“Si Komo” dikenang sebagai salah satu lagu masa kecil paling ceria oleh generasi 90-an. Namun, siapa sangka ternyata ada kisah menegangkan di baliknya? Baca di sini!
Macet lagi, jalanan macet… gara-gara si komo lewat.
Pak polisi jadi binggung… Orang-orang ikut binggung.
Kira-kira begitulah lirik lagu “Si Komo” yang populer di tahun 1990-an.
Lagu yang mengisahkan tentang komodo besar yang melintas Jakarta itu memiliki nada yang ceria dan catchy sehingga mudah diingat.
Tidak hanya anak-anak kecil, remaja sampai orang tua pun sampai hafal dengan lirik lagunya!
Namun, dibalik lagu dan nada yang sumringah, ada cerita menegangkan tentang lagu kadal berwarna hitam ini.
Ternyata, dulu “Si Komo” dinilai sebagai kritikan untum mantan presiden Soeharto.
Benarkah?
Simak kisah selengkapnya di sini!
Sejarah Singkat Lagu “Si Komo”
Lagu “Si Komo” diciptakan tepat pada 1 Agustus 1975.
Kala itu, Kak Seto ingin mengimbangi lagu “Si Kancil” yang isi lagunya lumayan sedih.
“Sebetulnya ini saya ciptakan tepat 1 Agustus 1975. Karena waktu itu saya agak sedih ada lagu ‘Si Kancil’ kok dibilang ‘Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun,” jelas Kak Seto, seperti dilansir dari Kompas, (23/09/2021).
Namun, pria yang dikenal sebagai eks pembawa acara televisi anak-anak pun mengatakan ada alasan lain tentang pembuatan lagu “Si Komo”.
Berawal di Samarinda, kala itu Kak Seto disuruh menampilkan sebuah musikal tentang salah satu karakter bonekanya bernama Komo.
Di saat parade karakter Komo, Kak Seto sempat terjebak macet.
Kemacetan terjadi karena parade musikal dihadiri banyak anak-anak yang ingin berfoto dan berjabatan tangan dengan Kak Seto.
“Banyak anak-anak minta foto, salaman, gara-gara itu jalanan jadi macet. Dari situ lahirlah membuat ide lagu ‘Si Komo’ lewat jalan macet lagi, gara-gara si Komo lewat. Sampai petugas kewalahan waktu itu. Itulah (lagu) untuk mengabadikan peristiwa di Kota Samarinda,” papar Kak Seto seperti dilansir dari kanal Youtube MerdekaDotCom.
Dinilai Sindir Presiden Soeharto
Sayang seribu sayang, makna di balik lagu “Si Komo” salah diterjemahkan oleh banyak pihak.
Tidak lama setelah lagunya populer, banyak oknum yang merasa lagu tersebut merupakan sindiran untuk Soeharto.
“Terus terang, saya buat itu bersama Papa T Bob, pencipta lagu anak-anak. Kita bikin supaya lebih srek. Di puisinya ada kalimat, Si Komo lewat jalan jadi macet. Kemudian ia melihat pemandangan pembangunan di sana kemari, dan badannya (Komo) sebegini gemuk. Ada yang mengasosiasikan, seolah-olah ini dianggap menyindir bapak Presiden Soeharto,” jelas Kak Seto.
Rumor ini terdengar sampai istana negara.
Pria bernama lengkap Seto Mulyadi itu pun akhirnya dipanggil oleh staf istana Sesmil Presiden Mayjen (Purn) Syaukat Banjaransari.
“Karena itu (dituduh sindir) cukup ramai, saya diminta dipanggil. Saya menghadap Sesmil Presiden, Bapak Syaukat Banjaransari ke istana,” lanjutnya.
Di sana, ia menjelaskan bahwa lagunya tidak sama sekali diciptakan untuk menyindir Bapak Pembangunan Nasional.
Bahkan, saluran TV tempat Kak Seto bekerja saat itu merupakan milik anak presiden, Tutut Soeharto.
“Ya sudah plong, ada klarifikasilah bahwa tidak ada menyindir itu tidak benar,” tutup Kak Seto.
***
Semoga beritanya bermanfaat, Sahabat 99!
Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Kunjungi 99.co/id dan Rumah123.com untuk menemukan rumah idamanmu.
Ada banyak pilihan hunian modern dan menarik seperti The Jasmine Boulevard.