Entah siapa yang memulai cerita Candi Borobudur dibangun pakai putih telur. Namun, apakah benar putih telur digunakan untuk membangun bangunan yang masuk ke dalam daftar warisan dunia UNESCO itu? Cek faktanya di sini, yuk!
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada Dinasti Salindra, sekitar abad ke-8 dan ke-9.
Konon katanya, batu-batu pada Candi Borobudur direkatkan menggunakan putih telur.
Jika benar demikian, tentu tak terbayang sebanyak apa telur yang digunakan, bukan?
Cerita penggunaan putih telur ini ternyata tidak hanya untuk Borobudur saja, tapi juga beberapa bangunan bersejarah lainnya.
Pada masa itu, tentu belum ditemukan semen yang berfungsi sebagai perekat bangunan.
“Saya tidak tahu narasi seperti itu terbangun dari kapan. Namun berdasarkan catatan berbagai literatur tentang Candi Borobudur, tidak ada informasi tentang bahan putih telur itu,” kata Brahmantara, pakar pengkaji dan pelestarian Borobudur, dilansir dari kanal YouTube detik.com.
Lantas, bagaimana cara membangun candi seluas 2.500 meter persegi ini, ya?
Cara Membangun Candi Borobudur
Faktanya, Borobudur tidak dibangun menggunakan putih telur sebagai bahan perekat susunan batunya.
Batu-batu tersebut disusun menggunakan teknik penguncian yang mirip seperti puzzle jigsaw.
Hal ini bisa dilihat pada susunan batu candi bagian bawah dan pintu gerbang.
“Secara teknis, sambungan-sambungan itu sudah menggunakan sistem interlock, Jadi tipe-tipe sambungan itu semuanya tersistem dengan baik. Arsitek maupun engineer di masa itu sudah mempertimbangkan beberapa teknik kuncian,” tutur Brahmantara.
Pembangunan Candi Borobudur pada masa itu sudah menggunakan teknologi canggih dengan menyusun batuan andesit menggunakan berbagai jenis sambungan:
1. Sambungan Ekor Burung
Jenis sambungan ini dapat dijumpai hampir pada setiap sambungan batu dinding Candi Borobudur.
2. Sambungan Takikan
Sambungan tipe takikan ini banyak digunakan pada bagian hiasan kepala kala, relung dan gapura.
3. Sambungan Alur dan Lidah
Pagar selasar dan batu ornamen makara di kanan serta kiri tangga disusun menggunakan sambungan tipe alur dan lidah.
4. Sambungan Purus dan Lubang
Sambungan purus dan lubang banyak dijumpai pada batu antefik, yakni hiasan di bagian luar Candi Borobudur yang berbentuk segitiga meruncing.
Selain itu, sambungan ini juga dipakai pada bagian kemuncak pagar langkan.
***
Semoga bermanfaat, Sahabat 99.
Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.
Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Megah Land!
**Sumber gambar: detik.com