Dalam sebuah menara, umumnya terdapat dilatasi yang menjadi penyambung antara satu bangunan dengan bangunan yang lain. Nah kali ini 99.co Indonesia akan membahas dilatasi bangunan untuk kamu jadikan referensi.
Dalam ilmu arsitektur, dilatasi merupakan sambungan pada sebuah bangunan yang punya sistem struktur berbeda.
Struktur ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada bangunan.
Biasanya, dilatasi digunakan pada pertemuan antara bangunan rendah dan tinggi.
Selain itu, dilatasi juga bisa digunakan sebagai pemisah bangunan induk dengan bangunan sayap.
Nah, pembatas bangunan ini biasa digunakan pada struktur bangunan ini:
- Bangunan utama dengan bangunan yang memiliki kelemahan geometris
- Bangunan yang memiliki panjang lebih dari 30 meter
- Bangunan yang berdiri di atas tanah yang kurang rata
- Bangunan induk dengan bangunan sayap
- Bangunan yang ada di daerah gempa bumi
- Bangunan yang memiliki bentuk bagan tidak simetris, misalnya L, T, Z, O, H, atau U
- Bangunan yang memiliki tinggi berbeda
Fungsi Penggunaan Dilatasi Bangunan
Pengaplikasian dilatasi dianggap perlu supaya jika terjadi beban atau pergeseran bumi, struktur bangunan tidak mengalami keretakan.
Harus diketahui, benturan pada elemen struktur dapat menyebabkan keruntuhan pada bangunan.
Dengan begitu, dianjurkan untuk membuat dilatasi bangunan sebagai tindak pencegahan.
Bahkan, pemerintah pun menganjurkan agar setiap bangunan memiliki dilatasi.
Jenis Dilatasi
1. Dilatasi dengan Dua Kolom
Jenis dilatasi ini biasanya dipakai pada bangunan yang bentuknya memanjang atau linier.
Adanya penghubung ini memungkinkan jarak antara kolom menjadi lebih pendek.
2. Dilatasi dengan Balok Kantilever
Penghubung bangunan ini bisa dilakukan dengan struktur balok kantilever.
Bentang balok kantilevernya maksimal sepertiga dari bentang balok induk.
Akan tetapi, pada lokasi dilatasi bentang kolom diubah atau diperkecil menjadi dua pertiga bentang kolom yang lainnya.
3. Dilatasi dengan Balok Gerber
Jenis dilatasi ini digunakan jika menginginkan jarak kolom yang sama.
Meski dapat memperkuat struktur bangunan, tetapi sistem ini memiliki kelemahan.
Jika terdapat beban horizontal yang cukup besar seperti gempa bumi, bisa jadi struktur bangunan akan ambruk.
4. Dilatasi dengan Konsol
Pengaplikasian dilatasi dengan konsol memungkinkan sistem jarak kolom dapat bertahan dengan sama.
Untuk itu, wajar jika sistem ini sering digunakan pada bangunan yang menggunakan material prefabrikasi.
Pengaplikasian Dilatasi
Pengaplikasian sistem dilatasi perlu memperhatikan jaraknya.
Pasalnya, dilatasi yang terlalu sempit akan menimbulkan banyak permasalahan.
Nantinya, dilatasi akan rusak, mengalami kebocoran yang sulit diperbaiki, serta kerusakan lain akibat blok saling bertabrakan.
Hal tersebut umumnya terjadi akibat gaya vertikal maupun horizontal.
Kemudian, bentuk denah dilatasi sebaiknya dibuat sesederhana mungkin, simetris, dan dipisahkan dari strukturnya.
Hal ini dilakukan agar bisa menghindari adanya dilatasi atau perputaran gerakan bangunan saat gempa.
Meski begitu, dilatasi pun dapat menimbulkan masalah.
Umumnya masalah tersebut ada pada bangunan seperti berikut:
- Ketidakefektifan dalam pemasangan interior juga dapat memicu masalah serius, misalnya pada plafon dan keramik.
- Penerapan dilatasi memerlukan konstruksi khusus atau balok korbel.
- Dua atau beberapa gedung yang menerapkan dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda. Oleh karenanya, hal tersebut akan menyebabkan benturan antar gedung,
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99, ya!
Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.
Jika sedang mencari rumah di Tangerang, bisa jadi Dela Land Pamulang River Side adalah jawabannya.
Cek saja 99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan rumah idamanmu!