Agama Agama Islam

7 Contoh Khutbah Idul Fitri Sedih dan Mengharukan. Buat Hati Jemaah Bergetar!

11 menit

Setelah melaksanakan salat Idul Fitri, biasanya dilaksanakan khutbah dari imam atau tokoh penting setempat. Tema yang dibawa juga bermacam-macam, salah satunya kisah sedih yang menyentuh hati. Nah buat kamu yang sedang mencari inspirasi teksnya, kali ini Berita 99.co Indonesia telah menghimpun contoh khutbah idul fitri sedih pada artikel ini!

Saat merayakan Idul Fitri, umat Islam disunahkan untuk melaksanakan ibadah salat Idul Fitri atau yang disebut salat Id.

Melansir buku Risalah Tuntunan salat Lengkap, waktu salat Idul Fitri dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya.

Setelah salat Idul Fitri, umat Islam dianjurkan untuk mendengarkan khutbah.

Banyak tema khutbah salat id yang bisa dibawakan, salah satunya adalah khutbah Idul Fitri sedih tentang orang tua dan lainnya.

Nah, kali ini Berita 99.co Indonesia telah menghimpun contoh teks khutbah Idul Fitri sedih yang bisa kamu lihat pada uraian di bawah ini.

7 Contoh Khutbah Idul Fitri Sedih

1. Khutbah Idul Fitri Paling Sedih

Tiada kalimat lain yang paling layak kita ungkapkan pada kesempatan yang mulia ini, selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin, puja dan puji syukur kepada Allah Swt., Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak bisa kita hitung satu persatu. Di antara nikmat agung itu adalah masih diberinya kita kemampuan untuk menghirup udara dunia sekaligus anugerah umur panjang sehingga kita masih bisa beribadah kepada-Nya serta masih berkesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai di sekeliling kita.

Semua ini adalah nikmat yang agung. Terlebih pada momentum Hari Raya Idul Fitri yang menjadi perayaan kemenangan dan kebahagiaan. Sebuah hari raya di mana takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di berbagai penjuru dunia menandai kembalinya fitrah umat Islam seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia ini.

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah salat Idul Fitri rahimakumullah,

Dalam catatan sejarah, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri adalah pada tahun ke-2 Hijriah. Saat itu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan besar dalam perang Badar.

Perayaan kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu, secara tidak langsung merayakan dua kemenangan yakni kemenangan atas telah paripurnanya menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dan kemenangan dalam perang badar.

Dalam tradisi bangsa Indonesia, Hari Raya Idul Fitri terkenal dengan nama Lebaran. Para ahli bahasa menyebut bahwa kata Lebaran salah satunya berasal dari bahasa Jawa yakni ‘lebar’ yang memiliki arti ‘selesai’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, kata Lebaran dimaknai sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.

Makna ini selaras dengan kenyataan, bahwa pada hari Lebaran, kita sudah selesai menjalankan kewajiban berpuasa dan mewujudkannya dalam bentuk perayaan kebahagiaan sebagai wujud syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dengan berbagai bentuk redaksi seperti: ‘taqabbalallahu minnaa wa minkum’ yang artinya “semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kita”. Dan juga doa “wa ja’alanallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin’ yang artinya ‘Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung atau menang.’

Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan ini kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan predikat sebagai orang-orang yang bertakwa. Hal ini telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

2. Khutbah Idul Fitri Sedih tentang Orang Tua

idul fitri

Jamaah salat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Coba kita ingat kembali dan kita amati bersama mungkin pada tahun yang lalu ataupun pada bulan ramadhan yang lalu, kita masih berkumpul bersama dengan keluarga, masih berada dalam pelukan sang ibu dan masih merasakan cinta dan kasih sayang dari seorang ayah, orang tua yang seraya menjadai cahaya dalam kegelapan jadi penuntun di kala kita jatuh, membina dan merawat kita, mulai dalam kandungan sampai kita dewasa akankah kita menjadi anak yang tidak tau berterimakasih, akankah kita menjadi anak yang durhaka yang tidak mau melihat senyum di bibir mereka, yang berkorban membina dan merawat kita.

Mohon maaf! Mengapa kita menjadi anak yang terbaik, menjadi anak yang soleh dan solehah mengapa kita mendapatkan pendidikan yang baik, mengapa kita mendapatkan rezeki yang barokah. Demikian itu tidak lain dan tidak bukan adalah berkat doa dari ayah dan ibumu.

Melalui kesempatan yang penuh barokah ini Khotib mengetuk hati setiap iman kita yang hadir di kesempatan yang barokah ini, seluruh amal ibadah kita salat, puasa, infak, Shodaqoh, zakat bahkan haji dan umroh kita seluruhnya tertolak dihadapan Allah Swt, jikalau ayah dan ibu kita belum meridhoi seluruh amal ibadah kita dihadapan Allah Swt..

Bagi anak yang durhaka yang hari ini selalu menyakiti hati kedua orang tuanya, mungkin beberapa hari yang lalu, mungkin beberapa bulan yang lalu, mungkin beberapa saat yang lalu, pada tahun yang lalu, kita pernah menyakiti hati kedua orang tua kita, mungkin kita pernah memukul ayah dan ibu kita, beberapa kali kita mendobrak pintu, beberapa kali kita menggertak ayah dan ibu kita, bahkan kita menjadi musuh dalam hidup dan kehidupan mereka.

Istighfar… mohon ampun kepada Allah, jikalau hari ini masih ada anak yang hadir di majelis yang mulia ini, yang barokah ini yang masih punya dosa kepada ayah ibunya, sesungguhnya salatmu tidak akan diterima Allah, infak sedekah ditolak oleh Allah, bahkan puasa hajimu sah! Tetapi tidak diterima seluruhnya dihadapan Allah Swt, jikalau masih ada dosa dan noda yang pernah kita titipkan lewat lisan kita kepada ayah ibu kita.

Coba kita lihat kembali bagaimana perjuangan seorang ibu melahirkan kita ke muka bumi ini. Darah bercucuran, keringat tidak lagi terhenti, ibu menangis dihadapan Allah Swt, setiap lisan yang keluar dari bibirnya adalah untuk anaknya.

Coba engkau kembali ke pangkuan ibumu 3x. Ibu akan menerima anaknya dengan lapang dada, apa yang akan keluar dari lisan ibu “Sabar Annaku, ibu akan tetap mencintai dan menyayangimu nak” itu ucapan yang akan selalu keluar dari lisan ibu kita yang ikhlas yang tulus tidak pernah ada duanya.

Oleh itu di kesempatan yang singkat ini di khotbah idul fitri yang barokah ini semuanya yang hadir, yang masih mampu menatap wajah ibunya datang lah menatap wajah ibumu dengan tatapan kasih sayang, yang masih mampu mencium jari-jemari dari ayah ibunya ciumlah tangannya sebelum keduanya tertimbun tanah, sebelum keduanya masuk ke alam kubur alam barzah.

Seorang anak yang paling bakhil dihadapan Allah dan Rosulnya, kata Nabi “Anak yang paling bakhil adalah anak yang tidak pernah mendoakan ayah ibunya” yang tidak mau merawat ayah ibunya.

Jamaah salat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Di hari nan fitri inilah waktu yang tepat bagi seorang anak untuk meraih kedua tangannya yang sudah nampak keriput dimakan usia.

Mintalah keridhoan dan keikhlasannya untuk bekal hidup kita. Dan marilah berdoa agar ia selalu mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan dari Allah Swt..

3. Khutbah Idul Fitri yang Membuat Jamaah Menangis tentang Orang Tua

Jamaah salat Idul Fitri yang dimuliakan Allah.

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Yang Maha pemurah atas segala kemurahan rahmat dan karunia-Nya, bimbingan dan pertolongan-Nya, taubat dan maghfirah-Nya selama dalam bulan Ramadan yang mulia, sehingga kita dapat menyelesaikan ibadah puasa kita sebulan penuh dengan sebaik-baiknya.

Segala macam pantangan dan larangan di siang Ramadan telah berhasil kita hindarkan. Mental dan budi pekerti telah berusaha kita tingkatkan ke arah yang lebih mulia. Kemurahan hati dan kedermawanan kita teruji dengan mengeluarkan sedekah, zakat fitrah, dan zakat yang lain kepada kaum yang memang membutuhkan dan berhak menerimanya.

Mari kita sambut kedua tangan ibu dan bapak seraya bersimpuh dihadapannya, mohon agar dimaafkan segala kesalahan yang telah kita perbuat selama ini dan mohon doa kepada Allah untuk orang tua kita yang masih hidup, lebih-lebih yang sudah tiada.

Mari kita saling maaf-maafan antara suami istri, serta saling maaf memaafkan antara satu dengan yang lainnya dan saling kunjung-mengunjungi, sehingga kita dapat bersih secara lahir maupun batin.

Kemudian, sejenak tundukkan kepada seraya mengangkat tangan, ingat lah orang tua yang telah melahirkan, dan membesarkan kita yang tak kenal lelah. Sekarang mereka telah tiada dan mereka mengharapkan doa dari kita yang masih hidup ini.

Sebagai akhir khutbah ini, marilah kita bersama memohon kepada Allah semoga seluruh amal
ibadah kita, puasa kita, salat kita, itikaf kita dan amalan lainnya di bulan ramadhan dan bulan-bulan sebelumnya diterima sisi Allah Swt dan semoga dosa-dosa kita, baik disengaja atau tidak diampuni-Nya.

Serta semoga kita bersama-sama masyarakat, bangsa, dan negara diberi aman dan sentosa dengan mendapat ridla Allah Swt..

4. Khutbah Idul Fitri Sedih dan Mengharukan

Ma’asyiral muslimin, jamaah salat Idul Fitri yang diberkahi Allah Swt..

Ketika di bulan Ramadhan sering kali kita mendengar bahwa Rosululloh saw. pernah bersabda yang kurang lebih seperti ini artinya : “Ketika masuk bulan Ramadan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sudah pastinya ketika sudah memasuki bulan suci tentunya, para setan akan diikat dan semua pintu surga akan dibuka, bahkan pintu neraka juga akan ditutup semua, namun hadits tersebut tidak dapat dipahami dengan tekstual, namun untuk memahami makna tersebut harus dengan makna majazi.

Setan dibelenggu di bulan Ramadan bukan berarti setan tidak akan menggoda manusia untuk melakukan perbuatan dosa, buktinya saat puasa pun masih banyak yang tidak salat dan batal puasa lantaran tidak kuat menahan lapar dan akhirnya pergi mencari makan.

Secara majazi, setan dibelenggu berarti umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa diberikan kemampuan lebih oleh Allah untuk tidak menuruti bisikan-bisikan setan.

Lantas apa yang dimaksud dengan adanya kata pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Yang dimaksud pintu surga dibuka karena di bulan puasa amal shaleh akan dilipat gandakan pahalanya sehingga kesempatan masuk surga jadi lebih besar.

Sedangkan pintu neraka ditutup berarti di bulan puasa kesempatan kita untuk melakukan perbuatan dosa lebih kecil dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.

Hadirin Hadirot Rahimakumullah.

Tentunya kita semua sudah mempunyai kalimat tahuid yang sering sekali kita baca ketika melaksanakan solat, walaupun kita mempunyai kalimat tahuid didalam hati kita semua bisa jadi tidak dapat kita gunakan untuk membuka pintu-pintu surga, hal itu dikarenakan pintu surga terkunci dari dalam.

Karena dengan kalimat tahuid saja kita belum cukup untuk membuka pintu-pintu tersebut, banyak sekali sekarang ini yang mengaku-ngaku islam namun tidak pernah melakukan kebaikan didalamnya, jika kita semua ingin membuka pintu tersebut marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan.

Karena dengan amal kebaikanlah bisa membuka semua pintu-pintu tersebut, dan bahkan amal kebaikan kita dapat menemani kita ketika kita didalam kubur, dan sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, tentang amal-amal yang dapat mengetuk pintu surga, yaitu seperti ini hadisnya:

«أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ»

Hadirin Hadirot Rahimakumullah.

Nasihat ini disampaikan oleh Rasulullah saw. saat memasuki kota Madinah. Dalam hadis tersebut ada empat amalan yang dapat membantu kita mengetuk dan membuka pintu surga.

Pertama, menebarkan salam. Salam secara bahasa dipahami sebagai ucapan, yaitu assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dan ini adalah ucapan salam yang harus kita jadikan sebagai tradisi baik kita.

Salam juga dimaknai sebagai keselamatan dan perdamaian. Setiap muslim di manapun berada dituntut untuk menebarkan keselamatan dan perdamaian, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

Sebagai wujud keimanan kepada Allah Swt. dan tidak patut seorang muslim menimbulkan keresahan, kerusakan, dan kehancuran tatanan kehidupan, karena itu menjadi penghalang baginya untuk masuk surga.

Kedua, memberi makan. Di antara hikmah diwajibkannya puasa Ramadan adalah agar kita dapat merasakan lapar dan dahaga. Sementara, banyak orang yang lapar bukan karena puasa, tetapi kelaparan karena ketiadaan. Dan lapar di sini tidak terbatas dengan kosongnya perut dari makanan dan minuman, tetapi kosongnya akal dari ilmu.

Maka, dalam konteks ini kita dituntut tidak hanya berbagi makanan sebagai nutrisi badan, tetapi juga berbagi donasi pendidikan sebagai nutrisi jiwa bagi yang membutuhkan.

5. Khutbah Idul Fitri Sedih tentang Orang Tua yang Menyentuh Hati

Adapun khutbah Idul Fitri sedih ini dilansir dari Youtube Ustadz Ari Susanto.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Pada hari yang penuh berkah ini, di tengah gemuruh sujud dan takbir, marilah kita hening sejenak dalam refleksi. Marilah kita memahami, di balik kebahagiaan yang melimpah dalam kemenangan Ramadan ini, terdapat cerita yang tak terkatakan, tentang cinta dan pengorbanan sejati dari dua insan yang disebut ‘orang tua’.

Sungguh, betapa mendalamnya rasa yang terasa saat kita merenungkan perjalanan hidup yang telah dilalui bersama orang tua kita. Mereka adalah pahlawan tak berjulukan, yang setiap langkahnya penuh doa dan pengorbanan.

Ketika kita masih di alam rahim, doa-doa mereka adalah lentera yang menerangi setiap langkah kita menuju dunia ini. Saat kita lahir, tangisan mereka adalah simfoni pengorbanan yang tak bertepi. Mereka mengasuh, mereka merawat, mereka mencintai, tanpa pamrih.

Namun, sayangnya, terlalu sering kita lupakan. Terlalu sering kita abaikan. Terlalu sering kita anggap sepele. Bagaimana mungkin kita melupakan jasa-jasa mereka yang tak terhitung jumlahnya? Bagaimana mungkin kita membiarkan hari berganti tanpa mengungkapkan rasa syukur kepada mereka?

Di hari yang suci ini, ketika langkah-langkah mereka telah mulai terhenti dan usia telah memudarkan kekuatan mereka, marilah kita mengangkat tangan ini tidak hanya untuk memohon ampunan kepada Allah, tetapi juga untuk memohonkan keridhaan kedua orang tua kita.

Sungguh, puncak kesempurnaan seorang hamba bukanlah hanya dalam ibadahnya kepada Sang Pencipta, tetapi juga dalam baktinya kepada kedua orang tua. Ketenangan surga terletak dalam senyum bahagia yang terukir di wajah orang tua kita ketika melihat kita berbuat baik kepada mereka.

Maka, saudara-saudara yang terkasih, di tengah kegembiraan ini, janganlah kita lupakan orang tua kita. Saling memaafkan, saling mencintai, dan saling berbakti adalah tanda kebesaran hati yang Allah cintai.

Dan bagi yang telah kehilangan orang tua, biarkanlah kenangan dan doa-doa yang tercipta menjadi cahaya yang menerangi perjalanan hidup kita. Ingatlah, meski tubuh mereka tak lagi bersama kita, namun cinta dan doa mereka senantiasa hadir, mengawal kita dalam setiap langkah.

Mari, dalam kesederhanaan doa-doa kita, kita sampaikan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah atas karunia terindah yang pernah diberikan-Nya kepada kita: kedua orang tua.

Semoga Allah merahmati mereka, memberkahi mereka, dan mengabulkan doa-doanya. Dan semoga kita semua menjadi anak yang sholeh dan sholehah, yang senantiasa menghormati dan mencintai kedua orang tua kita.

Amin ya rabbal alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

6. Khutbah Idul Fitri Paling Sedih

Berdasarkan video Youtube Adi Hidayat Official, berikut khutbah Idul Fitri sedih yang bisa kamu jadikan inspirasi.

Saudara-saudara yang terkasih,

Di tengah kebahagiaan yang melingkupi kita di hari yang mulia ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merenung. Renungkanlah betapa cepatnya waktu berlalu, betapa singkatnya waktu yang kita miliki di dunia ini.



Kita baru saja merayakan kemenangan setelah melewati bulan suci Ramadan. Namun, dalam kemenangan tersebut, terdapat kesedihan yang mendalam. Kesedihan karena kita menyadari bahwa bulan Ramadan telah meninggalkan kita. Bulan yang penuh berkah dan ampunan, bulan yang mempertemukan kita dengan kebaikan dan ketaqwaan.

Saudara-saudara, kita harus menyadari bahwa kehidupan ini seperti bayangan yang singkat. Hari ini kita merayakan kemenangan, namun esok hari kita tidak tahu apakah kita masih akan berada di dunia ini atau tidak. Setiap detik yang kita lewati membawa kita lebih dekat kepada pertemuan kita dengan Sang Pencipta.

Bayangkanlah, betapa sedihnya ketika kita merenungkan bahwa mungkin saja ini adalah Idul Fitri terakhir yang kita sambut di dunia ini. Mungkin saja kita tidak akan bisa merasakan lagi suka cita Idul Fitri, melihat senyum bahagia keluarga, atau merasakan kehangatan pelukan orang-orang yang kita cintai.

Kesedihan yang paling dalam bukanlah karena bulan Ramadan telah berlalu, namun karena kita menyadari betapa sering kita lalai dalam menjalani hidup ini. Betapa banyak waktu yang telah terbuang percuma, betapa banyak kesempatan yang telah terlewatkan untuk berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah Swt..

Saudara-saudara, mari kita gunakan kesempatan yang ada pada hari yang fitri ini untuk bertaubat, memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Mari kita perbaiki hubungan kita dengan Allah Swt. dan dengan sesama manusia.

Saat kita merayakan Idul Fitri, janganlah kita lupa kepada saudara-saudara kita yang sedang menderita di seluruh penjuru dunia. Mari kita sampaikan doa-doa kita untuk mereka yang terluka, teraniaya, dan terpinggirkan. Mari kita berjanji untuk menjadi suara bagi yang tak terdengar, dan tangan bagi yang tak tergapai.

Di akhir khutbah ini, saya ingin mengajak kita semua untuk merenungkan sebuah ayat dari Al-Quran, Surah Al-Asr, yang mengingatkan kita akan pentingnya waktu:

“Innal insan lafi khusr, illa alladhina amanu wa ‘amilu as-salihati wa tawasaw bil-haqqi wa tawasaw bis-sabr.”

Artinya: “Sesungguhnya, manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

Semoga Allah Swt. senantiasa memberkahi kita semua dan menerima amal ibadah kita. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Taqabbalallahu minna wa minkum.

7. Khutbah Idul Fitri yang Membuat Jamaah Menangis NU

khutbah idul fitri sedih

sumber: shutterstock.com

Mengutip dari NU Online, inilah khutbah Idul Fitri sedih yang berkaitan dengan orang tua.

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

للهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اَلْحَمْدُ الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى:  وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Tiada kalimat lain yang paling layak kita ungkapkan pada kesempatan yang mulia ini, selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin, puja dan puji syukur kepada Allah Swt. Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak bisa kita hitung satu persatu. Di antara nikmat agung itu adalah masih diberinya kita kemampuan untuk menghirup udara dunia sekaligus anugerah umur panjang sehingga kita masih bisa beribadah kepada-Nya serta masih berkesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai di sekeliling kita.

Semua ini adalah nikmat yang agung. Terlebih pada momentum Hari Raya Idul Fitri yang menjadi perayaan kemenangan dan kebahagiaan. Sebuah hari raya di mana takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di berbagai penjuru dunia menandai kembalinya fitrah umat Islam seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia ini.

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah.

Dalam catatan sejarah, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri adalah pada tahun ke-2 Hijriah. Saat itu kaum Muslimin mendapatkan kemenangan besar dalam perang Badar. Perayaan kemenangan yang diraih umat Islam pada waktu itu, secara tidak langsung merayakan dua kemenangan yakni kemenangan atas telah paripurnanya menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dan kemenangan dalam perang badar.

Dalam tradisi bangsa Indonesia, Hari Raya Idul Fitri terkenal dengan nama Lebaran. Para ahli  bahasa menyebut bahwa kata Lebaran salah satunya berasal dari bahasa Jawa yakni ‘lebar’ yang memiliki arti ‘selesai’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, kata Lebaran dimaknai sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.

Makna ini selaras dengan kenyataan, bahwa pada hari Lebaran, kita sudah selesai menjalankan kewajiban berpuasa dan mewujudkannya dalam bentuk perayaan kebahagiaan sebagai wujud syukur kepada Allah swt.

Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dengan berbagai bentuk redaksi seperti: ‘taqabbalallahu minnaa wa minkum’ yang artinya “semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kita”.

Dan juga doa “wa ja’alanallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin’ yang artinya ‘Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung atau menang.’

Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan ini kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Hal ini telah Allah sebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,  

Kebahagiaan yang kita rasakan ini tentu sangat kurang lengkap jika dirayakan sendiri. Kebahagiaan akan terasa lebih nikmat jika bisa dirayakan dengan berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai. Hal inilah yang memunculkan sebuah tradisi ritual di negara kita yakni Mudik. Sebuah tradisi berisikan kerinduan di tanah rantau untuk pulang melihat kembali tanah kelahiran. Sebuah tradisi luhur untuk kembali lagi berkumpul dengan keluarga, mengingat kembali masa kecil sekaligus bersimpuh sungkem dalam pelukan kedua orang tua.

Mudik juga tidak hanya memiliki dimensi makna sekedar pulang kampung saja. Di dalamnya terkandung dimensi spiritual yang nilainya tidak bisa diukur dengan materi dunia. Jarak jauh melintasi laut dan sungai, medan terjal dan jalan berliku, ditambah waktu, tenaga, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik,  tidak bisa menghalangi rasa kangen yang membuncah kepada tanah kelahiran.

Teknologi canggih seperti telepon, media sosial, maupun video call juga tidak akan bisa menggantikan kualitas pertemuan langsung dengan sanak kerabat kita di kampung halaman. Kemewahan perkotaan tak kan bisa menggantikan manisnya kenangan kesederhanaan bersama teman masa kecil yang selalu terbayang jelang lebaran.

Berbagai fasilitas di tanah rantau tidak bisa menghalangi pulang kampung menuju ibu pertiwi walau berada di tengah hutan dan pucuk gunung yang tinggi sekalipun. Kerinduan kepada tanah kelahiran seperti ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad saw. seperti yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِمَكَّةَ : ” مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ ، وَلَوْلا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya: “Berkata Rasulullah saw, “Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling ku cintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini” (HR al-Tirmidzi).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Jika kita renungkan lebih mendalam, hakikat mudik adalah kembali ke pangkuan orang tua. Sosok paling berjasa yang telah melahirkan kita ke dunia ini, sosok yang telah menjadi pahlawan kesuksesan kehidupan kita. Janganlah sombong dengan keberhasilan dan apapun yang telah  kita raih dalam kehidupan ini. Semua itu tidak akan bisa lepas dari jasa dan doa kedua orang kita.

Bagaimana pun kondisi orang tua kita, mereka adalah sosok yang harus kita cintai, hormati, dan patuhi. Mereka adalah jimat kita yang sakral di dunia ini. Karena keridhaan dan keikhlasan orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kehidupan kita di dunia. Sebaliknya kemarahan mereka adalah merupakan sebuah kemurkaan dan bencana dalam kehidupan kita.

Rasulullah bersabda:

رِضَى اللهِ فىِ رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

Artinya: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua”

Allah Swt. pun telah mengingatkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua.

Jangan membentaknya, jangan pernah sekali-kali berkata kasar kepada mereka.

Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.”

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. Sehingga hadirin rahimakumullah….

Mudik lebaran kali ini bisa menjadi momentum tepat untuk bersimpuh kepada kedua orang tua kita atas segala khilaf dan kesalahan yang selama ini telah diperbuat kepada mereka. Mari kita tancapkan dalam hati kita untuk jangan lagi menyakiti hati dan fisik mereka. Kita perlu sadar bahwa jasa dan perjuangan mereka tidak akan bisa kita balas dan bayar lunas.

Demi Allah… demi Rasulullah…  sebanyak apapun yang pernah kita berikan, apa pun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak akan pernah setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka membesarkan kita.

“Ya Allah, ya Tuhan kami. Anugerahkanlah kasih sayang-Mu pada kedua orang tua kami. Keruniakanlah keberkahan, kesehatan, dan umur panjang kepadanya. Kuatkanlah iman dan Islam mereka serta kekuatan untuk terus membimbing kami. Maafkanlah atas segala kesalahan yang telah kami perbuat kepada mereka. Jadikanlah mereka nantinya ahli surga bersama orang-orang yang Engkau cintai.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,  

Di mudik lebaran kali ini mari kita raih kedua tangannya. Peluk tubuh mereka yang dulu kekar merawat kita namun sekarang sudah mulai lemah termakan usia. Mintalah keridhaan dan keikhlasan dari mereka berdua untuk bekal hidup kita. Bagi kita yang orang tuanya sudah dipanggil Allah swt, mari kita ziarahi makam mereka. Kunjungi dan bersihkan pusaranya.

Kita perlu sadari, bahwa mereka di sana menunggu panjatan doa dari kita. Mereka pasti akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita panjatkan. Dan sebaliknya, mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak mendoakannya karena hanya itulah yang mereka harapkan di alam sana. Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Selain kepada orang tua, mari juga saling memaafkan dosa dan kesalahan dengan orang-orang yang ada dalam kehidupan kita. Tidak ada manusia yang sempurna.

Semua pasti memiliki dosa dan kesalahan kepada sesama. Sehingga lebaran menjadi salah satu momentum tepat untuk saling memaafkan. Semoga lah semua dosa kita kepada Allah, orang tua dan kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan. Amin

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدَيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

***

Semoga bermanfaat, Property People.

Temukan informasi menarik lainnya hanya di Berita.99.co.

Ikuti Google News dari Berita 99.co Indonesia agar kamu mendapat ragam informasi terbaru.

Menemukan listing rumah terlengkap di www.99.co/id #segampangitu.

Cek sekarang juga!



Gadis Saktika

Gadis Saktika adalah Content Writer di 99 Group yang sudah berkarier sebagai penulis dan wartawan sejak tahun 2019. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini senang menulis tentang etnolinguistik, politik, HAM, gaya hidup, properti, dan arsitektur.
Follow Me:

Related Posts