Ingin membuat puisi senja tapi bingung harus memulainya dari mana? Sebagai inspirasi menulismu, simak beragam contoh puisi tentang senja di sini!
Senja adalah sebuah istilah untuk menunjukan waktu matahari mulai terbenam.
Biasanya, senja dikaitkan dengan perasaan cinta dan rindu dalam hati.
Tidak heran jika senja banyak dinikmati oleh muda-mudi yang ingin mengungkapkan apa yang sedang mereka rasakan.
Salah satunya adalah dengan menuangkan perasaan melalui rangkaian kata yang dirajut menjadi sebuah puisi senja.
Melansir dari kozio.com, kumparan.com, dan pelajarindo.com, yuk simak kumpulan puisi tentang senja sebagai contoh di bawah ini!
Kumpulan Puisi Puisi Senja Terbaik
1. “Senja Romantis”
Oleh: EM NurunNasrie
Contoh puisi senja singkat ini cocok untuk dijadikan sebagai unggahan yang memiliki kata kata sedih di dalamnya.
Aku berjalan
Di tengah padang
Sendiri..
Angin meliuk-liuk
Meniup ilalang
Pasir, bebatuan
Bermain tanpa batas
Di langit indah
Sekawanan burung pulang
Kembali ke sarang
Tempat menanti pasangan
Aku mengaduh
Duhai,
Aku di sini
Berkawan sepi
Langkah kaki
Makin lelah bernyanyi
Aku masih di sini
Sendiri..
Menanti senja romantis
Mengisi hati…
2. “Ingatan Kamu”
Oleh: Rara Dianda
Jika puisi pendek sebelumnya tak cukup, kamu bisa menjadikan contoh puisi senja di bawah ini sebagai inspirasi.
Ku tatap senja dengan lekat sambil
Menahan perih yang mendenyut di dada
Bolehkan aku menyesal
Telah mengenalnya?
Bolehkan rasa cinta di hati ini tidak seharusnya ada?
Atau bolehkan aku
Memberontak marah pada Tuhan
Karena telah menciptakan fatamorgana ini?
Jeritan perih sedari tadi menusuk hati
Entah sudah berapa lama aku menatap langit
Yang berawarna oranye ini
Apapun yang kulakukan kuingin lupakan
Tetapi sakit
Yang menyayat hati
Masih saja
Tak bosan bersemayan di sana
Langit yang berwarna kemerah-merahan ini
Mungkin sudah bosan melihat guratan pilu
Andai kau tahu bahwa melupakanmu
Tak secepat langit indah ini menggelap
3. “Menjingga Bersamamu”
Oleh: Siti Nurlaela Sari
Ada kata yang sulit terucap
Ada bibir yang enggan bicara
Ada rasa yang enggan tuk diam
Ada rindu yang terus menguar
Semua itu karena kamu
Karena kamu yang kurindu
Karena kamu yang kucinta
Karena kamu rasa itu ada
Kau tahu,
Senja itu seperti kamu
Tak pernah bisa tergapai dengan jemariku
Tak bisa teraih oleh jutaan rindu
Terkadang,
Aku ingin seperti angin
Yang membawa puing kenangan
Yang membawa sejuta asa.
Aku ingin menjadi sejuta cahaya
Yang bisa membiaskan keindahanmu
Yang menjingga di langit sore
Yang bersinar layaknya senja
Tentu saja tak bisa
Aku hanyalah aku
Yang hanya punya kenangan biasa
Yang kebetulan ada kamu di dalamnya
4. “Senja yang Sepi”
Di ujung senja
Rintik hujan basahi
Jalan tergenang
Semesta sunyi
Langkah langkah terhenti
Tapak menepi
Jiwaku sunyi
Tanpa kau di sisi
Bagaikan mati
Hidupku tak berarti
Tak bisa ku berdiri
5. “Menunggumu dalam Senja”
Oleh: Liontin
Sepi
Tertembak amunisi waktu
Menembus otak
Iblisku!
Jarahilah jarak yang menjarak
Makin meradang kaku
Beku membiru
Iblisku!
Cepatlah hancurkan pemisah itu
Cepatlah tiba bangsat
Kusedang sekarat
Berat!
Mencintaimu haruskah melara hebat
Sungguh merindumu laknat
Melarilah cepat
Merapat!
Mendoa dalam empat rakaat
6. “Aku dan Senja”
Oleh: Yunita Malistiani
Aku adalah senja
Bagai memberi bahagia
Selalu memberi cinta
Dan seolah memupuk asa
Pun senja adalah aku
Hadir antara perbedaan
Seolah memberi peringatan
Tiba waktu pergantian
Di penghujung September kering ini
Senja selalu cerah
Senja memberi cinta
Tapi tak bisa memupuk asa
Semburatnya nan jingga
Berkelumat dengan hitam
Membaur dengan gelap
Lenyap bersama kapas
Hadir dengan tangisan langit
Bersua dengan ribut
Bertanya pada senja
Engkau kenapa?
Jingga yang menua
Pada titik temu pergantian
Memberi satu suara
Aku sudah lengah.
7. “Hanya Angin Lalu”
Oleh: Siti Nurlaela Sari
Rasa sedih yang kamu alami bisa saja membuatmu terinspirasi untuk menuangkan kata-kata putus cinta pada puisi.
Puisi ini bisa saja menginspirasimu dalam membuat karya sastra yang mengagumkan.
Semburat jingga terbias di langit barat
Matahari seolah melambai sebelum tenggelam
Malam tiba tanpa perlu sepucuk surat
Tanpa harus berteriak jua ke seluruh alam.
Angin betiup menerpa rambutku
Dedaunan lunglai terbawa angin
Menerbangkan puing-puing asa
Berharap kenangan ikut terbang jua
Namun,
Sia-sia saja
Tak ada yang kuat menerbangkan rasa ini
Tak ada yang bisa hilangkan kenangan ini
Mata cokelatmu yang terbias mentari
Bibir tipismu melengkung tanpa henti
Harum tubuhmu berbaur lembabnya bumi
Kehangatan yang kukenang hingga kini.
Sayang,
Senja tak lagi indah tanpa hadirnya kamu
Sore tak lagi hangat tanpa pelukmu
Yang ada hanyalah rasa tuk menyendu
Kini, hanya sepi yang kunikmati
Waktu senja untuk menyendiri
Dan kenangan akan hadirnya kamu
Kuanggap hanya angin lalu Sukabumi.
8. “Senjaku”
Sedang mencari puisi tentang senja yang tak terlalu panjang?
Intip saja puisi senja singkat berikut ini!
Ketika proses mulai jadi angka
Dan senja pergi meninggalkan mentari
Tak satupun terlihat terang
Begitupula di kejauhan
Keheningan terbias dan menunggumu
Namun, senja tidak pernah mengingkari
kesepakatan pergi dan selalu kembali esok hari
Tak pernah lari
Selalu tiba sempurna waktu
Menunggu mentari dan pergi bersamanya
Tak kamu sadari betapa indah hari itu
Betapa indah ombak berderu
Menyerbu bibir pantai
Seakan membawa rindu yang hanyut bersamamu
9. “Senja di Pelabuhan Kecil”
Oleh: Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
10. “Senja yang Selalu Kunanti”
Benar kata orang
Ternyata, pesonamu begitu melekat
Benar kata orang
Indahmu menyejukkan mata
Benar kata orang
Warnamu menenangkan hati
Bahkan, benar pula kata orang
Ternyata, hadirmu hanya sesaat
Berulang kali kiranya aku selalu menantimu
Sepulang dari kantorku
Sepulang dari letihku
Ku sempatkan untuk menjumpaimu
Melihatmu membuat letih ini berkurang
Memandangmu membuat mata ini berbinar
Andai kau dapat kusimpan untuk waktu yang lebih lama
Akan ku buatkan untukmu tempat terindah di ruangku
Agar tak terasa beban yang ku pangku
Agar tak terasa resah yang menggebu
11. “Garis Senja”
Oleh: Cindy Adinda
Pada cahaya
Pada seratan purnama atau pada renjana sekalipun
Kita akan tetap hilang
Meremang pada riak-riak petang
Menjelma jadi rasa yang kian gamang
Pada takdir semesta, seringkali aku mengeluh
Tentang kita yang tak pernah utuh
Tentang segala yang pernah kita upayakan
Yang pada akhirnya menjadi kisah-kisah kusam
Bayangmu masih berpenjar bagai bianglala
Memekakkan segala ingatan di kepala
Lalu kamu terhadir
Dalam bentuk paling dingin
Serupa angin
Membuat aksara rindu yang kukumpulkan
Menjadi berantakan
Mengapa hilang?
Mengapa tak bertahan?
Bahkan masa lalumu masih jadi tanya
Yang tak pernah ingin
Ku ketahui jawabannya
Diammu seolah jadi pengingat
Bahwa kita tidak lagi hangat
Garis senjamu berubah jadi dingin
Sedingin malam bulan Desember
12. “Kenangan Senja”
Oleh: Ilona Damayanti
Layung senja telah mencuatkan keindahan
Langit berubah berwarna jingga
Aku tak bisa lama memandang
Senja tenggelam dalam kenangan
Aku berjalan pelan
Mencoba menyusuri jalanan
Melewati setiap jejak langkah yang telah terhapus masa
Kenangan yang usang
Telah menjadi saksi
Bahwa semuanya sudah melangkah pergi
Senyumnya tak luntur
Wajahnya masih terbayang
Rangkulan tangan seolah belum terlepaskan
Mataku masih tak mampu membayangkan
Duniaku masih tak bisa meyakinkan
Bahwa semuanya telah hilang
Dirimu di mana, kataku
Rindu ini menjadi jeda
Saat kita tak saling jumpa
Kepada angin rindu ini dititipkan
Melalui serangkai doa
Mampukah ia mendengarnya
13. “Antara Senja, Kita, dan Perpisahan”
Usai momen di senja saat itu
Semua seakan dipaksa untuk beralih
Layaknya realita yang seharusnya
Aku pun mulai membidik
Sesuatu yang memang baru
Menerawang sebuah rasa
Yang dulu pernah mengikatmu
Aku berharap,
Akan tiba satu senja
Di suatu hari nanti
Yang mengingatkanmu kembali
Pada manisnya secangkir cokelat hangat
Yang terjepit di jari telunjukmu
Serta alunan denting dawai gitar
Yang membuatmu bersandar di bahuku
Hingga mentari pamit sembari malu
Aku pastikan
Akan banyak kenangan yang melintas
Di sebuah senja nantinya
Dan ketika giliran kenangan bersamaku lewat,
Kamu tersenyum
Kemudian mulai mengingat kembali
Obrolan hangat yang memecah keheningan di senja kala itu
Di masa lalu
14. “Andai Senja Mengerti”
Andai senja mengerti
Tentang pahitnya sebuah kepergian
Mungkin saja dia tak ingin
Melalui sedetikpun momen
Ketika fajar menyongsong
Jika saja mentari bisa mendengar
Sayup iba dari burung yang berpulang ke sarang
Mungkin dia ingin bertahan sebentar lagi
Sebelum Tuhan membangunkan kembali
Begitulah aku
Kepergianmu membuat haru
Betapa aku harap kamu mengerti
Bahwa betapa hancurnya hati ini
Namun nyatanya
Kamu tetap saja pergi
Menyisakan sejuta luka
Yang tak hilang ditelan masa
15. “Menjemput Malam”
Perlahan turun dan tenggelam
Sepertinya mentari akan padam
Apakah hidup kembali suram
Atau segera hadirkan tentram
Ternyata benar
Aku telah mendapat kabar
Tenangnya senja heningkan hingar
Malam tiba penuh sinar
Ku letakkan kening di atas sajadah
Tangan perlahan ku tadah
Tak henti mengharap anugerah
Dari Engkau, Yang Maha Pemurah
Ku jemput malam dengan nama-Mu
Ku telusuri kelam dan kelabu
Lantunan azan hadirkan rindu
Memberi secercah harapan baru
16. “Suatu ketika, saat Senja di Pelabuhan Athena”
Oleh: Ananto Eko
Di kota tak jauh ini
Mengabarkan rangkaian peristiwa
Ku dengar alunan nyanyian tak bertuan
Yang terkadang sumbang
Disambut gemuruh riak ombak dari tengah segara
Menantang karang-karang
Di dermaga tak berpenghuni
Di sini, ku duduk seorang diri
Seiring alunan kepakan sayap merpati
Ku nanti kau kan kembali
Dengan ditemani bising angin timur
Mahligai debur ombak
Dan cahaya keemasan dari ujung laut bermuara
Untuk apa semua ini ku nikmati?
Tatkala kau tak menyaksikan sendiri?
Ingin ku kirimkan senja ini hanya untukmu
Di penghujung kalbu
Ku masukkan dalam sebilah pengharapan
Biarpun akan terbuang
Ku tatap senja itu
Masih selalu begitu
Barangkali itu bekas siluet dari hadirmu
Seperti menjanjikan suatu perpisahan yang sendu
17. “Pelukis Malam”
Oleh: Ananto Eko Saputro
Saat senja menutup mata
Kau seringkali hadir di tengah kota
Wajah keriput bersaku pena hidup dari asa gemerlap
Bersemayam sepanjang trotoar
Raut setengah pucat bertengadah
Menyawang sunyi malam
Dia datang untuk kalian
Yang ego akan kesenian
Orang-orang kembali mendatanginya
Sambil menyelipkan sekeping rupiah yang perlahan masuk dalam kaleng kecil nan rapuh
Di hadapannya, mungkinkah?
Kalau kau tiada
Wahai orang tua bersaku pena
Bulan di atas kota penyesalan itu
Tak akan kembali lagi memancarkan sinarnya
Seakan kota itu kan senyap
Dan lebih lagi tak dapat membagi seiris dukamu wahai pelukis malam
18. “Senja di Sela Pohon”
Aku adalah danu
Dan kau adalah ranting
Berdua kita terbang terhempas
Pasrah pada angin berhembus
Melewati lebatnya hutan
Berlari di derasnya sungai
Saat senja menukik di sela-sela pepohonan
19. “Senjata Dewata”
Oleh: Sinta
Gulungan ombak menyapu tepak langkah
Membentuk kaki hingga menimbulkan percik air
Dengan embus angin rindu
Ku sapu awan langit yang mulai menampakkan sinar jingga
Ke dalam rangkul peluk senja yang sama
Menyongsong matahari kembali keperaduan
Senjaku mulai datang
Melagu rindu pada kesahduan senja
Pengharapan kita yang kala itu menunas
Aku tak pernah resah akan sakit kepergian
Selama ku lihat bayangmu dalam senjaku
Hingga deru napas yang ku tarik
Membau aromamu melalui senja Dewata
Aku akan tetap di sini!
20. “Senja Pasti Datang”
Senja pasti datang
Tak pernah ia menghindar
Lalu bersembunyi
Bedanya setiap petang
Warna yang hadir tak pernah sama
Selalu ada kejutan lagi
FAQ Puisi Senja
Apa arti senja dalam puisi tersebut?
Puisi senja umumnya mempunyai dua makna, yakni keindahan yang berarti kebahagiaan juga kesedihan di kala perpisahan.
Siapa yang membuat puisi senja yang indah?
Salah satu sastrawan yang membuat puisi senja yang indah adalah Chairil Anwar.
***
Semoga artikel seputar kumpulan puisi puisi senja di atas bermanfaat untuk Property People
Simak juga artikel mengenai kumpulan puisi lainnya hanya di 99updates.id Indonesia.
Jangan lupa untuk baca dan ikuti Google News kami, ya!
Apakah kamu sedang mencari rumah berlokasi di Jakarta Barat?
Cek ketersedian rumah idamanmu hanya di www.99.co/id karena pasti #segampangitu.