Berita Berita Properti

Kementerian PUPR Sulap Kawasan Kumuh di Sulawesi Tenggara Jadi Wisata Bahari. Cek Potretnya!

2 menit

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyulap kawasan kumuh di Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi destinasi wisata bahari baru. Mau tahu seperti apa potret pembangunannya?

Kementerian PUPR telah menyelesaikan penataan kawasan kumuh Bungkutoko dan Petoaha di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Kedua kawasan tersebut disulap menjadi destinasi wisata bahari baru dan telah diserahkan hak pengelolaan dan pemanfaatannya kepada Pemerintah Daerah Kota Kendari, pada Rabu (20/1/2021).

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan Program Kota Tanpa Kumuh merupakan wujud kolaborasi antara Kementerian PUPR dan Pemda.

Hal ini dilakukan untuk mendorong dan memberdayakan masyarakat setempat sebagai pelaku pembangunan.

“Khususnya infrastruktur berskala kecil atau pekerjaan sederhana yang tidak membutuhkan teknologi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya,” ucap Basuki dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (31/01/2021) yang dikutip dari laman properti.kompas.com.

Kementerian PUPR Sulap Kawasan Kumuh di Sulawesi Tenggara

Meningkatkan Kualitas Permukiman di Kawasan Kumuh

kendari water front city

Menurut Basuki, dengan meningkatkan kualitas permukiman kumuh Kawasan Bungkutoko dan Kawasan Petoaha yang berada di pesisir pantai akan menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik.

Selain itu, dua lokasi tersebut akan menjadi destinasi wisata bahari baru kebanggaan masyarakat Kota Kendari.

Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengatakan penataan Bungkutoko dan Petoaha bisa menjadi contoh penanganan kawasan kumuh lainnya di Kota Kendari.

“Ini bisa menjadi contoh dan kita bisa lakukan replikasi dari contoh yang sudah kita lakukan di Bungkutoko dan Petoaha. Mudah-mudahan ini bisa diinisiasi sendiri oleh Kota Kendari,” imbuh Diana.

Menciptakan Lapangan Pekerjaan

Selama masa Pandemi Covid-19, penataan Kawasan Bungkutoko dan Kawasan Petoaha dilaksanakan dengan skema Padat Karya Tunai (PKT) atau cash for work melalui Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).



Pengalihan pola dari kontraktual menjadi PKT bertujuan untuk mendukung mitigasi dampak Pandemi Covid-19.

Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong daya beli masyarakat.

Anggaran Pembangunan Sebesar Rp39,6 Miliar

Penataan kawasan Bungkutoko dan Petoaha mencakup lahan seluas 31 hektare dengan anggaran APBN sebesar Rp39,6 miliar.

Pelaksanaannya terbagi menjadi 2 yakni untuk Kawasan Bungkutoko dilakukan kontraktor PT Karya Syarnis Pratama senilai Rp23 miliar.

Sementara penataan Kawasan Petoaha dilakukan kontraktor PT Indopenta Bumi Permai dengan anggaran sebesar Rp16,6 miliar.

Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Kumuh

kawasan kumuh

Adapun berbagai penataan yang dilakukan, di antaranya

  • Ruang Terbuka Hijau (RTH);
  • pembangunan jalan lingkungan sepanjang 245 meter;
  • pembangunan water front city sepanjang 697,16 meter;
  • drainase, dan jalan titian kramba sepanjang 320 meter;
  • Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS 3R);
  • duiker plat;
  • tambatan perahu;
  • 4 unit tempat duduk; dan
  • jalan paving block.

Secara nasional, Kementerian PUPR selama kurun waktu 2015-2019 telah melakukan penanganan kawasan kumuh perkotaan seluas 32.222 hektare.

Pada tahun 2020, penanganan kembali diselesaikan seluas 1.686 hektar sehingga total kawasan yang ditangani hingga tahun 2020 menjadi 33.908 hektare.

***

Demikian informasi mengenai penataan kawasan kumuh Bungkutoko dan Petoaha di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Baca juga artikel menarik dan terbaru lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Ingin miliki rumah masa depan seperti di Precium Kebayoran Baru?

Pastikan hanya mencari di 99.co/id, ya!



Nita Hidayati

Penulis konten
Follow Me:

Related Posts