Beberapa tahun lalu, cerita mengenai kampung poligami yang berada di Desa Kedungbanteng, Kabupaten Sidoarjo, sempat bikin heboh masyarakat. Seperti apa asal-usul dan penampakan kampung tersebut?
Medio 1990-an, tercatat ada 20 orang pria yang melakukan poligami di Desa Kedungbanteng.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa Kedung Banteng, Sukatib, kepada detik.com, Oktober 2017 silam.
“Tidak ada yang sampai melakukan perceraian, kehidupan mereka tetap rukun. Namun, saat ini sudah tidak ada karena banyak yang sudah meninggal,” ujarnya.
Banyaknya kasus poligami di kampung ini terpampang dari adanya nama jalan bernama Jalan Wayo.
Untuk kamu ketahui, Wayo diambil dari kata wayuh yang dalam Bahasa Jawa yang berarti memiliki istri lebih dari satu.
Di sisi lain, tokoh masyarakat Desa Kedung Banteng memaparkan jika Jalan Wayo telah ada sejak puluhan tahun lalu.
Menurutnya, pemberian nama jalan ini dilakukan secara spontan oleh pemuda desa.
“Memang ada beberapa warga yang menikah lagi, tapi secara diam-diam, istilah Jawanya wayuh,” terangnya.
Sisi Lain tentang Kampung Poligami
Sementara itu, seorang warga sekitar bernama Sri mengatakan jika gang atau Jalan Wayo yang kerap dikaitkan dengan daerah yang gemar berpoligami hanya bualan belaka.
Ia berujar jika banyak orang sekitar Gang Wayo yang gemar menggosipkan kampung poligami.
“Saya orang sini, setahu saya tidak ada yang poligami. Memang ada yang nikah dan ada yang tidak,” paparnya dikutip dari liramedia.co.id.
Lebih lanjut, Sri bercerita sebutan kampung poligami lantas tak sengaja mengundang media massa.
Ia pun menyebut ada narasumber palsu yang mengaku korban kekerasan dalam rumah tangga krena praktik poligami di Gang Wayo.
Selain itu, katanya, ada juga narasumber yang mengaku-ngaku dipoligami dan masuk salah satu televisi.
Dalam narasi di stasiun TV itu disebutkan jika gang ini hampir semua warga mempunyai pasangan hidup atau istri lebih dari satu.
Bahkan, ada warga yang memiliki istri 7 orang sampai dikenal sebagai kampung poligami tahun 1980 sampai 1990-an.
Asal Usul Nama Jalan Wayo
Dalam Bahasa Indonesia, Wayoh artinya bermadu atau poligami.
Menurut salah seorang warga lain bernama Mursidan, kebanyakan pernikahan poligami itu dilakukan secara siri.
Akan tetapi, praktik tersebut kini telah mengalami penurunan.
Salah satu alasan poligami tidak dilakukan oleh generasi sekarang karena laki-laki dan perempuan telah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
“Kalau sekarang, kebiasaan itu sudah tidak ada lagi, hanya namanya saja yang tetap Wayoh,” papar Tohirin, salah seorang warga lainnya.
Nama Jalan Wayo sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan warga setempat.
Sebagian masyarakat mempertahankan karena telah berlangsung nama dan terlanjur terkenal.
***
Itulah cerita Kampung Poligami di Sidoarjo, Sahabat 99.
Semoga ulasannya bermanfaat ya.
Baca artikel menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah di sekitar Tangerang Selatan?
Bisa jadi Griya Bintaro Estate adalah pilihan terbaik.
Cek ragam properti lainnya di www.99.co/id dan www.rumah123.com.