baradah, maka Empu Baradah pun dapat menghidupkan kembaliorang-orang yang telah mati akibat teluh Calon Arang.
Raja mengucapkan terima kasih banyak atas pertolongan Empu Baradah yang telah menyelamatkan Negeri Daha dari teluh Calon Arang.
Kini rakyat, prajurit, dan raja dapat hidup tenang kembali tanpa ada gangguan lagi dari Calon Arang.
Pesan moral: Cerita bahasa Bali pendek ini mengingatkan kita untuk tidak boleh sombong dan angkuh. Pasalnya, kedua sifat tidak terpuji tersebut akan membawa kita pada sebuah penderitaan.
5. Cerita Legenda Bali: Kebo Iwa
Di bawah ini contoh cerita pendek Bali tentang kebaikan dan kejahatan.
Pada zaman dahulu, di Bali, hiduplah seorang suami istri yang kaya raya. Akan tetapi kebahagiaan mereka tidak lengkap karena belum adanya seorang anak yang lahir dari rahim istrinya.
Mereka telah bertahun-tahun menikah, tetapi belum juga diberi keturunan oleh Yang Maha Kuasa.
Suami istri tersebut tidak pernah putus asa berdoa pada Yang Maha Kuasa agar mereka berdua segera diberi keturunan seorang putra.
“Dewa yang agung, berilah kami keturunan seorang putra agar dapat meneruskan keluarga ini ” pinta pasangan suami istri tersebut pada Dewa.
Mereka mengulang-ulang terus permohonannya pada Dewa di pura, tempat sembahyang mereka.
Dengan rajin mereka berdoa di dalam pura di Desa Bedehe. Hingga akhirnya istrinya pun hamil.
Betapa bahagianya pasangan suami istri itu, doa mereka akhirnya didengar oleh Dewa. Mereka berdua dengan hati-hati selalu menjaga calon bayi yang ada di dalam kandungan.
Setelah menunggu kurang lebih 9 bulan maka lahirlah seorang anak laki-laki yang tampan dan montok. Mereka begitu bahagia dengan kehadiran anak laki-laki itu.
Setiap hari mereka selalu bergantian mengasuh buah hati mereka. Akan tetapi,mereka terkejut begitu melihat cara makan anaknya.
Anak tersebut tidak pernah kenyang jika diberi makan bubur. Ia masih menangis karena merasa lapar.
Akhirnya suami istri tersebut memberi makan anaknya yang masih kecil itu dengan nasi yang biasa mereka makan berdua.
Mereka heran, mengapa anak sekecil itu dapat memakan makanan orang dewasa.
Hari berganti hari, kemudian tumbuhlah anak yang kecil itu menjadi remaja yang begitu besar ukuran tubuhnya dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
Makanan anak itu begitu banyak, karena ia sangat rakus.
Ia bisa menghabiskan berpiring piring nasi untuk sekali makan. Oleh teman temannya anak itu dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Harta yang dimiliki suami istri itupun lambat laun habis, karena dipergunakan untuk memenuhi selera makan Kebo Iwa.
Suami istri itu bingung harus bagaimana menghadapi selera makan anaknya yang begitu rakus, sedangkan harta mereka telah habis semua.
Mereka pun akhirnya meminta bantuan pada penduduk desa untuk memberi makan pada Keba Iwa. Sejak saat itu,segala kebutuhan makan Keba Iwa ditanggung oleh penduduk desa.
Mereka bergotong royong memasak makanan yang begitu banyak untuk Kebo Iwa. Tak hanya makanan, mereka pun membuatkan rumah yang begitu besar untuk Kebo Iwa.
Karena rumah ayah dan ibunya tidak muat lagi untuk menampung Kebo Iwa yang tumbuh semakin besar dan panjang ukuran tubuhnya.
Namun, lama kelamaan penduduk desa pun tidak sanggup lagi memasak makanan Kebo Iwa. Hal ini disebabkan mereka harus terus-menerus memasak untuk Kebo Iwa. Akhirnya mereka menyerah juga.
Kemudian mereka meminta bantuan pada Kebo Iwa untuk memasak sendiri makanannya. Penduduk desa hanya menyediakan bahan mentahnya saja, sedang yang memasak adalah Kebo Iwa sendiri.
Kebo Iwa dapat menerima keputusan penduduk desa itu. Ia menyadari bahwa ia tidak dapat bergantung terus pada orang lain.
Ia harus dapat hidup sendiri untuk memenuhi selera makan yang begitu banyak.
Kebo Iwa tumbuh semakin besar saja.
Jangkauan kakinya lebar, sehingga jika ia ingin pergi, ia dapat sampai ke tempat yang dituju dengan cepat.
Jika Kebo Iwa ingin minum, ia tinggal memasukkan jari telunjuknya kedalam tanah, maka keluarlah mata air dari dalam tanah. Dan jadilah sumur-sumur kecil di sekitar rumah tinggal Kebo Iwa.
Karena Kebo wa memiliki ukuran tubuh yang sangat besar, maka penduduk desa meminta bantuan kepadanya untuk menghadang pasukan Kerajaan Majapahit yang hendak menaklukan Bali.
Dengan melihat badannya yang sangat besar, pasukan Majapahit lari tunggang langgang kembali ke kerajaannya.
Prajurit Majapahit kemudian mengadu kepada Patih Gajah Mada bahwa di Baliada orang yang bertubuh besar, orang tersebut bemama Kebo wa. Itulah sebabnya, pasukan Majapahit tidak dapat menaklukkan Bali.
Patih Gajah Mada kemudian berpikir, bagaimana caranya mengalahkan Kebo Iwa. Ia kemudian menemukan suatu ide dan disampaikan pada prajuritnya.
Maka, diutuslah prajurit Majapahit untuk mengundang Kebo Iwa ke Kerajaan Majapahit. Kebo Iwa memenuhi undangan Patih Gajah Mada, ia tidak memiliki pikiran buruk sedikitpun.
Sesampainya di Kerajaan Majapahit, Kebo Iwa diminta untuk membuatkan sumur yang dalam sekali, sebab di Majapahit sedang terjadi kemarau panjang.
Air-air di sungai telah mengering. Satu-satunya jalan adalah membuat sumur yang sangat dalam. Oleh karenanya, Kebo Iwa diminta untuk menggali tanah.
Ini berbeda sekali di desanya di Bali yang hanya dengan memasukkan jari telunjuknya saja sudah keluar mata air dari dalam tanah.
“Kebo Iwa,tolonglah kerajaan kami ini, di sini sudah tidak ada air lagi yang dapat digunakan oleh rakyat kami,”kata Patih Gajah Mada pada Kebo wa.
“Baiklah,aku akan membuatkan kalian sumur. Tetapi kalian harus berjanji untuk tidak menyerang desa kami dan kalian harus menyiapkan makanan yang banyak untuk aku makan nanti setelah selesai menggali pinta Keba Iwa.
Kemudian Kebo Iwa mulai menggali tanah hingga dalam. Tidak hanya satu sumur, tetapi banyak sumur yang harus digali oleh Kebo Iwa.
Ketika ia sedang di dalam sumur dansudah mulai lelah karena telah menggali banyak sumur, raja memerintahkan prajuritnya untuk meriimbun Keba wa dengan kapur.
“Hai, mengapa kalian melempariku dengan kapur? tanya Kebo wa tanpa ruriga kepada prajurit.”
Prajurit diam saja tidak menjawab, tetapi semakin banyak saja lemparan kapur dimasukkan ke dalam sumur yang dibuat oleh Kebo Iwa.
Kebo Iwa tidak sempat berkata-kata lagi, karena napasnya sudah mulai sesak. Kebo Iwa tidak menduga sebelumnya bahwa ini hanyalah akal-akalan Raja Majapahit untuk menjebak dirinya.
Kebo Iwa tidak dapat bemapas lagi di dalam sumur, karena sumur telah dipenuhioleh kapur.Kebo Iwa akhimya meninggal dunia di dalam sumur.
Dan dengan mudahnya Kerajaan Majapahit menaklukkan Bali, karena tidak ada orang yang dapat mengha dangnya, kecuali Kebo wa. Kini, Kebo Iwa telah pergi untuk selamanya.
Dan berakhirlah riwayat orang besar yang sangat berjasa sekali pada Pulau Bali, yaitu Kebo Iwa.
Pesan moral: Cerita rakyat Bali pendek ini mengingatkan bahwa setiap perbuatan pasti akan mendapat balasannya. Jika kita berbuat baik, maka kebaikan juga akan datang. Jika berbuat buruk, keburukan pun akan datang.
6. Dongeng dari Bali: Pangeran Katak
Berikut contoh cerita rakyat Bali singkat tentang cinta sejati.
Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan di Bali, hiduplah seorang pangeran bernama Putu Oka. Ia adalah seorang pangeran yang baik hati dan suka menolong.
Ia sering membantu rakyatnya yang menderita.
Suatu hari, terjadilah sebuah bencana di kerajaan tersebut. Bencana tersebut berupa kekeringan yang berkepanjangan.
Rakyat sangat menderita karena tidak ada air untuk minum dan untuk mengairi sawah mereka.
Putu Oka sangat prihatin dengan kondisi rakyatnya. Ia pun memutuskan untuk pergi mencari air. Ia berjalan berhari-hari, tetapi tidak menemukan air.
Pada suatu hari, Putu Oka bertemu dengan seorang nenek tua. Nenek tua tersebut mengatakan bahwa ada sebuah sumur ajaib yang bisa menyembuhkan kekeringan.
Namun, sumur tersebut terletak di sebuah hutan yang angker.
Putu Oka pun memutuskan untuk pergi ke hutan tersebut. Ia berjalan dengan hati-hati karena hutan tersebut penuh dengan bahaya.
Akhirnya, Putu Oka sampai di sumur ajaib tersebut. Ia pun berdoa kepada Sang Hyang Widi Wasa agar diberikan kekuatan untuk mengambil air dari sumur tersebut.
Doa Putu Oka dikabulkan oleh Sang Hyang Widi Wasa. Ia pun berhasil mengambil air dari sumur tersebut.
Putu Oka pun kembali ke kerajaannya. Ia membagikan air dari sumur ajaib tersebut kepada rakyatnya. Rakyat sangat senang dan berterima kasih kepada Putu Oka.
Kebahagiaan rakyat tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, munculah seorang raksasa yang ingin menguasai sumur ajaib tersebut.
Raksasa tersebut mengancam akan menghancurkan kerajaan jika rakyat tidak menyerahkan sumur ajaib tersebut kepadanya.
Raksasa tersebut sangat kuat dan tidak ada yang bisa mengalahkannya. Putu Oka pun memutuskan untuk melawan raksasa tersebut.
Pertarungan antara Putu Oka dan raksasa tersebut berlangsung sengit. Keduanya saling menyerang dengan kekuatannya masing-masing.
Akhirnya, Putu Oka berhasil mengalahkan raksasa tersebut. Ia pun menyelamatkan sumur ajaib tersebut dan rakyatnya.
Raksasa tersebut sangat marah dengan kekalahannya. Ia mengutuk Putu Oka menjadi seekor katak.
Putu Oka pun berubah menjadi seekor katak yang buruk rupa. Ia sangat sedih dengan kutukan tersebut.
Suatu hari, seorang putri bernama Dewi Ratih sedang berjalan-jalan di taman. Ia melihat seekor katak yang sedang menangis.
Dewi Ratih merasa kasihan kepada katak tersebut. Ia pun mendekati katak tersebut dan bertanya mengapa katak tersebut menangis.
Katak tersebut pun menceritakan kutukannya kepada Dewi Ratih. Dewi Ratih sangat terharu dengan cerita katak tersebut.
Dewi Ratih pun memutuskan untuk membantu katak tersebut. Ia merawat katak tersebut dengan penuh kasih sayang.
Seiring berjalannya waktu, Dewi Ratih dan katak tersebut menjadi dekat. Mereka sering bermain bersama dan saling bercerita.
Pada suatu hari, Dewi Ratih sedang bermain dengan katak tersebut di tepi danau. Tiba-tiba, muncullah seorang kakek tua.
Kakek tua tersebut mengatakan bahwa katak tersebut adalah Putu Oka, seorang pangeran yang telah dikutuk oleh raksasa.
Dewi Ratih sangat terkejut dengan cerita kakek tua tersebut. Ia pun segera memeluk katak tersebut.
Dengan penuh kasih sayang, Dewi Ratih mencium katak tersebut. Tiba-tiba, terjadilah keajaiban. Katak tersebut berubah kembali menjadi Putu Oka, seorang pangeran yang tampan.
Putu Oka dan Dewi Ratih pun akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.
Pesan moral: Cerita Bali pendek ini mengingatkan untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Suatu hari nanti, kamu pun akan mendapatkan balasan dari kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain.
7. Contoh Cerita Rakyat Bali yang Menarik: Asal Muasal Buleleng dan Singaraja
Inilah cerita Bali pendek yang bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan.
Apa Itu Cerita Rakyat?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita rakyat adalah sebuah kisah dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.
Sementara menurut Barone (2011:60), cerita rakyat adalah sebuah kisah yang menjelaskan mengenai kebudayaan rakyat secara turun-temurun, tujuannya untuk memberikan pesan moral.
Referensi
Asal Mula Selat Bali dan Kisah-Kisah Lainnya [Daring]. Tautan https://www.google.co.id/books/edition/Asal_Mula_Selat_Bali_dan_kisah_kisah_lai/xgeoEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=cerita+asal+usul+selat+bali&printsec=frontcover
Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia: Cerita Rakyat Bali. E-book: Ipusnas.
***
Itulah berbagai contoh cerita rakyat Bali pendek yang penuh makna.
Baca juga ulasan lain seputar gaya hidup hanya di Berita 99.co.
Agar tak ketinggalan berita terbaru, ikuti terus Google News kami, ya.
Yuk, segera wujudkan keinginan untuk memiliki rumah impian bersama 99.co/id karena semuanya #segampangitu.