Real Estate Indonesia (REI) meminta supaya harga baru rumah subsidi segera diumumkan dalam waktu dekat.
Tak hanya itu, Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang sejatinya akan berakhir September 2022 mendatang pun diharapkan diperpanjang.
Untuk diketahui, naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menimbulkan inflasi yang dirasa memberatkan pengembang properti dan konsumen.
Oleh karena itu, Wakil Ketua Umum REI, Hari Ganie, menuturkan bahwa dari sisi pengembang properti akan menahan ekspansi pembangunan proyek-proyek baru.
Selain lantaran tertekan harga material yang sudah naik sekitar 15 persen, harga untuk rumah subsidi belum diperbarui dalam 3 tahun terakhir.
“Harga produksi makin mahal, apalagi BBM naik semakin berat membangun rumah subsidi,” kata Hari kepada kontan.co.id.
Harapan untuk Perpanjang PPN DTP
Pembahasan kenaikan rumah subsidi telah lama dilakukan REI dan sejumlah pihak lainnya dengan Kementerian PUPR.
Khusus pembahasan ini, REI mengusulkan supaya harga rumah subsidi bisa naik 20 persen.
Akan tetapi, pada akhirnya disepakati kenaikan harga baru ada peningkatan sekira 7 persen.
Sementara itu, konsumen diberatkan dengan harga rumah bersubsidi yang naik sedangkan di sisi lain tidak ada kenaikan gaji atau upah.
Terlebih, dengan suku bunga yang juga berpotensi naik kembali akibat inflasi yang ditimbulkan oleh penyesuaian harga BBM tentunya akan memberatkan cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Maka dari itu, Hari meminta supaya PPN DTP Properti yang akan berakhir September 2022 diperpanjang.
Alasannya, dengan perpanjangan tersebut, diharapkan mampu membantu perekonomian Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki hunian.
Pasar Properti Terdampak?
Di sisi lain, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, menyebut akan adanya dampak yang cukup signifikan.
Untuk properti di pasar sekunder umumnya bakal terdampak dan menyesuaikan dengan fluktuasi harga pasar.
Sementara, untuk pasar primer nilai aset umumnya masih tetap bertahan.
“Kenaikan inflasi dan dampak turunannya tentu saja akan berimbas kepada kenaikan suku bunga KPR. Namun, besaran dampak dari kenaikan suku bunga masih terlalu dini untuk dinilai saat ini,” paparnya.
Syarifah melanjutkan, kenaikan harga properti bakal sangat tergantung dari sejumlah faktor, di antaranya adalah keseimbangan antara pasokan dan permintaan, juga sisi marketability.
Menurut riset Knight Frank Indonesia, kenaikan inflasi pada awal tahun ini telah menemukan kenaikan harga kondominium hingga 2-3 persen di pasar primer dibandingkan semester lalu.
***
Semoga informasinya bermanfaat, ya.
Baca artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Jika kamu sedang mencari hunian di sekitar Bandung, bisa jadi Nuansa Alam Setiabudi Clove adalah pilihan ideal.
Yuk, cek ragam pilihannya di 99.co/id dan rumah123.com, karena kami selalu #AdaBuatKamu.