Bahasa KHUSUS Pendidikan

7 Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih dan Penuh Makna

3 menit

Contoh puisi Ramadhan yang sedih ini bisa mengekspresikan perasaan jelang bulan puasa tiba. Simak ulasan lengkapnya di sini.

Puisi tentang Ramadhan merupakan puisi-puisi islami yang setiap memiliki makna mendalam pada setiap baitnya.

Sebab, bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti oleh umat muslim di seluruh dunia.

Bulan penuh berkah ini memiliki banyak sekali kemuliaan dan limpahan pahala dari Allah Swt.

Biasanya, bulan ramadhan diisi dengan berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari lomba baca Alquran atau tilawah, kaligrafi, hingga ceramah Ramadhan.

Akan tetapi, kamu juga bisa mengisinya dengan membacakan puisi Ramadhan.

Berikut ini contoh puisi Ramadhan yang sedih untuk mengekpresikan perasaanmu.

Pengertian Puisi

Dikutip dari buku Seni Mengenal Puisi oleh Agnes Pitaloka dan Amelia Sundari, puisi adalah bentuk eskpresi diri yang menggambarkan keresahan, imajinasi, kritik, pemikiran, pengalaman, kesenangan ataupun nasehat seseorang.

Puisi adalah jenis karya sastra yang tersusun atas bahasa yang indah dan padat makna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra dengan menggunakan bahasa yang masih terikat matra, irama, penyusunan larik, bait, atau rima.

Adapun beberapa ciri khas puisi, yaitu:

1. Puisi lama terikat oleh aturan, jumlah baris tiap bait,jumlah suku kata pada tiap baris
2. Puisi baru tidak terikat aturan bait, baris, suku kata, dan rima bebas.
3. Menggunakan majas (gaya bahasa) yang penuh makna
4. Penulisannya berisi bait yang terdiri dari sejumlah baris

Puisi juga memiliki sejumlah struktur batin dan struktur fisik puisi yang melekat di dalamnya.

Struktur batin puisi terdiri dari tema atau makna, nada, rasa, dan amanat.

Sedangkan struktur fisik pada puisi terdiri dari rima, imajinasi, gaya bahasa, diksi, dan tipografi.

Ada banyak jenis puisi yang bisa kamu jadikan pelajaran, termasuk contoh puisi Ramadhan yang sedih berikut ini.

Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih

1. Ramadhan Sepi

Langit senja menebar jingga,
Adzan maghrib mengalun lirih,
Namun tak seperti biasanya,
Rumah sepi, tak terdengar tawa terbit.

Kursi makan tersaji hening,
Aroma masakan tak lagi menggoda,
Hanya bayang kursi ayah yang lengang,
Membius rasa, duka merajalela.

Dulu, saat Ramadhan tiba,
Suara tadarus ayah selalu menggema,
Kini, hening menusuk jiwa,
Rindu membuncah, air mata pun tertumpah.

Oh, Ramadhan, bulan penuh berkah,
Mengapa harus terasa pedih begini?
Doa ku mohon, semoga di sana ayah tenang,
Dan izinkan aku di sini meraih berkah Ilahi.

2.  Ramadhan yang Tertunda

Senyum tertahan di sela napas,
Mata berkaca-kaca menatap langit Ramadan.
Tubuh lemah terbaring di ranjang,
Tak kuasa menyambutmu, bulan penuh ampunan.

Iftar hanya hayalan semu,
Sahur hanya mimpi kelabu.
Suara tarawih sayup-sayup menyapa,
Membuat hati kian terdera.

Rindu ingin beribadah bersama,
Namun raga tak lagi berdaya.
Doa terurai lirih memohon,
Agar Allah mudahkan segala ujian.

Semoga kesembuhan datang segera,
Agar Ramadhan tahun depan,
Dapat kupenuhi dengan ibadah dan sukacita,
Mengusir rasa rindu yang kian mendera.

3. Jauh di Rantau, Ramadhan Sepi

Langit senja di perantauan ini memerah sayu,
Memantulkan bayang rindu yang semakin kelabu,
Suara adzan Magrib menggema, menusuk kalbu,
Ramadhan telah tiba, namun hati terasa pilu.

Di tanah kelahiran, keluarga berbuka puasa bersama,
Di sini, nasi bungkus menjadi teman berbuka yang hampa,
Tak ada tawa canda riang, tak ada hangatnya sahur bersama,
Hanya kesunyian yang memeluk jiwa di malam berbintang.



Ingin rasanya hening khusyuk masjid kampung kudengar,
Ingin sekali lantunan tarhim membelai telingaku samar-samar,
Namun yang kudengar hanya bisikan angin malam yang dingin,
Dan rindu yang semakin menggebu bagai bara menyelinap dalam.

Ya Allah, ampuni kekuranganku yang tak bisa berbakti di bulan mulia,
Berikan aku kekuatan untuk menjalani puasa dalam nestapa dan rindu ini,
Semoga amal ibadahku meski jauh dari keluarga,
Tetap berkenan di sisi-Mu, Ya Rabbi.

4. Elegi Ramadhan

Bulan purnama beringsut di ufuk barat,
Menandakan akhir Ramadhan yang kian dekat.
Rasa sedih menyelimuti jiwa,
Berpisah dengan bulan penuh berkah.

Suara tarawih tak lagi terdengar,
Hanya keheningan yang menyapa malam.
Buku ayat suci tergeletak di atas meja,
Menunggu untuk dibaca kembali di tahun depan.

Kenangan indah Ramadhan terpatri di memori,
Kebersamaan keluarga saat berbuka puasa,
Kemeriahan malam takbiran,
Dan rasa syukur saat Idul Fitri tiba.

Kini Ramadhan telah pergi,
Meninggalkan jejak tak terperi.
Doa terpanjat, semoga Allah SWT
Menerima amal ibadah kita di bulan suci ini.

Dan di tahun depan,
Semoga kita dapat dipertemukan kembali
Dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah
Dan meraih ampunan-Nya yang tak terhingga

5. Perpisahan di Malam Idul Fitri

Lentera Idul Fitri bersinar terang,
Namun duka tak bisa dibelengguarang.
Di antara gema takbir dan lantunan doa,
Hati berbisik, “Ramadhan, mengapa kau berlalu?”

Senyum Idul Fitri terasa hambar,
Tanpa tarawih dan iftar bersama.
Suasana hening menusuk kalbu,
Mengingat khusyuknya beribadah di malam Lailatul Qadr.

Hati rindu bait-bait tadarus ayah,
Suara lembutnya berpadu doa dan shalawat.
Kini, hanya bayang yang tersisa,
Membuat jiwa bergetar, air mata menetes sesaat.

Oh, Ramadhan, bulan suci penuh ampunan,
Kembalilah lagi di tahun depan.
Biarkan kami merindukanmu setahun ini,
Untuk kembali mendekatkan diri kepada Illahi.

6. Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih

Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih

Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih

7. Bait Candu Rindu

Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih dan menyentuh hati

Contoh Puisi Ramadhan yang Sedih dan menyentuh hati

***

Itulah kumpulan puisi Ramadhan yang sedih dan menyentuh hati.

Simak beragam artikel seputar Ramadhan lainnya yang menarik hanya di Berita.99.co.

Follow juga Google News Berita 99.co agar tidak ketinggalan informasi terkini.

Jangan lupa untuk mengakses laman www.99.co/id guna menemukan beragam rumah idaman dan properti.

Dapatkan pula berbagai promo dan diskon menggiurkan karena ternyata beli hunian emang #segampangitu.

**Referensi:

  • Pitalokas, Agnes & Sundari, Amelia. 2020. Seni Mengenal Puisi. Depok: Guepedia.


Maskah Alghofar

Maskah adalah seorang content writer di 99 Group sejak tahun 2022. Lulusan Penerbitan PoliMedia Jakarta ini mengawali karir sebagai jurnalis online. Kini, Maskah rutin menulis tentang properti, gaya hidup, pendidikan, dan kesehatan.
Follow Me:

Related Posts