Sebelum menutup sebuah acara, ada baiknya kamu membaca doa kafaratul majelis atau doa penutup majelis. Seperti apa ya bunyinya?
Rasulullah saw. menyunahkan orang Islam untuk membuka dan menutup sebuah acara dengan doa.
Doa ketika mengakhiri sebuah acara atau majelis umumnya disebut sebagai doa kafaratul majelis.
Dengan membacakan doa ini, acara yang kamu buat akan dirahmati oleh Allah Swt..
Yuk, simak bacaan doa kafaratul majelis beserta keutamaan dan landasan hukumnya di sini!
Bacaan Doa Kafaratul Majelis
Doa kafaratul majelis adalah doa yang dibacakan ketika menutup sebuah majelis.
Rasulullah saw. mengajarkan umat Islam untuk membaca doa ketika mengawali atau mengakhiri sebuah majelis atau pertemuan yang membahas tentang Islam.
Membaca doa ini juga bisa menjadi kesadaran bagi umat Islam bahwa sebuah acara hanya bisa berjalan lancar berkat kehendak dari Allah Swt..
Bacaan doa kafaratul majelis berisi pujian pada yang Maha Kuasa dan kesaksian bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah Swt..
Berikut adalah bacaan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.
Artinya:
“Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153)
Selain doa kafaratul majelis, ada pula doa pembuka acara yang bisa kamu bacakan, yaitu:
الْحَمْدُلِلَّه رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
“Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala isyrofil anbiyaa i walmursaliin, wa’alaa alihi washohbihii ajma’iin ammaba’adu.”
Artinya:
“Segala puji bagi Allah Tuhan Seluruh Alam. Semoga selawat dan keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia, keluarga, dan sahabat-sahabatnya.”
Dalil Anjuran Membaca Doa Kafaratul Majelis
Ada tiga hadis yang menjadi dalil membaca doa kafaratul majelis.
Mari kita ulas satu-satu.
- “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat untuk akhiratnya), maka hendaklah ia mengucapkan sebelum bangun dari majelisnya itu,
‘Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik’
Artinya:
“Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu); kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.” (HR. Tirmidzi, no. 3433)
- “Dari Abu Barzah r.a., ia berkata, “Rasulullah Saw. mengucapkan ketika di akhir (pertemuan) ketika beliau akan bangun dari majelis,
‘Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.’
Artinya:
“Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu”.
Lantas ada juga seseorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, Engkau mengucapkan ucapan yang belum pernah Engkau ucapkan sebelumnya.”
Mendengar hal tersebut, Beliau menjawab, “Itu adalah kafarat bagi dosa yang terjadi selama di dalam majelis.” (HR. Abu Daud, no. 4859)
- “Dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata, “Jarang sekali Rasulullah saw. berdiri dari suatu majelis sampai Beliau berdoa dengan doa-doa ini:
‘Allohummaqsim lanaa min khosy-yatika maa tahuulu bihi baynanaa wa bayna ma’aashik, wa min thoo’atika maa tuballighunaa bihi jannatak, wa minal yaqiini maa tuhawwinu ‘alaynaa mashoo-ibad dunyaa. allohumma matti’na bi asmaa’inaa wa ab-shorinaa, wa quwwatinaa maa ahyaytanaa, waj’alhul waaritsa minnaa, waj’al tsa’ronaa ‘ala man zholamanaa, wan-shurnaa ‘alaa man ‘aadaanaaa, wa laa taj’al mushibatanaa fii diininaa wa laa taj’alid dunyaa akbaro hamminaa, wa laa mab-lagho ‘ilminaa, wa laa tusallith ‘alaynaa mallaa yarhamunaa’
Artinya:
“Ya Allah, berikanlah kepada kami rasa takut kepada-Mu sebagai penghalang untuk bermaksiat kepada-Mu, ketaatan kami kepada-Mu sebagai jalan yang menyampaikan kami ke surga-Mu, dan keyakinan kami kepada-Mu sebagai penenang bagi kami atas musibah dunia yang menimpa.
Ya Allah, berikanlah kenikmatan pada pendengaran kami, penglihatan kami, dan kekuatan pada kami selama Engkau memberikan kehidupan bagi kami, dan jadikanlah kenikmatan tersebut terus-menerus bagi kami.
Balaskanlah dendam kami terhadap orang-orang yang telah menzalimi kami, menangkanlah kami atas orang-orang yang memusuhi kami, janganlah Engkau menjadikan musibah pada kami menimpa agama kami, dan janganlah Engkau menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesar bagi kami, tidak menjadi tujuan ilmu kami, dan janganlah Engkau memberikan kekuasaan atas kami kepada orang yang tidak menyayangi kami (orang kafir, munafik, fasik dan zalim, pen).”” (HR. Tirmidzi, no. 3502)
Hikmah Membaca Doa Kafaratul Majelis
Doa kafaratul majelis dianjurkan dibaca ketika seseorang hendak mengakhiri suatu pertemuan terkait perkara Islam.
Ada beragam hikmah yang bisa didapatkan dari membaca doa kafaratul majelis:
1. Penebus jika Ada Perkataan Tak Baik Selama Bermajelis
Hikmah membaca doa kafaratul majelis pertama adalah sebagai penebus apabila ada hal sia-sia yang tanpa disadari dilakukan ketika bermajelis.
Hal tersebut ditulis dalam sebuah hadis.
Aisyah r.a. menceritakan, “Wahai Rasulullah, aku melihatmu tidak duduk di sebuah majelis, atau membaca Al-Qur’an, atau salat, kecuali engkau senantiasa mengakhirinya dengan satu kalimat tersebut.”
Rasulullah saw. pun menjawab, “Benar. Barang siapa yang ketika di majelis berkata-kata baik, maka ia akan dimudahkan untuk merutinkan kebaikan tersebut. Dan barang siapa yang berkata buruk, maka kalimat ini menjadi penebus atau kaffarah baginya. Kalimat tersebut adalah,
Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik
Artinya:
“Mahasuci Engkau ya Allah. Dan segala pujian terhatur untuk-Mu. Tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu).” (HR. An-Nasa’i dalam Amal Al-Yaum wal-Lailah no. 273)”
2. Penambal Kekurangan dalam Majelis
Hikmah kedua dari membaca doa kafaratul majelis adalah sebagai penambal kekurangan dalam sebuah majelis.
Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah ketika menjelaskan surat Al-Baqarah ayat 198-199 mengatakan,
“Allah Ta’ala memerintahkan ketika selesai dari prosesi manasik agar seseorang memperbanyak istighfar dan zikir. Karena istigfar bertujuan menambal kekurangan yang terjadi pada diri seorang hamba. Yakni ketika beribadah dan ketidaksempurnaannya dalam mengerjakan. Dan zikir kepada Allah sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas nikmat yang tercurah berupa taufik untuk mengerjakan ibadah yang agung dan pemberiaan-Nya yang tak terkira.
Beginilah semestinya seorang hamba ketika selesai beribadah. Ia memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangannya dalam mengerjakan ibadah dan bersyukur kepada-Nya atas limpahan taufik sehingga bisa beribadah. Tidak sebagaimana orang-orang yang mengira ibadahnya telah sempurna, berlaku pongah di hadapan Rabbnya, dan menyangka bahwa baginya kedudukan yang tinggi. Justru ini bentuk kesombongan dan tertolaknya ibadah. Sebagaimana yang pertama juga menjadi indikasi diterimanya amalan dan taufik untuk mengerjakan ibadah yang lainnya.” (Tafsir As-Sa’diy,hal.92)
***
Semoga pembahasan doa kafaratul majelis di atas dapat bermanfaat bagi Property People!
Intip terus artikel seputar Islam lainnya hanya di Google News Berita 99.co Indonesia.
Sedang berburu rumah dijual dengan harga terbaik?
Wujudkan angan miliki hunian yang dicari selama ini bersama www.99.co/id, karena prosesnya dijamin #segampangitu.