Bahasa Pendidikan

7 Puisi Joko Pinurbo yang Terkenal, Punya Makna Mendalam!

3 menit

Joko Pinurbo merupakan salah satu penyair Indonesia yang cukup terkenal. Berikut kumpulan puisi Joko Pinurbo yang punya makna mendalam.

Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin, merupakan salah satu penyair ternama Indonesia.

Ia telah mewarnai dunia sastra dengan karyanya yang memukau.

Lahir di Sukabumi pada tanggal 11 Mei 1962, Jokpin telah menghasilkan berbagai puisi indah sejak masa mudanya.

Puisi-puisinya terkenal dengan gaya yang khas, memadukan kesederhanaan bahasa dengan makna yang mendalam.

Jokpin piawai dalam merangkai kata-kata, menghadirkan gambaran yang hidup dan menyentuh hati pembacanya.

Karya-karyanya tak jarang mengangkat tema keseharian, tapi dengan sentuhan unik dan orisinal.

Tak heran, Jokpin telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Penghargaan Penulis Asia Tenggara (S.E.A. Write Award) di tahun 2016.

Bahkan, karyanya juga sukses diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.

Kepergiannya pada tanggal 27 April 2024 meninggalkan duka mendalam bagi dunia sastra Indonesia.

Namun, karya-karyanya yang luar biasa akan terus diingat dan dinikmati oleh para pecinta puisi di seluruh penjuru negeri.

7 Puisi Joko Pinurbo yang Terkenal

Puisi Joko Pinurbo yang Terkenal

Puisi Joko Pinurbo yang Terkenal

1. Cita-Cita

Setelah punya rumah, apa cita-citamu?

Kecil saja: ingin sampai rumah

saat senja supaya saya dan senja sempat

minum teh bersama di depan jendela.

Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan

makin bertumpuk, uang makin banyak

maunya, jalanan macet, akhirnya pulang

terlambat. Seperti turis lokal saja,

singgah menginap di rumah sendiri

buat sekedar melepas penat.

Terberkatilah waktu yang dengan tekun

dan sabar membangun sengkarut tubuhku

menjadi rumah besar yang ditunggui

seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,

“Sudah kubuatkan sarang senja

di bujur barat tubuhmu. Senja sedang

berhangat-hangat di dalam sarangnya.”

2. Doa Seorang Pesolek

Tuhan yang cantik,

temani aku yang sedang menyepi

di rimba kosmetik.

Nyalakan lanskap

pada alisku yang gelap.

Ceburkan bulan

ke lubuk mataku yang dalam.

Taburkan hitam

pada rambutku yang suram.

Hangatkan merah

pada bibirku yang resah.

Semoga kecantikanku tak lekas usai

dan cepat luntur seperti pupur.

Semoga masih bisa kunikmati hasrat

yang merambat pelan menghangatkanku

sebelum jari-jari waktu

yang lembut dan nakal

merobek-robek bajuku.

Sebelum Kausenyapkan warna.

Sebelum Kauoleskan lipstik terbaik

ke bibirku yang mati kata.

3. Fotoku Abadi

Saban hari ia sibuk

mengunggah foto barunya

hanya untuk mendapatkan

gambaran terbaik dirinya.



“Siapa yang merasa

paling mirip denganku,

ngacung!” ia berseru

kepada foto-fotonya.

Semua menunduk, tak ada

yang berani angkat tangan.

Dan ia makin rajin berfoto.

Teknologi narsisisme

terus dikembangkan

agar manusia selalu

mampu menghibur diri

dan merasa bisa abadi.

4. Kepada Uang

Kumpulan Puisi Joko Pinurbo

Kumpulan Puisi Joko Pinurbo

Uang, berilah aku rumah yang murah saja,

yang cukup nyaman buat berteduh

senja-senjaku, yang jendelanya

hijau menganga seperti jendela mataku.

Sabar ya, aku harus menabung dulu.

Menabung laparmu, menabung mimpimu.

Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.

Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,

yang cukup hangat buat merawat

encok-encokku, yang kakinya

lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.

5. Pulang Malam

Kami tiba larut malam.

Ranjang telah terbakar

dan api yang menjalar ke seluruh kamar

belum habis berkobar.

Di atas puing-puing mimpi

dan reruntuhan waktu

tubuh kami hangus dan membangkai

dan api siap melumatnya

menjadi asap dan abu.

Kami sepasang mayat

ingin kekal berpelukan dan tidur damai

dalam dekapan ranjang.

6. Teknologi 9.9

Kamu ke mana saja?
Hari gini masih mikir
pakai komputer dan ponsel.
Ketinggalan zaman.

Sombong amat. Memangnya
situ mikir pakai apa?
Pakai robot?

Pakai otak dong. Ampuh to?

Markipul

Ke mana pun pergi
Markipul selalu
membawa rumah.
Kepada ponsel
yang membuatnya gila
ia pun berkata
mari kita pulang
(ke rumah sakit jiwa).

7. Aku Tak Bisa Berjanji

Aku tidak bisa berjanji akan datang ke dalam pesta di mana akan kaupertemukan aku dengan sajak-sajakku, seperti mempertemukan dua anak rantau yang lama memendam rindu tapi pura-pura sungkan bertemu.

Sajakku hanya sisa tangis seorang bocah yang ditinggal ibunya pergi cari obat dan tidak juga kembali, sementara panas tubuhnya terus meninggi. “Cepat pulang, Bu!”

Bocah itu tampak bahagia duduk bersamamu di pesta. Tapi aku tidak bisa berjanji akan datang ke sana.

***

Itulah kumpulan puisi Joko Pinurbo yang punya makna mendalam.

Semoga bisa kamu jadikan inspirasi, ya, Property People.

Baca beragam informasi menarik hanya di Berita.99.co.

Follow juga Google News Berita 99.co agar tidak ketinggalan informasi terkini.

Jangan lupa untuk mengakses laman www.99.co/id guna menemukan beragam rumah idaman dan properti.

Dapatkan pula berbagai promo dan diskon menggiurkan karena ternyata beli hunian emang #SegampangItu.

**Header: antaranews



Maskah Alghofar

Maskah adalah seorang content writer di 99 Group sejak tahun 2022. Lulusan Penerbitan PoliMedia Jakarta ini mengawali karir sebagai jurnalis online. Kini, Maskah rutin menulis tentang properti, gaya hidup, pendidikan, dan kesehatan.
Follow Me:

Related Posts