Joko Pinurbo merupakan salah satu penyair Indonesia yang cukup terkenal. Berikut kumpulan puisi Joko Pinurbo yang punya makna mendalam.
Joko Pinurbo atau yang akrab disapa Jokpin, merupakan salah satu penyair ternama Indonesia.
Ia telah mewarnai dunia sastra dengan karyanya yang memukau.
Lahir di Sukabumi pada tanggal 11 Mei 1962, Jokpin telah menghasilkan berbagai puisi indah sejak masa mudanya.
Puisi-puisinya terkenal dengan gaya yang khas, memadukan kesederhanaan bahasa dengan makna yang mendalam.
Jokpin piawai dalam merangkai kata-kata, menghadirkan gambaran yang hidup dan menyentuh hati pembacanya.
Karya-karyanya tak jarang mengangkat tema keseharian, tapi dengan sentuhan unik dan orisinal.
Tak heran, Jokpin telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Penghargaan Penulis Asia Tenggara (S.E.A. Write Award) di tahun 2016.
Bahkan, karyanya juga sukses diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.
Kepergiannya pada tanggal 27 April 2024 meninggalkan duka mendalam bagi dunia sastra Indonesia.
Namun, karya-karyanya yang luar biasa akan terus diingat dan dinikmati oleh para pecinta puisi di seluruh penjuru negeri.
7 Puisi Joko Pinurbo yang Terkenal
1. Cita-Cita
Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya pulang
terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
“Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya.”
2. Doa Seorang Pesolek
Tuhan yang cantik,
temani aku yang sedang menyepi
di rimba kosmetik.
Nyalakan lanskap
pada alisku yang gelap.
Ceburkan bulan
ke lubuk mataku yang dalam.
Taburkan hitam
pada rambutku yang suram.
Hangatkan merah
pada bibirku yang resah.
Semoga kecantikanku tak lekas usai
dan cepat luntur seperti pupur.
Semoga masih bisa kunikmati hasrat
yang merambat pelan menghangatkanku
sebelum jari-jari waktu
yang lembut dan nakal
merobek-robek bajuku.
Sebelum Kausenyapkan warna.
Sebelum Kauoleskan lipstik terbaik
ke bibirku yang mati kata.
3. Fotoku Abadi
Saban hari ia sibuk
mengunggah foto barunya
hanya untuk mendapatkan
gambaran terbaik dirinya.
“Siapa yang merasa
paling mirip denganku,
ngacung!” ia berseru
kepada foto-fotonya.
Semua menunduk, tak ada
yang berani angkat tangan.
Dan ia makin rajin berfoto.
Teknologi narsisisme
terus dikembangkan
agar manusia selalu
mampu menghibur diri
dan merasa bisa abadi.
4. Kepada Uang
Uang, berilah aku rumah yang murah saja,
yang cukup nyaman buat berteduh
senja-senjaku, yang jendelanya
hijau menganga seperti jendela mataku.
Sabar ya, aku harus menabung dulu.
Menabung laparmu, menabung mimpimu.
Mungkin juga harus menguras cadangan sakitmu.
Uang, berilah aku ranjang yang lugu saja,
yang cukup hangat buat merawat
encok-encokku, yang kakinya
lentur dan liat seperti kaki masa kecilku.
5. Pulang Malam
Kami tiba larut malam.
Ranjang telah terbakar
dan api yang menjalar ke seluruh kamar
belum habis berkobar.
Di atas puing-puing mimpi
dan reruntuhan waktu
tubuh kami hangus dan membangkai
dan api siap melumatnya
menjadi asap dan abu.
Kami sepasang mayat
ingin kekal berpelukan dan tidur damai
dalam dekapan ranjang.
6. Teknologi 9.9
Kamu ke mana saja?
Hari gini masih mikir
pakai komputer dan ponsel.
Ketinggalan zaman.
Sombong amat. Memangnya
situ mikir pakai apa?
Pakai robot?
Pakai otak dong. Ampuh to?
Markipul
Ke mana pun pergi
Markipul selalu
membawa rumah.
Kepada ponsel
yang membuatnya gila
ia pun berkata
mari kita pulang
(ke rumah sakit jiwa).
7. Aku Tak Bisa Berjanji
Aku tidak bisa berjanji akan datang ke dalam pesta di mana akan kaupertemukan aku dengan sajak-sajakku, seperti mempertemukan dua anak rantau yang lama memendam rindu tapi pura-pura sungkan bertemu.
Sajakku hanya sisa tangis seorang bocah yang ditinggal ibunya pergi cari obat dan tidak juga kembali, sementara panas tubuhnya terus meninggi. “Cepat pulang, Bu!”
Bocah itu tampak bahagia duduk bersamamu di pesta. Tapi aku tidak bisa berjanji akan datang ke sana.
***
Itulah kumpulan puisi Joko Pinurbo yang punya makna mendalam.
Semoga bisa kamu jadikan inspirasi, ya, Property People.
Baca beragam informasi menarik hanya di Berita.99.co.
Follow juga Google News Berita 99.co agar tidak ketinggalan informasi terkini.
Jangan lupa untuk mengakses laman www.99.co/id guna menemukan beragam rumah idaman dan properti.
Dapatkan pula berbagai promo dan diskon menggiurkan karena ternyata beli hunian emang #SegampangItu.
**Header: antaranews