Pernah menonton film “UP” produksi Disney? Pasti kamu tahu mengenai rumah tua Carl yang diimpit oleh bangunan raksasa, kan? Ternyata kisah rumah “UP” ini ada di dunia nyata, lo!
Dalam film “UP” diceritakan, Carl enggan menjual rumahnya kepada pengembang hunian meskipun akan dibayar mahal.
Alasannya karena bagi Carl, rumah tuanya tersebut penuh kenangan akan istrinya yang tak ternilai harganya.
Siapa sangka, kisah fiktif ini juga terjadi di dunia nyata, lo!
Kisah ini dialami langsung oleh pemilik terrace house yang berlokasi di wilayah Geylang, Singapura.
Cerita Haru di Balik Kisah Rumah “UP” Versi Singapura
Kisah yang terjadi di Singapura ini belakangan sempat viral dan mencuri perhatian masyarakat di Kota Singa tersebut.
Sang pemilik, yang diketahui bernama Tuan Goh tak mau menjual rumahnya yang terletak di wilayah Geylang kepada pengembang kondomium, Macly Group.
Ia tetap menolak meskipun telah ditawari kompensasi yang sangat besar.
“Mendiang ibu saya membeli rumah ini. Oleh karena itu, kami akan tetap menjaganya hingga akhir hayat,” ujar sang pemilik kepada Shin Min Daily News.
“Saya sudah mengubah area terbuka di bagian depan rumah menjadi kebun,” tambahnya.
“Selain berkebun, saya juga merawat ikan bidadari (angelfish) dan burung. Setiap pagi saya bisa menyaksikan kota yang terbangun sambil duduk di kebun.”
Selain itu, sistem freehold tenure yang melekat pada rumahnya menjadi alasan lain ia enggan menjualnya.
Sistem freehold tenure merupakan sistem yang membebaskan pemiliknya dalam penggunaan properti tanpa ada batasan apa pun.
Menolak Tawaran Besar dari Pengembang Macly Group
Tuan Goh, pria berusia 60 tahun yang berprofesi sebagai pedagang ini mengaku sudah dua kali menolak tawaran pembelian rumah yang dilayangkan oleh Macly Group.
Macly Group pertama kali menawarkan untuk membeli rumah pada tahun 2017.
Pengembang tertarik untuk membeli klaster di wilayah tersebut karena memiliki lokasi yang sangat baik dan strategis.
Tak heran, dalam beberapa tahun terakhir lokasi tersebut telah banyak dikuasai oleh para pengembang kondomium.
“Saya tidak akan menjual rumah warisan ini karena rumah ini milik saya dan kakak perempuan saya. Sulit juga untuk mencari terrace house di Singapura saat ini.”
“Bagi saya, rumah ini sangat berharga dan tak bisa dijual seberapa besar pun kompensasi yang ditawarkan,” tegas Tuan Goh.
Aula Ibadah Umat Buddha yang Masih Tetap Dipertahankan
Selain Tuan Goh, satu hunian lainnya yang masih tetap dipertahankan yaitu sebuah tempat ibadah umat Buddha.
Tempat ibadah tersebut berdiri tepat menghadap ka Jalan Guillemard.
Di sana tinggal seorang perempuan yang menjadi penjaga tempat ibadah umat Buddha tersebut.
Kepada Shin Min Daily News, perempuan penjaga tempat tempat ibadah tersebut mengaku tidak tahu alasan sang pemilik enggan menjual huniannya.
Meskipun konstruksi kondomium tengah berlangsung di sekitar rumah mereka, namun kedua pemilik rumah mengaku tak mengalami masalah selain kebisingan.
Tuan Goh serta penghuni tempat ibadah umat Buddha tersebut diketahui masih bisa keluar masuk propertinya dengan aman.
Pengaruh Terhadap Konstruksi Kondo secara Keseluruhan
Apakah keengganan Tuan Goh dan pemilik tempat ibadah umat Buddha untuk menjual huniannya sangat berpengaruh terhadap tata letak konstruksi kondomium?
Rumah “UP” milik Tuan Goh yang terletak di Lorong 28 Geylang sebetulnya tak memengaruhi konstruksi kondomium secara keseluruhan.
Namun, tempat ibadah umat Buddha yang terletak di Jalan Guillemard telah membuat tata letak Condomium Noma terbagi menjadi dua.
Alhasil, sang arsitek harus mengubah tata letak bangunan dan memecahnya menjadi tiga blok terpisah: Blok Barat, Blok Timur, dan Blok Utara.
Dengan demikian, properti yang terletak di Jalan Guillemard akan terkurung oleh gedung tujuh lantai di ketiga sisinya.
Tak hanya itu, karena posisinya tersebut, rumah di Jalan Guillemard ini juga hanya akan mendapat sedikit cahaya matahari ketika Noma selesai dibangun.
Sementara itu, rumah Tuan Goh yang berada di axis timur-barat akan terimpit oleh dua gedung setinggi delapan lantai di arah utara dan selatan.
Posisi ini terbilang cukup menguntungkan bagi Tuan Goh dan ia tetap bisa merawat kebunnya meskipun pembangunan Noma telah selesai.
Bagaimana menurutmu mengenai rumah “UP” versi dunia nyata ini, Sahabat 99?
Apakah kamu akan menjual hunianmu jika kamu berada di posisi Tuan Goh?
***
Semoga artikel ini bermanfaat ya, Sahabat 99.
Daripada disimpan dan dibaca sendiri, mending share artikel ini ke media sosial yuk.
Jangan lupa baca berita menarik lainnya hanya di Berita 99.co Indonesia ya.
Ingin cari properti? Pastikan untuk mencarinya di 99.co/id.