Berita Ragam

Contoh Kata Arkais Bahasa Indonesia dan Penggunaannya pada Karya Sastra

2 menit

Di era modern ini, kata arkais dimuseumkan karena sudah tidak dipakai oleh masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun dalam penciptaan puisi, kata arkais masih dipakai oleh para penyair karena dianggap berestetika. Buat kamu yang penasaran dengan diksi lampau tersebut, simak contoh arkais pada artikel ini!

Melansir dari buku Detektif Bahasa yang ditulis Rifal Bilaldi, diksi yang termasuk bahasa arkais merupakan kata yang lebih awal digunakan oleh umat manusia dan sudah tidak lagi dipakai.

Oleh karena itu, kata tersebut menjadi antik, layaknya benda sejarah lainnya.

Meski begitu, penggunaan kata arkais masih ditemukan pada sebuah karya sastra yang penulisnya senang dengan hal-hal bersifat lampau dan berestetika.

Bahkan, kata arkais juga masih diperkenalkan dalam kurikulum pendidikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

Agar lebih jelas, ketahui contoh kata arkais pada uraian berikut.

Contoh Kata Arkais

No Kata Arkais Artinya
1 Abaimana Kemaluan; Dubur
2 Abid Kekal; Abadi
3 Abilah Penyakit cacar
4 Abnus Kayu arang
5 Abun-abun Angan-angan
6 Acik Kakak perempuan; bibi
7 Adicita Ideologi
8 Adiraja Gelar raja tertinggi
9 Aja Gelar putri bangsawan
10 Akil Berakal; cerdik; pandai
11 Alamas Intan
12 Ambah Pertukangan
13 Anggara Buas; liar
14 Angkong Kereta kuda
15 Anju Maksud; tujuan
16 Arai Takaran beras
17 Arip Sangat mengantuk
18 Awai Melambai; memegang; meraba
19 Ayan Tempat mencuci tangan; cawan
20 Badau Badari
21 Bagal Tangkai mayang
22 Bagan Pangkalan
23 Bainah Bukti yang nyata
24 Bakak Kawin (untuk binatang)
25 Balabad Angin darat; angin pegunungan
26 Banat Memukuli; memalu
27 Bandarsah Surau; langgar; mushola
28 Bangakang Terbengkalai
29 Bapang Bapak
30 Baran Rawa; payau
31 Barua Muncikari
32 Baung Beruang
33 Bayata Anak laki-laki
34 Bayati Anak perempuan
35 Bedegap Kuat; tegap
36 Bek Kepala kampung
37 Belangah Ternganga; melanga
38 Beloh Bodoh; dungu; tolol
39 Benara Menara
40 Bengah Sombong; angkuh
41 Berlau Biru belau
42 Gandringan Rapat; pertemuan
43 Gegadan Patut; layak
44 Geligi Menggigil
45 Gerda Garuda
46 Gerha Istr; permaisuri
47 Getis Mudah patah
48 Gumbuk Membujuk
49 Gurnadur Gubernur
50 Ibung Ibu; mama
51 Jangat Bakul; keranjang
52 Jelabak Runtuh
53 Jelanak Menyelinap
54 Jenak Melihat
55 Jeprat Memercik
56 Jepun Jepang
57 Juru terap Montir
58 Langis Habis binasa; punah
59 Lanjar Bertambah panjang
60 Lanji Pelacur
61 Lanus Dapat dilihat; terlihat
62 Layon Jenazah
63 Lejar Sangat penat; capek
64 Lencong Licin
65 Lenggana Enggan; tidak sudi
66 Lengkesa Berkurang
67 Lenyet Lunak; lembek
68 Lepau Warung kecil; kedai nasi
69 Letai Lemah sekali; tidak berdaya
70 Limpak Bertumpuk-tumpuk
71 Lohok Busuk sekali
72 Loklok Mutiara
73 Loyar Pengacara; advokat
74 Madar Tidak berperasaan
75 Maharana Perang besar
76 Manikam Air mani
77 Membantinkan Merahasiakan
78 Membumi Menetap
79 Mengirat Mati; hilang
80 Menyunyi Menjadi sunyi
81 Milu Jagung
82 Muas Encer; larut
83 Munib Janda
84 Nasut Raja; baginda
85 Nuraga Simpati
86 Olanda Belanda
87 Onder Camat
88 Onyang Moyang
89 Pamah Datar
90 Panggu Bagian
91 Pangkai Besar
92 Pasara Pasar
93 Pasuel Surang kaleng
94 Pedak Hewan berbisa
95 Pelak Salah; keliru
96 Pembarap Kepala desa
97 Pendayang Pelacur
98 Pendiris Penyiram
99 Penggah Megah
100 Peparu Paru-paru

Penggunaan Kata Arkais pada Karya Sastra

menulis

sumber: shutterstock.com

Setelah mengetahui contoh kata arkais di atas, pastinya kamu penasaran dong dengan penggunaannya pada karya sastra?



Tenang saja, Berita 99.co Indonesia sudah menghadirkan puisi yang ditulis Sutan Takdir Alisjabana di era Pujangga Baru yang mengaplikasikan kata arkais.

Simak puisi di bawah ini, yuk!

SEINDAH INI

Tuhan,

Terdengarkah kepadamu himbau burung di hutan

sunyi meratapi siang di senja hari?

Remuk hancur rasa diri memandang sinar lenyap

menjauh di balik gunung.

Perlahan-lahan turun malam menutupi segala pan-

dangan.

*

Menangis, menangislah hati!

Wahai hati, alangkah sedap nikmatnya engkau pandai

menangis!

Apa guna kutahan, apa guna kuhalangi?

*

Aku terima kasih kepadamu, Tuhan, memberiku hati

tulus-penyerah seindah ini:

Sedih pedih menangis, waktu menangis!

Girang gembira tertawa, waktu tertawa!

Marak mesra bercinta, waktu bercinta!

Berkobar bernyala berjuang, waktu berjuang!

10 Agustus 1937

Dari: Pujangga Baru, Agustus, 1937

***

Semoga bermanfaat, ya.

Simak artikel menarik lainnya seperti contoh kritik sastra di Berita.99.co.

Cek juga Google News kami untuk mendapatkan informasi terkini.

Ingin miliki hunian dekat stasiun LRT?

Dapatkan pilihan terbaik hanya di www.99.co/id yang pastinya bikin beli rumah jadi #segampangitu.



Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Follow Me:

Related Posts