Apakah kamu pernah menyangka bahwa pemilik usaha warung Tegal di berbagai kota ternyata berasal dari desa yang sama? Ya, itulah gambaran dari Kampung Warteg di Desa Sidokaton dan Desa Sidapurna.
Kamu pasti familier dengan keberadaan warung tegal, ‘kan?
Warung makanan yang sederhana ini selalu menyediakan makanan rumahan dengan harga murah.
Di balik tampilan yang sederhana ini, siapa sangka bahwa para pengusahanya sangat sejahtera.
Hal itu terbukti dari tampilan rumah yang berlokasi di desa asalnya.
Banyak orang yang menyebut desa tersebut dengan sebutan Kampung Warteg.
Lalu, bagaimana kehidupan di kampung ini?
Yuk, simak kisahnya di bawah ini!
Mata Pencaharian Warga Kampung Warteg
Ketika memasuki Desa Sidokaton dan Desa Sidapurna, kita akan langsung melihat deretan rumah mewah dan besar.
Seorang warga, bernama Yani, mengiyakan jika hampir semua warga di desanya tersebut membuka usaha warteg di kota-kota besar.
“Hampir semua warga di sini punya pengalaman nge-warteg,” ujar Yani, seperti dikutip dari Merdeka.com, pada tahun 2016.
Yani sendiri mengaku pernah membuka usaha warteg di sekira kawasan pabrik di Cileungsi Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Namun, usaha tersebut tidak berlanjut karena kontrak lahan yang disewanya diputus oleh sang pemilik lahan.
“Mungkin karena kalau dipakai warteg itu kotor,” ujarnya.
Ketua Ikatan Pengusaha Warteg, Asmawi, juga membenarkan bahwa hampir semua warga di Desa Sidokaton dan Sidapurna bermata pencaharian sebagai pengusaha warteg.
Bahkan, menurut catatannya, 90 persen dari 1.000 warga di kedua desa tersebut memiliki usaha warteg.
Selain itu, masih banyak juga warga Tegal yang tinggal di luar kedua desa tersebut memiliki usaha warteg.
“Warga Kota Tegal juga banyak yang merantau dan buka usaha warteg di sana. Khususnya warga di Tegal Selatan, hampir 30-40 persen warganya menekuni usaha warteg,” kata Aswami, seperti dikutip dari Merdeka.com yang melansir Liputan6.com, Kamis (24/6/2021).
Rumah Mewah Warga Kampung Warteg
Kemewahan rumah di Kampung Warteg ini bisa dilihat dari desain huniannya.
Beberapa rumah sudah dibangun dengan konsep desain modern.
Sementara, beberapa rumah yang berukuran besar, menggabungkan konsep bangunan modern dan klasik.
Pilar-pilar besar yang berdiri sebagai penyangga rumah tampak memberikan kesan mewah pada hunian tersebut.
Seorang warga bernama Sutarsih, menunjukkan penampakan rumahnya.
Rumahnya terdiri dari dua tingkat dan seluruh permukaan lantainya dilapisi keramik.
Sehari-hari, dia berjualan di Pasar Kemiri Muka, Kota Depok, Jawa Barat.
Warteg miliknya tersebut dijaga secara bergantian oleh dia dan saudaranya.
Dengan begitu, Sutarsih bisa pulang ke kampung halaman tiga bulan sekali.
“Saya baru pulang. Dagangnya gantian sama saudara tiga bulan sekali,” ujar Sutarsih.
Meski banyak rumah megah, kampung tersebut terlihat sepi lantaran banyak warganya yang merantau ke luar kota.
Rumah-rumah tersebut hanya diisi oleh penjaga atau orang kepercayaan sang pemilik rumah.
Warga Tidak Ingin Menonjol
Meski banyak warga Desa Sidokaton dan Desa Sidapurna sukses membuka usaha warteg, para tetangga tidak pernah menonjolkannya.
Para warga seolah-olah ingin kampungnya dipandang sebagai kampung biasa saja.
Mereka pun enggan membangga-banggakan kampungnya tersebut.
“Pokoknya, kalau mereka sukses di perantauan, lebih baik jangan sampai terlihat terlalu mencolok, apalagi yang punya usaha warteg. Karena nanti katanya bisa mempengaruhi harga sewa warung di sana menjadi mahal,” kata seorang warga, dikutip dari Liputan6.com.
***
Itulah sekelumit kisah tentang Kampung Warteg.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Sahabat 99, ya!
Jangan lewatkan informasi menarik lainnya di portal Berita 99.co Indonesia.
Jika sedang mencari rumah di Tangerang, bisa jadi Jade Park Serpong 2 adalah jawabannya.
Cek saja 99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan rumah idamanmu!