Berikut contoh puisi elegi dalam bahasa Indonesia beserta pengarangnya yang bisa kamu jadikan referensi.
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang cukup dekat dengan masyarakat.
Bahkan, kamu sudah mempelajari soal puisi dan sastra lainnya sejak bangku sekolah dasar.
Namun, tahukah kamu ada beberapa ada dua jenis puisi yaitu puisi lama dan puisi baru.
Kali ini, mari kita bahas jenis puisi baru yaitu puisi elegi yang memiliki ciri khas berbeda.
Puisi elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka dari si penyair sehingga isinya bisa berupa ratapan atau dukacita yang mendalam.
Simak contoh puisi elegi dalam bahasa Indonesia karya dari para sastrawan tanah air di bawah ini.
Contoh Puisi Elegi dalam Bahasa Indonesia
1. Contoh Puisi Elegi Karya Chairil Anwar
Sia – Sia
Oleh: Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
Februari, 1943
2. Contoh Puisi Elegi Karya WS Rendra
Kesaksian Akhir Abad
Oleh: WS Rendra
Ratap tangis menerpa pintu kalbuku.
Bau anyir darah mengganggu tidur malamku.
O, tikar tafakur!
O, bau sungai tohor yang kotor!
Bagaimana aku akan bisa
membaca keadaan ini?
Di atas atap kesepian nalar pikiran
yang digalaukan oleh lampu-lampu kota
yang bertengkar dengan malam,
aku menyerukan namamu:
wahai para leluhur Nusantara!
O, Sanjaya!
Leluhur dari kebudayaan tanah.
O, Purnawarman!
Leluhur dari kebudayaan air!
Kedua wangsamu telah mampu
mempersekutukan budaya tanah dan air!
O, Resi Kuturan! O, Resi Nirarta!
Empu-empu tampan yang penuh kedamaian!
Telah kamu ajarkan tatanan hidup
yang aneka dan sejahtera,
yang dijaga oleh dewan hukum adat.
O, bagaimana aku bisa mengerti bahasa bising dari
bangsaku ini?
O, Kajao Laliddo! Bintang cemerlang Tana Ugi!
Negarawan yang pintar dan bijaksana!
Telah kamu ajarkan aturan permainan
di dalam benturan-benturan keinginan
yang berbagai ragam
di dalam kehidupan:
ade, bicara, rapang, dan wari.
O, lihatlah wajah-wajah berdarah
dan rahim yang diperkosa
muncul dari puing-puing tatanan hidup
yang porak poranda.
Kejahatan kasatmata
tertawa tanpa pengadilan.
Kekuasaan kekerasan
berak dan berdahak
di atas bendera kebangsaan.
O, anak cucuku di zaman Cybernetic!
Bagaimana kalian akan baca prasasti dari zaman kami?
Apakah kami akan mampu
menjadi ilham bagi kesimpulan
ataukah kami justru
menjadi sumber masalah
di dalam kehidupan?
Dengan puisi ini aku bersaksi
bahwa rakyat Indonesia belum merdeka.
Rakyat yang tanpa hak hukum
bukanlah rakyat merdeka.
Hak hukum yang tidak dilindungi
oleh lembaga pengadilan yang tinggi
adalah hukum yang ditulis di atas air
WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016, hlm. 34-35)
3. Contoh Puisi Elegi Singkat
Hampa
Oleh: Chairil Anwar
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut
Tak satu kuasa melepas renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertampik
Ini sepi terus ada. Dan menanti
4. Lanskap Pasir Putih
Layar usia telah mengembang
Menuju pantai
Adakah yang tersembunyi
Di balik pasir
dan
Ombak berkejaran tak pernah henti
Mengikis cadas
5. Contoh Puisi Elegi Singkat
Palu yang Pilu
Oleh: Prawiro Sudirjo
Bumi berguncang
jantung berdegup kencang
kala ombak menerjang
Semua berlari tunggang langgang
menghindari pasang
Tak perduli rumah, sawah dan ladang
Semua hanya tinggal untuk dikenang
Wahai saudaraku
ingatlah kepada Tuhan
terimalah semua takdi-Nya
mari berdoa dan beripaya
bangkit dari musibah
Tuhanku hanya kepada-Mu
kami pasrah
Bekasi, 2 Oktober 2018
6. Puisi Elegi Semesta
7. Puisi Elegi Pandemi
FAQ
Apa yang dimaksud dengan elegi dan contohnya?
Elegi adalah istilah umum dalam kesusastraan yang merujuk kepada syair dengan kandungan ratapan dan ungkapan dukacita, terutama pada peristiwa kematian.
Namun tak hanya kematian, penggunaan kata “elegi” dalam syair atau lirik lagu juga dapat bertujuan untuk menggambarkan perasaan kehilangan.
Ciri-ciri Puisi Elegi
Adapun sejumlah ciri-ciri puisi elegi yang bisa kamu temukan adalah:
- Memiliki suasana yang muram, sedih, putus asa dan kehilangan
- Tema yang biasa digunakan tentang kesedihan
- Menggambarkan tentang titik lemah seorang manusia
- Menggunakan diksi yang tidak memotivasi
***
Itulah ulasan seputar contoh puisi elegi yang bisa kamu jadikan referensi.
Semoga bermanfaat, Property People.
Baca artikel informatif lainnya hanya di www.99updates.id.
Ikuti juga Google News Berita 99.co agar tidak ketinggalan informasi terbaru.
Apabila sedang mencari hunian, cek rekomendasi terbaiknya di www.99.co/id.
Menemukan hunian idaman kini #SegampangItu!
Referensi:
Hidayati, Nur. 2020. Kumpulan Puisi Elegi Ilalang. Banyumas: Omera Pustaka.
Rustandi, Endang Ade. 2018. Elegi Puing Cinta yang Tersisa. Sukabumi: CV Jejak Publisher.
Gerakan Literasi Sisa SMK Negeri 1 Tering. 2021. Antalogi Puisi Elegi Semestas. Depok: Guepedia.
Mariamah. 2022. Elegi untuk Muridku di Akhir Pandemi. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.