Contoh kultum Ramadhan menyentuh hati dan penuh makna dalam artikel ini bisa menjadi rujukan untuk bulan puasa 2024. Yuk, simak selengkapnya!
Property People, pasti sudah tidak asing dengan istilah kultum.
Kultum atau kuliah tujuh menit adalah ceramah versi singkat yang biasanya disampaikan selepas sholat Shubuh.
Tema dari kultum beragam mulai dari materi tentang sabar, akhlak, hingga materi menarik lainnya.
Menjelang bulan Ramadhan 1445 H, Berita 99.co Indonesia akan menyuguhkan kembali contoh-contoh kultum Ramadhan yang menyentuh hati dan bermakna.
Kultum-kultum tersebut dapat menjadi referensi untuk siapa saja yang ingin belajar lebih dalam soal agama Islam.
Melansir dari berbagai sumber, berikut kumpulan contoh kultum Ramadhan menyentuh hati.
3 Kultum Ramadhan Menyentuh Hati
1. Kriteria Puasa Berkualitas Menurut Imam Al-Ghazali
Puasa berkualitas dapat ditempuh dengan upaya menjaga anggota badan dari dosa. Shaum berkualitas oleh Imam Al-Ghazali disebut sebagai shawmul khushush. Puasa berkualitas ini merupakan puasa orang-orang saleh terdahulu.
Shaum berkualitas dapat ditempuh bukan sekadar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga yang mendera. Puasa yang berkualitas dapat dicapai dengan menahan diri dari segala larangan-larangan agama.
Artinya: “Adapun puasa khusus adalah puasa orang-orang saleh, yaitu menahan anggota tubuh dari segala dosa,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 296).
Rasulullah SAW jauh-jauh hari telah mengingatkan agar umat Islam melakukan puasa secara berkualitas. Puasa yang berkualitas dapat melahirkan ganjaran besar dari Allah. Sedangkan puasa yang tidak berkualitas hanya melahirkan keletihan berpuasa, yaitu rasa lapar dan dahaga belaka.
وقد قال صلى الله عليه و سلم كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش
Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda, ‘Berapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga,’” (HR An-Nasai dan Ibnu Majah).
Puasa yang berkualitas merupakan upaya pengendalian atas anggota badan, yaitu telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan anggota badan lainnya. Puasa yang berkualitas merupakan puasa istimewa yang dapat dicapai bukan sekadar menggeser waktu makan dan minum, tetapi juga mengendalikan nafsu atas keinginan anggota badan.
وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام
Artinya: “Adapun puasa khusus adalah mengendalikan pendengaran, penglihatan, ucapan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari dosa,” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296).
Rasulullah dalam hadits berikut ini menjelaskan bagaimana puasa dapat berguna pada pengendalian diri. Rasulullah menyebutkan bahwa orang yang berpuasa harus menyatakan dirinya puasa ketika diprovokasi oleh pihak lain.
وقال صلى الله عليه و سلم إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائما فلا يرفث ولا يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم
Artinya: “Dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, ‘Bila salah seorang kalian berpuasa, janganlah ia berkata keji dan bertindak bodoh. Jika seseorang memprovokasinya atau memakinya, hendaklah ia menghindar, ‘Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa’’” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296).
Puasa yang berkualitas dapat ditandai dengan model puasa di atas kalangan awam. Shaum yang berkualitas bertumpu pada pengendalian diri. Puasa Ramadhan yang berkualitas menuntut seseorang memiliki rem di dalam kehidupannya dari segala larangan agama. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
**Sumber: nu.or.id
2. Puasa Menjadikan Kita Pribadi yang Bertaqwa
Puasa seperti disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya dapat mengubah diri kita menjadi pribadi bertaqwa. Sebagaimana yang termaktub dalam ayat wajibnya puasa, “La‘allakum tattaqūn”, (QS. 2:183). Inilah yang menjadi prestasi seorang hamba.
Taqwa ini merupakan harapan, dalam artian, dengan puasa kita menjadi bertaqwa, bukan hanya ketika berpuasa, tapi secara terus menerus, untuk bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya.
Taqwa juga merupakan predikat yang harus diupayakan tiap hamba, begitu beliau menjelaskan esensi taqwa di hadapan jama’ah subuh yang terdiri dari dosen dan mahasiswa mukimin di kampus.
Menjadi menarik untuk dicermati, taqwa memang bukan predikat yang bisa kita dapatkan dengan berpangku tangan, sekadar berharap dari Allah SWT, tapi ia harus dikejar oleh seorang hamba, dengan niat tulus, ibadah yang sungguh-sungguh, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam hidup sehari-hari.
Dalam rangka inilah, beliau kemudian menjelaskan empat indikator taqwa. Sebagai tolak ukur dan kaca perbandingan, apakah kita telah meraihnya atau masih jauh dari targetnya. Dalam al-Qur’ān, telah dijelaskan beberapa indikatornya secara eksplisit, misalnya dalam Al-Baqarah: 1-5 dan Ali Imrān: 133-146.
4 Indikator Taqwa
Pertama, al-khawf minal Jalīl (rasa takut kepada Allah Yang Maha Agung). Orang bertaqwa semestinya merasa selalu diawasi, kapan pun dan dimanapun. Juga mengakui bahwa selain Allah swt adalah kecil.
Jika kita merasa takut pada hal-hal kecil, seperti bencana alam dan lainnya, maka selayaknya kita lebih takut kepada Dzat yang mengatur itu semua; Allah swt. Indikator ini menunjukkan bahwa puasa menghendaki peningkatan keimanan, khususnya prinsip Tauhid.
Kedua, al-‘Amal bi-t-tanzīl (beramal sesuai tuntunan Syari’ah). Disebut bertaqwa jika seseorang itu menjalankan apa yang menjadi perintah Allah swt, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Puasa inilah latihan utama dalam menerapkannya.
Hal ini sesuai dengan fungsi pertama dari puasa; fungsi konfirmatif. “Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak puasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan. Berpuasa merupakan bukti pengukuh keislaman dan keimanan Anda”, begitu Dr. Syam menjelaskan maksudnya.
Indikator ketiga, ar-Ridhā bil qalīl (ridha dengan yang sedikit). Jiwa manusia menghendaki yang banyak, obsesi tinggi, namun seringkali tidak dibarengi dengan ridha atas ketetapan Allah swt. Dengan puasa, kita diajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang didapat, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah swt telah menciptakan segala sesuai dengan kadarnya.
Untuk melatihnya, hendaknya kita selalu melihat ke bawah untuk hal-ihwal duniawi, dan melihat ke atas untuk perkara ukhrawi. Ketika kita punya mobil, bersyukur karena betapa banyak di sekeliling kita hanya punya motor, sepeda dan begitu seterusnya.
Melihat teman lebih alim dan shalih, kita termotivasi untuk berbuat lebih. Ia mampu bersedekah, kita pun berazam untuk melakukan yang serupa atau lebik baik darinya.
Indikator terakhir, al-isti’dād liyawmi-r-rahīl (menyiapkan untuk kehidupan akhirat). Ya, disebut bertaqwa jika seseorang itu memberikan prioritas untuk kehidupan yang kekal. Seperti yang digambarkan dalam sekian banyak ayat al-Qur’ān dan Hadis Nabi.
Tentu kita ingat adagium masyhur, man ‘arafa bu’da as-safari ista’adda, barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, maka ia akan bersiap dengan bekal cukup. Akhirat adalah perjalanan spiritual, yang harus kita siapkan dengan sebaiknya untuk mengahadapinya.
Beruntungnya Orang Berpuasa dan Bertaqwa
Sungguh beruntung siapa yang mendapatkan predikat tersebut. Ia yang selain menjauhkan diri dari yang dilarang, juga mampu menghindari yang sejatinya dibolehkan.
Sayyid Quthb menyebut taqwa dalam tiga hal; apa yang hadir dan hidup dalam hati, menjaga kita dari sesuatu yang dilarang, dan membuat kita bersyukur.
Begitulah puasa mendidik kita. Ibadah spesial yang memberikan banyak pelajaran kepada siapapun yang mau mengambilnya. Semoga kita bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk tamu yang agung; bulan Ramadhan.
Tak lupa kita berdoa kepada Allah swt agar diberikan kekuatan dan istiqomah untuk memaksimalkan kedatangannya, dan menjadi pribadi yg lebih baik setelahnya. Wallāhu A’lam.
**Sumber: unida.gontor.ac.id
3. Makna Doa Buka Puasa
***
Tak hanya itu, ada juga contoh mukadimah kultum Ramadhan yang bisa kamu pelajari.
Semoga bermanfaat, Property People.
Ikuti terus Google News Berita 99.co Indonesia untuk mendapatkan artikel seputar Ramadhan.
Jangan lupa kunjungi www.99.co/id jika sedang mencari rumah impian dan nyaman.
Jual beli properti di 99.co/id, kini terasa #SegampangItu.