Cerpen tentang keluarga bisa menjadi tema yang menarik sebab mengisahkan berbagai hal yang dekat dengan kehidupan banyak orang. Berikut beberapa contohnya!
Cerita pendek atau cerpen merupakan karya sastra yang diminati banyak orang.
Terlebih, cerpen juga diajarkan di bangku sekolah.
Di antara berbagai topik yang bisa diangkat jadi cerpen, cerpen tentang keluarga merupakan salah satu yang menarik untuk dibuat.
Alasannya karena cerpen tentang keluarga dekat dengan kehidupan banyak orang dan ada banyak alternatif konflik yang bisa diangkat.
Menurut buku Proses Kreatif Menulis Cerpen yang ditulis Hermawan Aksan, cerpen keluarga umumnya dapat ditemukan pada majalah atau tabloid keluarga.
Kita juga bisa melihatnya di tabloid atau majalan wanita.
Seperti namanya, cerita tentang keluarga atau cerpen keluarga menceritakan persoalan rumah tangga.
Nah, sebagai gambaran, artikel ini akan menyuguhkan contoh cerita tentang keluarga yang singkat.
Mungkin beberapa cerita tentang keluarga berikut dapat menjadi rujukan untuk tugas sekolah atau sekadar belajar menulis.
Simak baik-baik, ya!
- 5 Cerpen tentang Keluarga Singkat
- 1. Contoh Cerpen tentang Keluarga Berjudul “Waktu yang Berharga Bersama Ayah”
- 2. Contoh Cerpen tentang Keluarga yang Sedih
- 3. Contoh Cerpen tentang Keluarga yang Singkat dan Menarik
- 4. Contoh Cerpen tentang Keluarga tentang Kedekatak Kakak dan Adik
- 5. Contoh Cerpen tentang Keluarga Berjudul “Kehangatan Keluarga Kecil”
5 Cerpen tentang Keluarga Singkat
1. Contoh Cerpen tentang Keluarga Berjudul “Waktu yang Berharga Bersama Ayah”
Tak seperti ayah pada umumnya, aku hanya bisa bertemu ayah satu bulan satu kali.
Kalau pun bertemu waktunya sangat singkat, bisa tiga atau empat hari.
Paling lama mungkin sekitar satu minggu ayah bisa diam di rumah.
Ayahku adalah seorang pelaut yang waktunya dihabiskan di tengah samudra.
Ketika masih kecil aku tidak mengerti, kenapa ayah tidak bisa pulang setiap hari seperti ayah teman-temanku.
Namun lambat laun, aku kini paham jika pekerjaan seorang pelaut memaksa ayah untuk tidak pulang setiap hari.
Setiap momen kedatangan ayah pulang, aku sangat senang dan menyambutnya dengan sukacita.
Aku bisa dibawa ayah bermain mengelilingi kompleks perumahan subsidi atau pergi ke pusat perbelanjaan menghabiskan waktu.
Di sisi lain, waktu menjelang ayah pergi untuk melaut menjadi momen paling berat.
Sebab di waktu itulah ayah pergi bekerja berbulan-bulan, terkadang tak bisa memberi kabar.
Terkadang aku marah dan mengunci kamar setiap kali ayah hendak pergi lagi bekerja.
Ayah dan ibu pun mencoba membujuk aku untuk keluar supaya bisa berpamitan.
Egoku masih tinggi sehingga aku tak mau keluar, justru menangis karena tak mau ayah pergi.
Tetapi kebiasaan buruk itu lambat laun sudah mulai hilang.
Aku sudah agak dewasa dan mencoba tegar untuk melihat ayah pergi melaut kembali.
“Sabar ya nak, ayah mungkin tak lama lagi bekerja di kapal. Ayah tak mau meninggalkan keluarga lama-lama,” ungkap Ayah.
Ucapan di atas beberapa bulan terakhir sering ia lontarkan ketika hendak pergi bekerja.
Tampaknya ayah pun mulai bosan dan tak tenang meninggalkan keluarga lama-lama.
Selain karena aku yang mulai tumbuh dewasa, ibu pun butuh perhatian lebih.
Aku pun hanya mengangguk seraya berharap keinginan ayah bisa terkabul secepatnya.
Sore itu, aku berada di teras untuk melepas ayah pergi.
Bersama ibu, aku melihat ayah naik mobil untuk bekerja di laut demi anak istrinya.
Kembali aku berharap, semoga ayah bisa pulang secepatnya dan benar-benar bisa terus dekat dengan keluarganya.
2. Contoh Cerpen tentang Keluarga yang Sedih
Hidupku bisa dikatakan sangat pas-pasan karena uang yang kami punya mungkin hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Namun tak mengapa, aku sangat bersyukur karena masih banyak orang-orang yang jangankan memenuhi kebutuhan sehari-hari, makan saja terkadang tidak punya.
Apalagi ayah, ibu, dan kedua saudaraku begitu baik. Keluarga kami sangat harmonis dan hangat.
Ibu dan ayah adalah petani yang mengurus kebun milik orang lain. Sementara kedua saudara dan aku sibuk sekolah.
Setelah sekolah aku dan kedua saudara sering membantu ayah dan ibu agar pekerjaan mereka cepat beres.
Setiap malam selepas magrib merupakan momen yang ditunggu karena aku dan keluarga bisa makan malam.
Jika sedang ada uang, ibu membelikan daging ayam. Di waktu itulah aku sangat menikmati hidup dan sangat bersyukur.
Tetapi seringnya, lauk pauk yang dihidangkan ibu adalah tahu tempe karena memang uang yang tidak cukup.
Hidup serba kekurangan tak membuat keluarga kami punya mental meminta-minta atau utang sana-sini.
Ayah terkadang rela bekerja ekstra di luar berkebun demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Ibu pun demikian, ia sering menjadi buruh cuci para tetangga untuk menambah penghasilan.
Kehebatan orang tuaku benar-benar tak bisa diragukan, mereka sering membiarkan anak mereka makan terlebih dulu supaya kenyang.
Sisa nasi dan lauk pauk, barulah mereka makan.
Aku dan kedua kakakku sering sedih melihat keadaan keluarga yang serba kekurangan.
Namun, ayah dan ibu terlihat sering tegar jika melihat kami murung.
Uniknya walau kami pas-pasan dan tak punya uang lebih, di setiap subuh ayah sering menyaku uang hasil ia bekerja.
Tetapi uang itu tak dibelikan apa pun.
Aku pernah bertanya kepada ayah.
“Uang itu dibelanjain apa, yah?” tanyaku.
“Sedekah subuh, nak,” jawabnya singkat sambil tersenyum.
Ayah lalu menjelaskan, jika sedekah subuh mempunyai banyak manfaat, salah satunya dilancarkan rezeki.
Bagi ayah, kita bisa hidup sehat dan makan setiap hari adalah rezeki besar dari Tuhan.
“Apa pun keadaannya, sesempit apa pun hidup kita, bersedekahlah, hal itu akan membuat hidup kita menjadi lapang,” ayah pernah berkata demikian.
Hal itu benar adanya. Meski hidup pas-pasan, tapi keluarga kami hidup damai dan tenang.
Mungkin itulah rezeki yang Tuhan beri, yaitu berupa hidup dengan penuh ketenangan.
“Percayalah, selalu ada rezeki yang terbuka jika kita bisa membantu sesama,” ungkap ayahku.
3. Contoh Cerpen tentang Keluarga yang Singkat dan Menarik
4. Contoh Cerpen tentang Keluarga tentang Kedekatak Kakak dan Adik
Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, hiduplah sebuah keluarga sederhana. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak, yaitu seorang perempuan bernama Ani dan seorang laki-laki bernama Budi.
Ani dan Budi adalah anak yang cerdas dan berbakti kepada orang tua. Mereka selalu membantu orang tua mereka dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu di sawah.
Suatu hari, Ani dan Budi mengikuti ujian masuk SMA. Ani berhasil lulus dengan nilai yang sangat baik, sedangkan Budi hanya lulus dengan nilai pas-pasan.
Ayah dan ibu Ani sangat bangga dengan Ani yang berhasil lulus dengan nilai yang sangat baik. Namun, mereka juga merasa kecewa dengan Budi yang hanya lulus dengan nilai pas-pasan.
Ayah dan ibu Budi ingin agar Budi bisa melanjutkan pendidikannya ke SMA, tetapi mereka tidak memiliki cukup uang untuk membiayainya.
Ani merasa kasihan kepada Budi. Dia ingin membantu Budi agar bisa melanjutkan pendidikannya.
Ani pun memutuskan untuk bekerja paruh waktu di sebuah toko kelontong di dekat rumahnya. Dia bekerja setiap hari sepulang sekolah dan di hari libur.
Ani menyisihkan sebagian uang hasil kerjanya untuk membantu Budi. Dengan uang hasil kerja Ani, Budi akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya ke SMA.
Mulanya, kedua orang tua dan Budi melarang Ani untuk bekerja. Alasannya karena mereka tak mau Ani terganggu belajarnya.
“Aku hanya ingin Budi belajar sama denganku. Aku yakin, kita bersama bisa lulus sarjana bersama,” ungkap Ani kepada orang tuanya meyakinkan.
Mereka pun akhirnya mengizinkan.
Sementara Budi, melakukan hal serupa seperti Ani. Ia bekerja paruh waktu di toko yang lain agar bisa sekolah.
Budi sangat bersyukur atas bantuan Ani. Dia berjanji akan belajar dengan giat agar bisa membuat bangga orang tuanya.
Singkat cerita, Budi dan Ani berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMA dengan nilai yang baik. Mereka kemudian melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dan berhasil meraih gelar sarjana.
Ani dan Budi pun akhirnya bisa membahagiakan orang tua mereka. Mereka membuktikan bahwa keluarga yang menerima apa adanya bisa meraih kesuksesan.
5. Contoh Cerpen tentang Keluarga Berjudul “Kehangatan Keluarga Kecil”
Pagi itu mentari bersinar cerah menyinari rumah kecil Rani. Ia terbangun dan tersenyum menatap wajah damai adik kecilnya, Dodi, yang masih terlelap di sebelahnya.
Hari ini adalah hari minggu, waktu yang ditunggu-tunggu Rani. Bukan karena libur sekolah, tetapi karena ayah dan ibunya akan ada di rumah seharian.
Rani turun dari tempat tidur dengan hati-hati agar Dodi tidak terbangun. Ia membantu ibunya menyiapkan sarapan sederhana untuk keluarga kecilnya.
Tak lama kemudian, ayah dan Dodi sudah duduk manis di meja makan.
“Selamat pagi! Ayo kita sarapan bersama,” ucap ibu sambil tersenyum lembut.
Rani sangat menyayangi keluarga kecilnya ini. Meski sederhana, kehangatan keluarga selalu dirasakannya setiap hari.
Bagi Rani, keluarga menjadi obat kehidupan dari beratnya cobaan yang silih datang berganti.
Mulai dari cobaan ekonomi keluarga, cobaan di sekolah, dan segala cobaan lainnya.
Alhasil, hari Minggu menjadi waktu yang ditunggu-tunggu baginya.
“Nanti siang kita main Dodi!” ujar Rani kepada adiknya.
Setelah sarapan, mereka menghabiskan waktu dengan bermain dan bercanda tawa.
Tawa riang Dodi selalu menghiasi rumah sepanjang hari. Malam harinya, Rani terlelap dengan perasaan bahagia. Keluarga kecilnya adalah harta berharga yang selalu ingin dijaganya.
***
Itulah beberapa contoh cerpen tentang keluarga yang singkat.
Semoga bermanfaat, Property People.
Baca artikel menarik lainnya di 99updates.id.
Ikuti pula Google News 99updates.id Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru.
Jual beli di www.99.co/id praktis dan #segampangitu, lo.
Tak percaya? Buktikan sekarang juga!