Berita Ragam

10 Cerita Rakyat Pendek yang Menarik dan Terpopuler dari Berbagai Daerah di Indonesia

10 menit

Property People, ada sejumlah cerita rakyat pendek dari berbagai daerah yang menarik untuk dibaca di rumah karena mengandung pesan moral, sosial, hingga pendidikan.

Cerita rakyat adalah genre folklor yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diceritakan secara turun temurun.

Cerita rakyat terdiri dari beberapa jenis mulai dari mite, legenda, dan cerita dongeng.

Saat ini, terdapat sejumlah cerita rakyat yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi baik melalui lisan dan tulisan.

Dua cerita rakyat pendek yang menarik untuk dibaca antara lain cerita rakyat pendek Danau Toba hingga Sangkuriang.

Sedang mencari ringkasan cerita rakyat pendek lainnya di sejumlah daerah tanah air?

Simak contoh cerita rakyat pendek di bawah ini!

10 Cerita Rakyat Pendek

1. Cerita Rakyat Pendek Danau Toba

cerita rakyat pendek

Sumber: idntimes.com

Di sebuah desa di wilayah Sumatra, hidup seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah.

Sebenarnya, usianya sudah cukup untuk menikah, akan tetapi ia tetap memilih hidup sendirian.

Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai.

“Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati.

Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.

Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan.

“Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku,” kata ikan itu bersuara tiba-tiba.

Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu hingga ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Tidak lama kemudian, ikan itu mengubah wujudnya menjadi seorang gadis yang cantik jelita.

“Bermimpikah aku?” gumam petani.

“Jangan takut, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu.

“Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu melanjutkan.

Petani itu pun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut.

“Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” kata mereka.

Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya secara tekun dan ulet sehingga hidupnya tanpa kekurangan.

Banyak orang iri dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani.

“Aku tahu petani itu pasti memelihara makhluk halus!” kata seseorang kepada temannya.

Hal itu sampai ke telinga petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.

Setahun kemudian, sang istri melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri.

Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar.

Makanan yang seharusnya dimakan bertiga, namun dimakannya sendiri. Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Ia selalu menolak permintaan ayahnya.

Istri petani selalu mengingatkan suaminya itu agar bersabar atas ulah anak mereka.

“Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata petani kepada istrinya.

“Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri pada suaminya.

Memang, kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh petani itu.

Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah. Tetapi, Putera tidak memenuhi tugasnya.

Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia pun lantas pulang ke rumah. Saat pulang rumah, dia melihat Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya.

“Anak tidak tau diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!” umpat si petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.

Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya lenyap. Tanpa bekas dan jejak.

Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga hingga akhirnya membentuk sebuah danau.

Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba, sedangkan pulau kecil di tengahnya adalah Pulau Samosir.

**Sumber: Kumpulan Cerita & Dongeng Anak 2

2. Cerita Rakyat Aji Saka

cerita rakyat pendek

Sumber: YouTube/Riri Cerita Anak Interaktif

Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia.

Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.

Di dusun Medang Kawit, ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin, dan baik hati.

Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan.

Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.

Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.

Tapi, berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setanpenghuni hutan sekaligus melenyapkannya.

Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.

Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.

Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kezalimannya.

Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.

Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke zaman keemasan yang rakyatnya hidup tenang, damai, makmur, dan sejahtera.

**Sumber: Kumpulan Cerita & Dongeng Anak 2

3. Cerita Rakyat Sangkuriang

cerita rakyat sangkuriang

**Sumber: indonesia-osaka.org

4. Cerita Rakyat Batu Menangis

cerita rakyat batu menangis

Sumber: liputan6.com

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari pedesaan, hiduplah seorang janda miskin bersama anak perempuannya yang sangat cantik jelita. Ia selalu membanggakan kecantikan yang dimiliki.

Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat pemalas, manja, dan tidak pernah membantu ibunya.

Padahal, ibunya harus banting tulang meskipun sering sakit-sakitan. Bahkan, setiap sang ibu mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.

Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar yang sangat jauh. Mereka berjalan kaki dan membuat putrinya kelelahan.

Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat bagus. Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya.

Sementara ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan, berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.

Saat mereka memasuki ke dalam desa, semua mata tertuju kepada kecantikan putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan memandang wajahnya.
Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan tua di belakangnya tersebut.

“Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia ibumu?” tanya seorang pemuda.

“Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!” jawabnya dengan sinis.

Sepanjang perjalanan, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri diperlakukan sebagai seorang pembantu.

Pada awalnya, sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari putri kandungnya sendiri.

Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat menyakitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil meneteskan air mata.

“Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan!” tanya putrinya heran.

Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang dilakukan ibunya, sang anak merasa kebingungan.

“Ibu sedang apa sekarang!” bentak putrinya.

Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya sendiri.

“Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik putri hamba sendiri sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.”

Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun turun. Perlahan-lahan, tubuhnya menjadi batu. Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia merasa ketakutan.

“Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi anak yang baik bu,” teriak anaknya ketakutan.

Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman itu tidak dapat dihindari. Seluruh tubuhnya perlahan menjadi batu.

Gadis durhaka itu hanya menangis dan menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya menjadi batu, sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang berada di sana menyaksikan peristiwa tersebut.

Sekalipun tubuhnya sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitikkan air mata seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.

**Sumber: al-mumtaz.ukm.iain-palangkaraya.ac.id



5. Cerita Rakyat Pendek Lutung Kasarung

cerita rakyat lutung kasarung

cerita rakyat singkat

**Sumber: primateeducationnetwork.org

6. Cerita Rakyat Pendek Si Pitung

cerita rakyat pendek

Sumber: YouTube/Dongeng Kita

Si Pitung adalah seorang anak yang dilahirkan dari pasangan Piun dan Pinah yang selalu diajari tata krama dan belajar mengaji.

Si Pitung juga belajar ilmu silat kepada H. Naipin, seorang ulama yang juga mengajari si Pitung mengaji.

Saat berusia remaja, si Pitung terlibat insiden perkelahian dengan preman-preman pasar yang juga berprofesi sebagai perampok.

Setelah kejadian itu, si Pitung memutuskan untuk merampok rumah-rumah tuan tanah yang melakukan penindasan terhadap rakyat kecil. Dia dibantu oleh Jiih dan juga Rais sebagai penghubung dia dengan kampungnya.

Sejak saat itu, si Pitung dan Jiih melakukan aksi perampokan terhadap rumah orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada orang-orang miskin dan lemah yang saat itu sedang ditindas oleh pemerintahan Belanda.

Si Pitung juga menjadi terkenal akan kehebatannya dalam ilmu silat dan juga tubuhnya yang kebal akan peluru.

Para tuan tanah dan orang-orang kaya yang memihak kepada Belanda pun menjadi tidak tenteram dan melaporkan hal ini kepada pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda pun mengutus Schout Heyne untuk menangkap si Pitung.

Berbagai cara dipakai oleh Schout Heyne dan anak buahnya, namun gagal karena selalu berhasil meloloskan diri.

Schout Heyne tidak kehilangan akal, dia mempunyai ide licik untuk menangkap si Pitung. Dia menyandera guru mengaji sekaligus guru silatnya, yaitu H. Naipin. Heyne menyandera dan menyiksa H. Naipin dengan kejam.

Dia dipaksa oleh Heyne untuk memberitahukan kelemahan si Pitung. Karena tidak tahan dengan siksaan yang berat, dengan terpaksa H. Naipin memberitahukan kelemahan si Pitung pada Schout Heyne.

Setelah itu, Schout Heyne dan pasukannya menyergap si Pitung yang saat itu sedang bersembunyi di rumah kekasihnya, Aisah. Satu per satu kawan-kawan si Pitung mulai roboh.

Lalu, salah seorang dari pasukan Schout Heyne melemparkan telur busuk kepada si Pitung, disertai dengan tembakan ke arah si Pitung. Kali ini, tubuhnya tidak kebal peluru lagi karena sudah dilempari telur busuk. Si Pitung pun tewas seketika.

Setelah itu, mayat si Pitung dibawa oleh pasukan Schout Heyne. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan menyentuh mayat si Pitung karena mereka takut, warga akan menghidupkan kembali si Pitung dari kematiannya.

Padahal, niat warga hanya ingin menguburkan jasadnya secara islami. Bahkan, jasad si Pitung yang sudah tidak bergerak, masih saja ditembaki oleh tentara Belanda.

Mereka sangat takut apabila si Pitung bangkit lagi dari kematiannya. Padahal, hal itu tidak akan terjadi.
Walaupun pada dasarnya si Pitung itu adalah perampok, namun yang dia lakukan adalah demi rakyat yang kesusahan karena penjajahan pemerintahan Belanda saat itu.

Mereka tidak akan melupakan jasa-jasa si Pitung yang rela menempuh bahaya, demi membela mereka.

**Sumber: Buku “Hanya Sekali Kita Mati” oleh Soekanto S.A

7. Cerita Rakyat Pendek Timun Mas

8. Cerita Rakyat Pendek Malin Kundang

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Tuntutan ekonomi yang makin terpuruk memunculkan niat bagi sang ayah dari keluarga tersebut mengadu nasib.

Setelah sekian lama, sang ayah tidak pulang. Malin Kundang dan ibunya hidup dalam kesusahan. Beranjak dewasa, Malin Kundang pun mengikuti jejak ayahnya untuk merantau.

Tak disangka, kapal yang ditumpangi Malin Kundang diserang oleh bajak laut. Awak kapal meninggal tersisa Malin Kundang yang berlindung di salah satu ruangan. Kapal itu pun akhirnya berlabuh di salah satu pesisir pantai.

Di tempat yang baru ini, Malin Kundang bekerja dengan giat dan menjadi kaya raya. Setelahnya, dia pun mempersunting gadis pujaan hati. Sejak itu, dia dikenal sebagai raja dan saudagar kaya nan baik hati.

Beberapa lama menikah, sang istri mengajak Malin mengunjungi suatu tempat, dan ternyata tempat tersebut adalah kampung halaman si Malin yang juga rumah ibu kandungnya. Setelah sampai, sang ibu mendapat kabar bahwa Malin telah pulang. Betapa hatinya senang.

Namun sayang, Malin yang telah bergelimang harta dan tahta malah malu mengakui kalau si tua renta itu adalah ibu kandungnya. Dia malu kepada istri dan para awak kapal. Sang ibu pun menangis dan akhirnya murka, kemudian dia meminta kepada Allah Swt. untuk memberikan hukuman setimpal kepada anaknya.

Allah Swt. pun mendengar doa sang ibu. Tidak lama setelah itu, Malin Kundang berubah menjadi batu dan batu itu dikenal sebagai “Batu Malin Kundang” yang ada di Pantai Air Manis, Padang, Sumatra Barat.

Sumber: kumparan

9. Cerita Rakyat Pendek Jaka Tarub

Jaka Tarub ketika masih kecil bernama Kidang Telangkas. Ia adalah anak angkat Nyai Randa Tarub. ltulah sebabnya, Kidang Telangkas kemudian lebih dikenal dengan nama Jaka Tarub. Sejak kecil ia mempunyai kegemaran berburu burung dengan sumpitan. Setelah dewasa, ia masih senang berburu burung sehingga di rumahnya terdapat berbagai macam burung.

Pada suatu hari, Jaka Tarub duduk di pendapa rumah menikmati kicauan burung piaraannya. Tiba-tiba ia mendengar kicauan burung perkutut di atas pohon mangga di halaman depan.

“Sungguh merdu suara burung perkutut itu,” gumam Jaka Tarub seraya beranjak dari tempat duduknya.

Jaka Tarub ingin menangkap burung perkutut itu, tetapi burung itu terbang. Jaka Tarub terus mengejar burung itu sehingga sampai di tengah hutan, dekat sebuah telaga. Jaka Tarub menghentikan langkahnya karena mendengar suara perempuan bersendau-gurau bermain air telaga.

“Siapakah mereka?” gumam Jaka Tarub keheranan. “Di hutan yang sepi begini kok ada perempuan mandi.”

Jaka Tarub terus berjalan mengendap-endap mendekati telaga itu. Oi telaga itu ternyata ada tujuh perempuan cantik sedang mandi dan bersendau-gurau.

“Mungkin mereka itu bidadari dari kayangan,” pikir Jaka Tarub.

Mata Jaka Tarub terus tertuju ke arah telaga . Tibatiba ia melihat pakaian indah berserakan di atas batu di tepi telaga.

“Pasti pakaian-pakaian itu milik para bidadari yang sedang mandi itu. Aku ingin mengambil satu pasang,” kata Jaka Tarub sambil terus berjalan mengendap-endap di antara semak-semak.

Akhirnya, Jaka Tarub berhasil mengambil satu pasang pakaian bidadari. Pakaian itu ia sembunyikan di bawah tumpukan padi di lumbungnya. Kemudian, Jaka Tarub bergegas menuju ke telaga. Ketika itu para bidadari telah selesai mandi dan menuju ke tempat penyimpanan pakaian. Setelah mengenakan pakaian para bidadari terbang ke angkasa. Bidadari Nawangwulan tidak menemukan pakaiannya sehingga ia tidak dapat terbang ke kayangan bersama saudara-saudaranya.

Nawangwulan mulai menggigil kedinginan dan dicekam kesedihan yang sangat mendalam. Air matanya pun jatuh membasahi pipinya. Ia ketakutan karena tiba-tiba ada orang berdiri di tepi telaga

“Jangan takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu. Pakailah kain ini,” kata Jaka Tarub seraya melemparkan sehelai kain ke arah bidadari yang masih berendam di telaga.

Nawangwulan menangkap kain yang dilemparkan Jaka Tarub. Setelah mengenakan kain itu, ia menuju ke tepi telaga.

“Marilah aku bantu,” kata Jaka Tarub sambil mengulurkan tangannya.

Jaka Tarub dan Nawangwulan lalu duduk di atas batu, di tepi telaga.

“Dinda Nawangwulan, mungkin sudah menjadi kehendak Dewata bahwa Dinda harus hidup di bumi,” kata Jaka Tarub, “Tinggallah di rumahku.”

Nawangwulan berkata dalam hati, “Mungkin benar kata orang ini. Aku telah ditakdirkan Dewata untuk tinggal di bumi ini.”

“Dinda Nawangwulan, apakah Dinda mau tinggal di rumahku?” kata Jaka Tarub mengulangi perkataannya.

Nawangwulang menganggukkan kepalanya pertanda ia mau diajak pulang ke rumah Jaka Tarub. Akhirnya, Jaka Tarub dan Nawangwulan menikah. Setahun kemudian mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama Nawangsih.

Semenjak menikah dengan Nawangwulang padi di lumbung Jaka Tarub semakin menumpuk. Jaka Tarub pun keheranan karena istrinya tidak pernah menumbuk padi, tetapi setiap hari istrinya memasak nasi.

“Aku ingin tahu, mengapa istriku selalu melarang aku masuk dapur?” tanya Jaka Tarub dalam hati.

Pada suatu hari Nawangwulan sedang menanak nasi, Ia ingin pergi ke sungai. Ia kemudian memanggil suaminya, “Kakanda Jaka Tarub, tungguilah api ini. Tetapi, jangan sekali-kali Kakanda membuka tutup kukusan ini.”

Jaka Tarub semakin penasaran karena istrinya selalu berkata begitu jika akan pergi ke sungai. Jaka Tarub tidak mengindahkan larangan istrinya. Ia lalu membuka tutup kukusan itu.

“Pantas padi di lumbungku tidak pernah berkurang. Rupanya istriku kalau memasak nasi hanya mengambil satu bulir padi saja,” kata Jaka Tarub seraya menutup kembali kukusan itu.

Akibat tindakan Jaka Tarub itu buliran padi yang ditanak oleh Nawangwulan tidak dapat masak. Buliran padi itu tetap beruwujud buliran padi. Sejak itu, Nawangwulan kalau menanak nasi harus menumbuk padi lebih dahulu seperti orang kebanyakan.

Lama-lama persediaan padi di lumbung Jaka Tarub semakin menipis. Akhirnya, Nawangwulan menemukan pakaian kayangan yang dahulu disembunyikan oleh Jaka Tarub. Ingatan Nawangwulan kembali ke masa lalu. Ia teringat kepada saudara-saudaranya di kayangan.

Pakaian kayangan itu lalu dipakainya sehingga ia mendapatkan kebidadariannya kembali. Kemudian, ia terbang ke kayangan untuk menemui saudara-saudaranya. Akan tetapi, sesampai di kayangan ia tidak diterima sebagai warga kayangan karena ia telah dianggap menjadi manusia.

Nawangwulan disuruh tinggal di Laut Selatan. Ia kemudian menjadi penguasa Laut Selatan dan bergelar Nyi Roro Kidul.

Sumber: Buku Kalarahu Kumpulan Cerita Rakyat Jawa

10. Legenda Boting Nonggok

Inilah kisah Boting Nonggok yang asalnya dari Gambus Laut. Di Gambus Laut ada seorang sakti yang
mempunyai kekuatan hebat bernama Tok (Atok) Nonggok. Kekuatan Tok Nonggok adalah melawan
buaya-buaya di muara Gambus Laut. Selain Tok Nonggok, di Gambus Laut juga ada orang sakti lain yang merupakan adik Tok Nonggok bernama Mat Panjang. Kesaktian Mat Panjang adalah ahli pencak silat dan melawan Harimau. Mat Panjang adalah orang pertama yang mendirikan perguruan silat di Gambus Laut. Suatu saat seorang warga Gambus Laut dikejar dan akan dimakan harimau. Dengan ilmunya, Mat Panjang berhasil menundukkan harimau itu hanya dengan satu ucapan saja. Begitulah kehebatan Mat Panjang dan Tok Nonggok yang tentunya masih diketahui orang-orang tua di Gambus Laut.

Berbeda dengan Mat Panjang, Tok Nonggok merupakan Penguasa Laut Gambus yang mempunyai
kekuatan melawan buaya. Tok Nonggok selalu menjaga nelayan-nelayan yang akan mencari kerang, kepah, dan ikan di laut Gambus. Tok Nonggok selalu berdiri dan menetap di boting (daratan di laut) menjaga nelayan dari buaya-buaya ganas yang sering mengganggu para nelayan. Setiap saat, buaya yang akan menyerang warga berhasil dikalahkan oleh Tok Nonggok. Tok Nonggok selalu berada di boting itu sampai tidak diketahui nasibnya. Sampai saat ini, warga Gambus Laut percaya Tok Nonggok masih melindungi mereka di muara Gambus Laut sehingga warga menyebut boting itu dengan sebutan “Boting Nonggok”.

Sumber: Buku Cerita Rakyat Batubara dalam Tiga Bahasa

***

Itulah dongeng cerita rakyat pendek yang menarik.

Semoga rangkuman cerita rakyat pendek di atas bermanfaat, Property People.

Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di Google News Berita 99.co Indonesia.

Kalau kamu sedang mencari rumah terjangkau, cek di www.99.co/id dari sekarang.

Dapatkan penawaran menarik yang #segampangitu buat kamu!



Ilham Budhiman

Content Editor
Lulusan Sastra Daerah Unpad yang pernah berkarier sebagai wartawan sejak 2017 dengan fokus liputan properti, infrastruktur, hukum, logistik, dan transportasi. Saat ini, fokus sebagai penulis artikel di 99 Group.
Follow Me:

Related Posts