Sebuah desa di Majalengka baru-baru ini viral di dunia maya. Ini karena suasana desa yang tampak mencekam tanpa tanda-tanda kehidupan. Pasalnya, penduduk desa telah lama pindah dari sana akibat bencana pergerakan tanah, Sahabat 99. Berikut kisah selengkapnya!
Umumnya, desa identik dengan pemandangan alam yang menyejukkan.
Serta keramahan penduduknya yang membuat suasana desa semakin menawan.
Namun sebuah area di Majalengka justru mendapat julukan Desa ‘Mati’.
Pasalnya, suasana kawasan ini cenderung mencekam, jauh dari kesan asri dan hangat desa pada umumnya.
Ini karena warga setempat sudah tak lagi menghuni desa sejak lama, Sahabat 99.
Kepindahan warga yang masif ini disebabkan oleh bencana pergerakan tanah 2006 silam.
Cerita Desa ‘Mati’ Efek Pergerakan Tanah di Majalengka
Desa ‘Mati’ ini merupakan wilayah Tarikolot di Desa Sidamukti, Majalengka, Jawa Barat.
Disebut sebagai Desa ‘Mati’ karena kondisinya yang sudah dikelilingi tanaman liar dan tampak tidak terawat.
Di dalamnya, ada kurang lebih 200 unit rumah tapak permanen maupun semipermanen.
Kini, bangunan-bangunan tersebut kosong tanpa penghuni karena warga setempat memutuskan untuk pindah.
Keputusan ini diambil karena struktur tanah wilayah Tarikolot yang tidak stabil sehingga kerap terjadi longsor.
Ini bermula pada 2006 silam, ketika terjadi bencana pergerakan tanah yang cukup mengkhawatirkan di Desa Sidamukti.
Oleh sebab itu, aparat desa mulai mempertimbangkan relokasi warga ke tempat yang lebih aman.
“Untuk menghindari jatuh korban, pemerintah desa melakukan upaya merelokasi warga ke tempat lebih aman,” kata Kepala Desa Sidamukti Karwan dilansir dari inews.com.
Relokasi ini mulai dilakukan pada tahun 2009 dengan bantuan pemerintah setempat.
“Berkat upaya dari Pemdes Sidamukti bersama Pemkab majalengka akhirnya pada 2009, warga mendapat program relokasi ke wilayah Buahlega,” terangnya lebih lanjut.
Sebanyak kurang lebih 180 Kepala Keluarga, diberi hunian baru di area Buahlega yang tanahnya lebih stabil.
Wilayah Tarikolot Tidak Ditinggalkan Sepenuhnya
Meski tampilannya mencekam tanpa tanda-tanda kehidupan, nyatanya area ini sebenarnya tidak ditinggalkan sepenuhnya.
Warga masih memanfaatkan rumah lama mereka untuk menjadi kandang ternak dan tempat menjemur hasil panen.
Biasanya, mereka akan pergi ke Tarikolot pada pagi atau siang hari untuk menjemur hasil panen, memberi pakan hewan, dan lainnya.
Kemudian di sore menjelang malam hari, mereka akan pulang ke Buahlega untuk beristirahat.
“(Rumah lama) dimanfaatkan masyarakat untuk kandang ayam, kambing, dan lain-lain,” tutur Kades Sidamukti.
Tak hanya itu, rupanya sekitar 8 Kepala Keluarga masih bertahan di wilayah Tarikolot, Sahabat 99.
Hanya saja posisi rumah mereka masuk ke Kelurahan Munjul yang kondisi tanahnya jauh lebih stabil.
***
Semoga informasinya bermanfaat, Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya seputar properti di Berita 99.co Indonesia.
Kunjungi 99.co/id untuk menemukan hunian impianmu.
Ada beragam pilihan rumah siap huni dengan harga bersahabat seperti kawasan Urban Heights Residences.