Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia menyatakan minat investasi properti meningkat pasca pemilu. Apakah ini jadi momen yang tepat untuk beli properti? Baca berita selengkapnya di sini!
Properti merupakan salah satu kebutuhan primer dalam hidup manusia.
Itulah mengapa jual beli properti kerap disebut-sebut sebagai primadona investasi.
Untuk Anda yang tertarik di bidang jual beli bangunan dan lahan, kiranya sudah bisa bernapas lega ketika mendengar bahwa minat investasi properti tahun ini kian meningkat.
Hal ini sempat diragukan mengingat 2019 merupakan tahun pemilu serentak yang biasanya akan mempengaruhi kondisi investasi.
Namun setelah demam pemilu mulai reda, survei akhirnya membuktikan bahwa pada tahun ini, nasib investasi properti di Indonesia lumayan cerah.
Berikut adalah laporannya.
Minat Investasi Properti Meningkat 2%
Setelah masa pemilu mula reda, pada Mei 2019 Bank Indonesia mengeluarkan survei konsumen yang menunjukkan bahwa minat investasi properti di Indonesia lumayan meningkat.
Pada periode April, minat investasi properti hanya mencapai 22,3%, berbeda dengan bulan mei yang menunjukkan angka sebesar 24%.
Melihat angka di atas, kenaikan minat investasi properti ini tidak terjadi begitu saja.
Baca Juga:
Investasi Properti di Luar Negeri? Kenapa Tidak, Woods Square Singapura Jawabannya
Ini dikarenakan angka kebutuhan rumah yang memang belum tercapat masih ada di persentase yang cukup tinggi, terutama pada kalangan mengengah ke bawah.
Dikutip dari finansialku.com, menurut Managing Director Sinarmas Land, Dhony Rahajoe…
…Minat investasi properti diprediksi akan selalu meningkat karena kebutuhan rumah yang semakin tinggi.
Ini terbukti dari persentase orang-orang yang ingin membeli rumah dalam waktu 12 bulan mendatang naik dari 6,9% ke 7,5% akhir Mei 2019.
Minat Konsumen dalam Dana Perbankan
Pada aspek yang berbeda, minat masyarakat untuk menyimpan uang tabungan atau deposito mereka di bank justru malah turun pada periode Mei 2019.
Survey membuktika bahwa pada bulan Mei kemarin, jumlah masyarakat yang berencana menempatkan sisa pendapatan mereka dalam kurun waktu 12 bulan di bank turun 1,1%.
Pada Bulan April, angkanya sempat mencapai 44,9%, namun pada bulan Mei turun pada 43,8%.
Apabila kita lihat dari sisi pendapatan para konsumen kenaikan periode survei ini mendorong para responden untuk bisa menambakan konsumsi dan cicilan utang.
Ini didukung oleh peningkatan jumlah pendapatan responden yang juga digunakan untuk konsumsi dari angka 68,5% hingga mencapai 69,1%.
Tak hanya itu, apabila diratakan, rasio cicilan untuk pendapatan ini pun naik dari 11,5% ke 11,6% untuk bulan Mei tahun ini.
Sementara itu, pemasukan para konsumen yang disimpan terbukti sudah turun dari 20% menjadi 19,4%.
Jika dikelompokkan berdasarkan pengeluaran, tercatat bahwa pada seluruh kategori pengeluaran responden hampir mengalami peningkatan porsi konsumsi terhadap pendapatan.
Hal ini terjadi khususnya pada orang-orang yang memiliki pengeluaran dari Rp2 juta sampai Rp3 juta setiap bulannya.
Baca Juga:
Semoga bermanfaat artikelnya ya, Sahabat 99!
Jangan lupa untuk pantau terus informasi penting seputar properti lewat Blog 99.co Indonesia.
Tak lupa, pastikan kamu menemukan properti idaman di www.99.co/id