Puisi pendek kerap digunakan di media sosial untuk mengungkapkan isi hati. Curahkan apa yang tengah kamu rasakan dengan membagikan puisi pendek estetik berikut ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi didefinisikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Meski demikian, ada jenis puisi yang tidak terikat oleh sejumlah ketentuan dalam dunia puisi, yakni dikenal dengan puisi bebas.
Di samping itu, perihal jumlah baitnya, tidak ada aturan baku yang mengatur banyaknya bait dalam sebuah puisi.
Ada puisi yang hanya terdiri dari 1 bait, 2 bait, 3 bait, atau bahkan 4 bait saja.
Puisi-puisi dengan jumlah bait sedikit tersebut kerap digunakan untuk mengungkapkan isi hati melalui media sosial karena bentuknya yang ringkas tapi tetap sarat makna.
Puisi Pendek Estetik Cinta
1. Mengupas Luka
Aku menaruhmu terlalu dalam di hati.
Sehingga untuk menghapusmu,
aku seperti menyakiti diri sendiri.
– Brian Khrisna
2. Merayakan Kehilangan
Kita sudah terlanjur jauh,
kenapa harus berhenti sekarang?
Kenapa tidak mencoba menjadi kita yang lebih dewasa?
Bosan bukan berarti harus berpisah, kan?
Mungkin kita hanya butuh kembali ke awal.
Saling mengenal lagi.
Saling mencintai lagi.
– Brian Khrisna
3. Meniadakan dengan Senyuman
Kau yang ambil paru-paruku.
Kau juga yang bertanya
kenapa aku tercekik kehabisan udara.
– Brian Khrisna
4. Yang Tertinggal
Yang hingga kini sering mengganjal di pikiranku
adalah kenyataan bahwa di bahagiamu sekarang
ternyata sudah tidak ada aku.
Padahal saat ini
kamu masih jadi alasan utama
hilangnya bahagiaku.
– Brian Khrisna
5. Kepada Kamu
Seandainya saja kita bertukar tubuh
dan mengerti isi kepala masing-masing,
mungkin sekarang kita masih bersama.
– Brian Khrisna
6. Kau Pandang Aku Ada
Aku pergi untukmu.
Bahagiaku ketika bersamamu,
ternyata tak selalu mengartikan
bahagia untuk dirimu.
– Brian Khrisna
7. Aku mau Kamu
Aku mau Kamu
Aku mau mencintai kamu, lebih dari masa laluku.
Aku mau mencintai kamu, lebih dari masa lalumu.
Aku mau masa depanku penuh dengan mencintai kamu.
Aku mau masa depanku penuh dengan dicintai kamu.
Aku mau menjaga hatimu.
Aku mau mencintai keluargamu.
Aku mau memanggil Ibumu, Ibu.
Aku mau kau memanggil Ibuku, Ibu.
Aku mau kamu yang mau aku.
Aku mau kamu yang tetap seperti itu.
Singkatnya,
Aku mau kamu.
– Brian Khrisna
8. Menunggu Hilang
Menunggu ketiadaanmu
hilang
rasanya lebih lama
daripada menunggu
keberadaanmu
pulang.
– Adi K.
9. Aku Tidak Merindumu
Aku tidak merindumu
itu katamu
setelah
kau menutup pintu.
Aku tidak merindumu
itu kataku
sehari
seminggu
satu
sepuluh
seribu tahun
yang lalu.
– Adi K.
10. Biru
hadirmu selalu melekat
pada mereka yang tak tentu
yang melayang-layang tanpa arah
yang terombang-ambing tak tentu arah
kau adalah apa yang tergores di langit
yang tertumpah di lautan
kau adalah biru
bagi mereka yang tak tentu
– alyazlfkr_
11. Hitam
untukmu
yang tak sanggup merasa
di relung hati remukmu itu
di ambang kedua duniamu
di manapun itu
untukmu aku ada
aku adalah hampa yang kau nikmati
takdir yang tak menunggumu siap mati
aku adalah sang hitam
lukisan takdir yang kau gores
dengan tinta kelam
– alyazlfkr_
12. Merah
yang tak pernah padam
menggelora dalam hampa
menggebu dalam dada
kau adalah nyawa dari pelita
kau adalah merah
yang tak kenal diam terus membara
– alyazlfkr_
Puisi Pendek Estetik 4 Bait
1. Tiada
Tiada pengembara yang tak merindukan
sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada
di balik iklan yang ia baca di perjalanan.
Tiada rumah yang tak merindukan seorang ibu
yang murah berkah, bahkan jika ibu tinggal ada
di bingkai foto yang mulai kusam.
Lebih baik punya ibu daripada punya rumah,
kata temanku yang rumahnya konon baru enam
sementara sosok ibunya belum juga ia temukan.
Ya lebih baik punya keduanya, kata saya,
dan entah mengapa airmatanya leleh perlahan
– Joko Pinurbo
2. Yang Lupa Akan Takdirnya
Aku telanjang berkalang angin
membalut kepedihan dengan dingin.
Sebuah memori yang ingin dihilangkan
tergesa-gesa menjemput kematian.
Perihal cinta dan sisa-sisa luka
yang belakangan ini saling menyapa.
Dan dekap tubuh-tubuh hangat
yang tidak akan pernah lupa akan takdirnya.
– Adi K.
3. Menampik Mimpi
Aku tak butuh mimpi
aku butuh tidur yang lelap
lelap dari segala
lupa akan semua.
Tapi mimpi ini indah sekali
katanya, bernada putus asa
Setengah mengiba.
Aku baik-baik saja, Tuan,
kataku pada penjaja mimpi yang
gigih menawarkan kebahagiaan.
Aku baik-baik saja,
suara-suara semakin mengabur,
menghilang.
– Adi K.
4. Menggagalkan Pagi
Kecupan-kecupan semalam
tak juga pulang ke rumahnya
sementara aku masih
menanam duka di pelupuk mata.
Dadamu begitu hangat
dan tajam,
kenang dadaku.
Mimpi menggagalkan pagi
matahari menyala sia-sia.
Aku masih saja
merindu dan perih
sendiri.
– Adi K.
***
Itulah beberapa puisi estetik yang menarik untuk dibagikan di media sosial.
Baca artikel lainnya di www.99updates.id dan Google News.
Kalau sedang mencari hunian, langsung saja ke www.99.co/id.
Mendapatkan hunian yang sesuai kriteria kini #SegampangItu!
**Referensi:
- K., Adi. (2018). Pada Suatu Hari Aku Tidak Mencintaimu Lagi: Kumpulan Puisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
- Pinurbo, Joko. (2004). Kekasihku: Kumpulan Puisi Joko Pinurbo. Jakarta: KPG
- Khrisna, Brian. (2016). Merayakan Kehilangan. Jakarta: mediakita