Mengekspresikan kekaguman terhadap indahnya keindahan panorama sekitar bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya menuangkannya dalam bentuk puisi tentang alam.
Bagi sebagian orang, mengungkapkan rasa cinta pada alam kerap kali dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat eksotis.
Selain itu, ada juga yang memilih bermukim di tempat tertentu guna melihat lebih dekat keindahan alam Sang Pencipta.
Namun, wujud cinta itu bisa juga dilakukan dengan menulis puisi tentang alam.
Ya, rangkaian kata dijahit sedemikian rupa hingga puisi tersebut memiliki makna mendalam.
Apa itu Puisi?
Menurut buku Cara Mudah Menulis Puisi Bebas dengan CIRC, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan batinnya.
Sementara apabila merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Dengan demikian, tidak mengherankan para penulis puisi sering kali membuat rangkaian kalimat indah penuh makna sehingga pembaca pun akan merasa larut ketika melantunkannya.
Khusus bagi kamu yang ingin memulai belajar membuat puisi pendek bertema tentang alam, kami sajikan beberapa contoh untuk dijadikan referensi.
Berikut adalah puisi-puisi terkait lingkungan dan alam yang telah kami rangkum dari berbagai sumber.
Kumpulan Puisi tentang Alam
1. Puisi Keindahan Alam Indonesia
Betapa indahnya negeri ini
Laut yang berombak ombak
Lereng yang bertingkat-tingkat
Angin berembus sepoi-sepoi
Berdiri aku di tepi pantai
Di bawah langit yang membentang
Merasakan negeri keindahan
Indonesia yang ku sayang
Indonesia Negeri Khatulistiwa
Beribu nikmat di dalamnya
Pemberian dari Tuhan yang Maha Esa
Agar bersyukur kita kepada-Nya
2. Keramahan Alam
Bila datang ke negeriku
Kan disambut dengan alam yang hijau
Dengan gunung yang menjulang
Dan ombak yang berderai di lautan
Burung-burung akan bernyanyi
Bersiulan sepanjang pagi
Riangnya tiada pernah berhenti
Memuji robbul izzati
Bila datang ke negeriku
Kan kau lihat sungai mengalir
Angin-angin bersemilir
Bungaa mekar beribu-ribu
3. Pesona Alam Hijau
Terperosok pada hamparan hijau
Menggantung pada nuansa manja ilalang
Tunggu! Akan ku hirup perlahan aroma rumput ini
Sebab, ku tau inilah ciptaan Tuhan yang harus kita nikmati
Jauh di ufuk kehijauan
Dengan dasar coklat yang menyatu pada komponen penting
Berbasis kesuburan, yang terikat pada keindahan tanaman liar
Sebut saja bunga
Bunga menjadikan sepasang aksa siap meraih
Sentuhan halus jemari mungil
Siap mengabadikan momen kemekarannya
Bidikan-bidikan kecil siap menjadikan momen indah untuk dikenang
Sebagai hal ciptaan Tuhan yang terindah
4. Senja, Keindahan yang Tidak Terganti
Siang mulai berganti
Warna langit pun berubah menjadi jingga
Burung silih berganti terbang di tengah warna jingga yang kian melebur di langit
Siapa saja yang melihatnya, akan takjub dibuatnya
Waktu terus berlari
Warna jingga pun terkikis secara perlahan
5. Sawah
Sawah di bawah emas padu
Padi melambai, melali terlukai
Naik suara salung serunai
Sejuk didengar, mendamaikan kalbu
Sungai bersinar, menyilaukan mata
Menyemburkan buih warna pelangi
Anak mandi bersuka hati
Berkejar-kejaran berseru gempita
Langit lazuardi bersih sungguh
Burung elang melayang-layang
Sebatang kara dalam udara
Desik berdesik daun buluh
Dibuai angin dengan sayang
Ayam berkokok sayup udara
6. Sabda Bumi
Belum tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu
Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi
Puisi tentang Alam 4 Bait
Puisi tentang alam 4 bait dapat dibuat dengan kata-kata panjang atau pendek dengan mengedepankan makna mendalam.
7. Alam Tepian Pantai
Sumber gambar: Pixabay
Gelombang air menari-nari di tepian pantai
Menyapa pasir yang dimainkan bocah-bocah pantai
Gerombolan camar berterbangan di atas ombak
Berharap ikan segar tersambar di paruh-paruh mereka
Gelombang ombak tepian pantai mengusap kedua mata kaki
Terasa dingin merasa hingga ke relung dada
Ikan-ikan kecil genit menggigit telapak kaki
Menambah perasaan suka berada di alam indah ini
Kupandangi jauh di ufuk benang kemerahan
Terasa indah dipandang mata
Kurasa sinar mentari indah inilah
Yang menyatukan langit biru
Dan laut dengan hamparan luasnya
Ya Tuhan
Perkenankan kami untuk menikmati indah alam-Mu
Beberapa kali lagi
Sebelum raga berada di ujung lubang tanah
Perkenankan kami menjaga alam indah-Mu ini
Agar lestari hingga ke akhir masa
8. Lautan Bumi Pertiwi
Terbentang luas alam negeriku
Puisi tentang alam ini kuberikan hanya untukmu
Semilir angin di pesisir laut
Menyadarkan arti sebuah keanekaragaman
Rimpuh… kisahmu kini
Nestapa yang kian membuncah
Sadar bahwa usiamu kini sudah menua
Tapi hasrat… kau selalu digenggam
Pohon, danau, laut mulai mengobarkan industri alam yang baru
Mengisi cinta pada perolehan yang kelak tidak menjadi kekal
Nabastala berkata
Bahwa bumi ini akan menjadi bumi yang kekal dan abadi
Dengan pancaran indah pesona sang Ilahi
Puisi Pendek tentang Alam
9. Alamku Sahabatku
Alamku adalah sahabatku
Tempat aku berdiam dan tinggal
Dia telah banyak memberikan
Apa yang aku butuhkan
Dengan hujannya dia mencurahkan
Segenap air yang kami butuhkan
Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan
Kami menghirup kesegaran
Dengan lautan yang dihamparkan
Kami berlayar mencari ikan
Dengan gunung-gunung menjulang
Kami buat persawahan
Dengan alam Tuhan memberikan
Segalanya yang manusia butuhkan
Agar mereka bersyukur
Jangan sampai manusia kufur
Kepada-Nya kita bersujud
Merendahkan diri ini
Menjadi hamba yang mengerti
Keagungan Ilahi Robbi
10. Pancuran 7 Abadi
Karya: Dede Aditnya Saputra
Desir angin sepoi menghembus perlahan
Bersama nyanyian burung di pucuk dahan
Airmu menari-nari dalam nestapa
Mencairkan luka oleh karena cinta
Tercium bau yang harum menawan
Bau harum airmu memecahkan qalbu buana
Tahukah kau akan qalbu buana itu?
Yaitu qalbu yang dirundung duka dan nestapa
Oh… nirwana puncak Gunung Slamet
Kaulah tempat kami mengingat sang Kuasa
Melepaskan jiwa yang bermuram durja
Dan merenungkan masa jaya
Selain air terjunmu yang menawan
Terdapat mata air panas yang bersahaja
Membuat kita bersatu dengan malam
Apalagi malam Jumat orang Jawa
Teruslah abadi kau Pancuran ketujuh
Bersama keenam Pancuran di bawah sana
Pancarkan sinar keemasan dalam airmu!
Untuk melupakan rasa sendu yang menggebu
11. Hutan Karet
Karya: Joko Pinurbo
Daun-daun karet berserakan
Berserakan di hamparan waktu
Suara monyet di dahan-dahan
Suara kalong menghalau petang
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan
Berloncatan di semak-semak rindu
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
Membelit kenangan terjal
Sesaat sebelum surya berlalu
Masih kudengar suara bedug bertalu-talu
12. Inilah Tanah Airku
Di tepi pantai angin berdesir
Kicauan merdu suara burung terdengar saling bersahutan
Rumput-rumput dibasahi oleh embun pagi
Inilah tanah airku
Hijaunya hamparan sawah
Tingginya gunung yang menjulang
Serta rakyatnya yang aman dan makmur
Inilah tanah airku
Jagalah dan rawatlah ia selalu
Karena di sanalah aku dilahirkan serta dibesarkan
Dan di sana pulalah aku akan menutup mata
Oh, tanah airku, itulah Indonesia.
13. Desaku yang Permai
Hamparan sawah mulai menguning
Mentari disambut oleh sang pagi
Sahutan ayam saling berkokok
Para petani pun sudah bersiap untuk pergi ke sawah
Padi-padi yang berwarna hijau
Sudah siap untuk dipanen
Para petani pun hatinya bersuka ria
Mereka beramai-ramai memotong padi
Gemercik air di sungai
Terlihat sangat bening
Bak sebuah zamrud khatulistiwa
Itulah alamku, desa yang permai
14. Derai Cemara Udang
Di sela-sela gerimis, angin pantai berembus
Sejenak, aku pun berteduh di bawah pohon cemara udang
Aku pun mulai lenyap ke arah gubuk bambu yang reot
Gubuk yang tanpa atap berada di tepi jalan itu
Pada puisi senja ini
Tiada lagi yang romantis
Karena pantai ini telah sepi
Hanya ada derai cemara udang saja
Dengan rintik gerimisnya yang tak kunjung reda
15. Tempat Berpijak
Mataku terbuka
Dengan alam manja menyapa
Tumbuhan subur
Memberi kenyamanan jiwa
Pohon pohon berseri
Di sudut pulau
Di seberang sana
Hewan dan tumbuhan saling bercengkerama
Rotasi perputaran hidup yang damai
Senang
Lepas dan damai
16. Kemana Perginya Alam Lestari
Dulu sering kulihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
17. Permainya Desaku
Sawah mulai menguning
Mentari menyambut datangnya pagi
Ayam berkokok bersahutan
Petani bersiap hendak ke sawah
Padi yang hijau siap untuk dipanen
Petani bersuka ria beramai-ramai memotong padi
Gemercik air sungai begitu beningnya
Bagaikan zamrud khatulistiwa
Itulah alam desaku yang permai
18. Alam di Lembah Semesta
Angin dingin kelam berderik
Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahayanya menusuk citra
Pahatan gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud
Tinggi… Tajam…
Sejak waktu tidak beranjak
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak
Cermin ilusi di atas danau
Menikung pohon yang melambai warna
Di celah kaki-kaki menjejak karya-Nya
Di manakan aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna
Sungguh jelita permadani ini
Tebarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya
Serasa bertualang di negeri tak bertuan alam
19. Petani Desa
Kumpulan orang-orang desa mencangkul
Memetak-metak sawah
Irigasinya digunakan sebagai permainan bocah-bocah di sana
Semua riang tanpa beban
Air di sungai gemericik terasa syahdu
Mengiringi burung burung bersenandung
Gurauan petani dan bocah-bocah polos
Bertelanjang kaki bersama alam
Merasakan nuansa
Harmoni
20. Global Warming
Oleh: Dhimas Mega Putra
Makin canggih peradaban teknologi
Makin banyak terdapat polusi
Kini pemanasan global terjadi
Di seluruh bagian bumi ini
Manusia tak sadar perbuatannya
Yang merusak lingkungannya
Hewan dan tumbuhan juga merasa
Lingkungannya dirusak manusia
Panas menyengat kulit manusia
Bencana terjadi di mana-mana
Semoga saja semua manusia
Takkan lagi merusak lingkungannya
21. Pengakuan yang Jujur
Berikut ini adalah contoh puisi tentang alam karya Radius S.K. Siburian yang dikutip dari buku Serpihan Puisi Alam.
Di tiap ujung daun menjari tersimpan nada kagum
Di tiap bentangan akar bersembunyi nada taat
Di tiap pucuk pohon pinus bertunas nada syukur
Di tiap ujung paruh burung terselip rasa kagum
Di tiap auman fauna terdengar rasa taat
Di tiap alat gerak animalia terbekas rasa syukur
Di tiap bibir pantai-pantai tercium rasa kagum
Di tiap puncak gunung menjulang tersimpan rasa taat
Di tiap muara sungai terbentang rasa syukur
Di tiap hamparan samudra terbentang nada dan rasa
Kagum
Taat
Syukur
Semua menyanyi kita kejadian
Sempurna
22. Pesan Alam
Puisi pendek tentang keindahan alam berikut ini berjudul “Pesan Alam” karya Haidi S.
Bencana ini mengajarkan kita
Bagaimana rasanya terpenjara
Di tempat yang disebut rumah
Yang perlahan membuat
Mungkin kita harus ingat
Saat perilaku kita menjerat
Penghuni laut udara dan darat
Akal dan nurtani nyatanya tak saling terikat
Tuhan melalui alam menyampaikan pesan penuh ilham
Membiarkannya geram sebab dosa tak terpendam
Puisi tentang Alam Anak SD
Berikut adalah kumpulan puisi tentang alam anak SD yang dikutip dari buku Puisi Panorama Indonesia karya Ai Nurhayati.
23. Air Terjun
Gemericik tetesan suara air terjun mengalir,
Airnya menyusuri bebatuan berpasir,
Menyeruak gelembung berbulir-bulir,
Terhempas angin debu terbang berbutir-butir,
Kicauan burung terdengar merdu,
Bagai nyanyian nan syahdu,
Mentari bersinar buram sendu,
Menyatu dengan alam nan padu,
Burung berkelompok terbang beriringan,
Mengitari air terjun di sela bebatuan,
Hingga di ranting pepohonan,
Sungguh indah alam pedesaan.
24. Hutan Hujan Tropis
Hutan rimbun di suatu kawasan,
Tampak indah kehijauan,
Bagai zamrud perhiasan,
Berada di daerah perbatasan,
Berkas cahaya mentari tembus sedikit ke dalam,
Pepohonan rapat yang ada di alam,
Tampak rerumputan dan bunga sedap malam,
Keadaan gelap bagai malam,
Anggrek subur di hutan hujan tropis,
Menempel disela batang pohon pakis,
Cabang rantingnya agak terkikis,
Bagai benali yang mengiris-iris.
25. Sebuah Danau
Di suatu pegunungan,
Terpisah oleh danau biru kehijauan,
Airnya tampak jernih transparan,
Dipenuhi cadangan air resapan,
Di sisi sebuah danah,
Tampak burung bangau,
Suaranya agak parau,
Bulu putihnya berkemilau,
Ikan-ikan berenang melompat,
Bagai berlari hingga meloncat,
Bersembunyi dari predator yang sedang bersiasat,
Bagai sebuah permainan petak umpat.
Rekomendasi Penyair yang Menulis Puisi tentang Alam
Terdapat cukup banyak nama-nama penyair yang sering kali menulis puisi bertema tentang alam.
Dari sederet pilihan, nama-nama penyair tersebut di antaranya adalah Sapardi Djoko Damono, Taufiq Ismail, W.S Rendra, Sitor Situmorang, Acep Zamzam Noor dan masih banyak lagi.
Nama-nama di atas tergolong memiliki karya yang kerap kali dijadikan referensi sehingga kamu bisa menuliskannya sebagai bahan belajar.
***
Itulah sederet contoh puisi pendek tentang keindahan alam yang penuh makna.
Semoga informasi di atas bermanfaat, ya.
Baca ragam informasi menarik hanya di 99updates.id dan Google News.
Sedang mencari rumah idaman dan properti lainnya? Enggak perlu khawatir, akses saja laman www.99.co/id.
Dapatkan berbagai promo dan diskon menarik karena ternyata beli hunian emang #SegampangItu.