Dikenal sebagai perusahaan besar yang memiliki produk terkenal tak membuat deretan perusahaan ini berjaya dan mendulang profit terus-menerus. Faktanya, kongsi mereka pun berakhir bangkrut karena memiliki utang sangat besar. Apa saja perusahaan besar Indonesia yang bangkrut tersebut?
Pada masa kejayaannya, beberapa perusahaan ini mampu merajai pasar Indonesia.
Hal ini lantaran produk yang dihasilkan dapat menarik perhatian konsumen.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan-perusahaan itu tak bisa mempertahankan kejayaannya.
Mereka pun membuktikan jika tak selamanya ketenaran membuat mereka bisa bertahan lama.
Berbagai macam masalah pun bisa timbul, baik dari faktor eksternal maupun internal sehingga membuat mereka gulung tikar di era modern yang serbacanggih ini.
Nah, apa saja sih perusahaan besar Indonesia yang bangkrut tersebut dan apa penyebab pailitnya?
Yuk, simak penjelasannya pada uraian di bawah ini!
Perusahaan Besar Indonesia yang Bangkrut
1. Sariwangi AEA (Utang Rp1,05 Triliun)
Melansir dari tirto.id, PT Sariwangi Agricultural Estates Agency (Sariwangi A.E.A) dinyatakan pailit oleh pengadilan setelah terjerat utang maha besar pada 2018 lalu.
Sariwangi diputuskan telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi terhadap perjanjian perdamaian atau homologasi dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terdahulu.
Perusahaan teh terbesar di Indonesia ini diketahui memiliki tagihan utang senilai Rp1,05 triliun.
Mengutip salinan putusan pengadilan, restrukturisasi utang pokok Sariwangi baru akan dibayar setelah waktu tenggang atau grace period selama enam tahun pascahomologasi.
Sementara utang bunga harus langsung dibayar per bulan, selama delapan tahun pascahomologasi.
Namun, Sariwangi maupun Indorub tidak pernah melakukan pembayaran utang bunga bahkan sampai dengan tahun berikutnya yaitu 9 Oktober 2017.
Pembayaran baru dilakukan pada Desember 2017 sebesar Rp500 juta dan berlangsung secara berkala sampai dengan Agustus 2018.
Selain itu, penyebab bangkrutnya Sariwangi adalah kesalahan strategi bisnis dan gagal investasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Teh Indonesia Bambang Murtioso melalui finance.detik.com.
“Setahu saya menerapkan teknologi pengelolaan air dalam rangka meningkatkan produktivitas. Secara teknis it’s okay, tapi secara ekonomis tapi tidak layak. Sehingga investasi tidak bisa kembali. Angkanya saya kurang tahu,” tuturnya.
2. Jamu Nyonya Meneer (Utang Rp267 Miliar)
Salah satu perusahaan jamu terbesar di Indonesia yaitu PT Nyonya Meneer menutup pabriknya di Semarang pada 2017 lalu.
Nyonya Meneer bangkrut lantaran tak mampu membayar utang sebesar Rp7,04 miliar kepada sejumlah kreditur.
Melansir dari tempo.co, bangkrutnya Nyonya Meneer, menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, disebabkan kurangnya inovasi.
Pasalnya, banyak industri besar obat tradisional harus bekerja ekstra untuk bersaing dengan produk lain di tingkat domestik dan luar negeri.
Apalagi, industri jamu seperti PT Nyonya Meneer juga harus bersaing dengan jamu ilegal.
“Banyak produk ilegal didistribusikan secara online. Sementara itu, iklan produk legal dikendalikan demi regulasi,” kata Dwi.
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Sahabat 99.
Jangan lupa pantau terus artikel yang tak kalah menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Sedang mencari rumah dijual di Purwakarta?
Cek saja pilihannya hanya di 99.co/id.