Bahasa Pendidikan

16 Puisi Pendek Estetik yang Menyentuh Hati, Dalem Banget!

3 menit

Puisi pendek kerap digunakan di media sosial untuk mengungkapkan isi hati. Curahkan apa yang tengah kamu rasakan dengan membagikan puisi pendek estetik berikut ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi didefinisikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Meski demikian, ada jenis puisi yang tidak terikat oleh sejumlah ketentuan dalam dunia puisi, yakni dikenal dengan puisi bebas.

Di samping itu, perihal jumlah baitnya, tidak ada aturan baku yang mengatur banyaknya bait dalam sebuah puisi.

Ada puisi yang hanya terdiri dari 1 bait, 2 bait, 3 bait, atau bahkan 4 bait saja.

Puisi-puisi dengan jumlah bait sedikit tersebut kerap digunakan untuk mengungkapkan isi hati melalui media sosial karena bentuknya yang ringkas tapi tetap sarat makna.

Puisi Pendek Estetik Cinta

1. Mengupas Luka

Aku menaruhmu terlalu dalam di hati.

Sehingga untuk menghapusmu,

aku seperti menyakiti diri sendiri.

 

– Brian Khrisna

2. Merayakan Kehilangan

puisi brian khrisna

Kita sudah terlanjur jauh,

kenapa harus berhenti sekarang?

Kenapa tidak mencoba menjadi kita yang lebih dewasa?

Bosan bukan berarti harus berpisah, kan?

Mungkin kita hanya butuh kembali ke awal.

Saling mengenal lagi.

Saling mencintai lagi.

 

– Brian Khrisna

3. Meniadakan dengan Senyuman

Kau yang ambil paru-paruku.

Kau juga yang bertanya

kenapa aku tercekik kehabisan udara.

 

– Brian Khrisna

4. Yang Tertinggal

Yang hingga kini sering mengganjal di pikiranku

adalah kenyataan bahwa di bahagiamu sekarang

ternyata sudah tidak ada aku.

Padahal saat ini

kamu masih jadi alasan utama

hilangnya bahagiaku.

 

– Brian Khrisna

5. Kepada Kamu

Seandainya saja kita bertukar tubuh

dan mengerti isi kepala masing-masing,

mungkin sekarang kita masih bersama.

 

– Brian Khrisna

6. Kau Pandang Aku Ada

Aku pergi untukmu.

Bahagiaku ketika bersamamu,

ternyata tak selalu mengartikan

bahagia untuk dirimu.

 

– Brian Khrisna

7. Aku mau Kamu

Aku mau Kamu

Aku mau mencintai kamu, lebih dari masa laluku.

Aku mau mencintai kamu, lebih dari masa lalumu.

Aku mau masa depanku penuh dengan mencintai kamu.

Aku mau masa depanku penuh dengan dicintai kamu.

Aku mau menjaga hatimu.

Aku mau mencintai keluargamu.

Aku mau memanggil Ibumu, Ibu.

Aku mau kau memanggil Ibuku, Ibu.

Aku mau kamu yang mau aku.

Aku mau kamu yang tetap seperti itu.

Singkatnya,

Aku mau kamu.

 

– Brian Khrisna

8. Menunggu Hilang

Menunggu ketiadaanmu

hilang

rasanya lebih lama

daripada menunggu

keberadaanmu

pulang.

 

– Adi K.

9. Aku Tidak Merindumu

Aku tidak merindumu

itu katamu

setelah

kau menutup pintu.

 

Aku tidak merindumu

itu kataku

sehari

seminggu

satu

sepuluh

seribu tahun

yang lalu.

 

– Adi K.

10. Biru

puisi pendek estetik sedih

hadirmu selalu melekat

pada mereka yang tak tentu

yang melayang-layang tanpa arah

yang terombang-ambing tak tentu arah

kau adalah apa yang tergores di langit

yang tertumpah di lautan

kau adalah biru

bagi mereka yang tak tentu

 

– alyazlfkr_



11. Hitam

puisi pendek aesthtetic

untukmu

yang tak sanggup merasa

di relung hati remukmu itu

di ambang kedua duniamu

di manapun itu

untukmu aku ada

aku adalah hampa yang kau nikmati

takdir yang tak menunggumu siap mati

aku adalah sang hitam

lukisan takdir yang kau gores

dengan tinta kelam

 

– alyazlfkr_

12. Merah

puisi pendek estetik

yang tak pernah padam

menggelora dalam hampa

menggebu dalam dada

kau adalah nyawa dari pelita

dan cinta pada manusia

kau adalah merah

yang tak kenal diam terus membara

 

– alyazlfkr_

Puisi Pendek Estetik 4 Bait

1. Tiada

Tiada pengembara yang tak merindukan

sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada

di balik iklan yang ia baca di perjalanan.

 

Tiada rumah yang tak merindukan seorang ibu

yang murah berkah, bahkan jika ibu tinggal ada

di bingkai foto yang mulai kusam.

 

Lebih baik punya ibu daripada punya rumah,

kata temanku yang rumahnya konon baru enam

sementara sosok ibunya belum juga ia temukan.

 

Ya lebih baik punya keduanya, kata saya,

dan entah mengapa airmatanya leleh perlahan

 

– Joko Pinurbo

2. Yang Lupa Akan Takdirnya

Aku telanjang berkalang angin

membalut kepedihan dengan dingin.

 

Sebuah memori yang ingin dihilangkan

tergesa-gesa menjemput kematian.

 

Perihal cinta dan sisa-sisa luka

yang belakangan ini saling menyapa.

 

Dan dekap tubuh-tubuh hangat

yang tidak akan pernah lupa akan takdirnya.

 

– Adi K.

3. Menampik Mimpi

Aku tak butuh mimpi

aku butuh tidur yang lelap

lelap dari segala

lupa akan semua.

 

Tapi mimpi ini indah sekali

katanya, bernada putus asa

Setengah mengiba.

 

Aku baik-baik saja, Tuan,

kataku pada penjaja mimpi yang

gigih menawarkan kebahagiaan.

 

Aku baik-baik saja,

suara-suara semakin mengabur,

menghilang.

 

– Adi K.

4. Menggagalkan Pagi

puisi adi k

Kecupan-kecupan semalam

tak juga pulang ke rumahnya

sementara aku masih

menanam duka di pelupuk mata.

 

Dadamu begitu hangat

dan tajam,

kenang dadaku.

 

Mimpi menggagalkan pagi

matahari menyala sia-sia.

 

Aku masih saja

merindu dan perih

sendiri.

 

– Adi K.

***

Itulah beberapa puisi estetik yang menarik untuk dibagikan di media sosial.

Baca artikel lainnya di www.99updates.id dan Google News.

Kalau sedang mencari hunian, langsung saja ke www.99.co/id.

Mendapatkan hunian yang sesuai kriteria kini #SegampangItu!

**Referensi:

  • K., Adi. (2018). Pada Suatu Hari Aku Tidak Mencintaimu Lagi: Kumpulan Puisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
  • Pinurbo, Joko. (2004). Kekasihku: Kumpulan Puisi Joko Pinurbo. Jakarta: KPG
  • Khrisna, Brian. (2016). Merayakan Kehilangan. Jakarta: mediakita


Alya Zulfikar

Berkarier di dunia kepenulisan sejak 2018 sebagai penulis lepas. Kini menjadi penulis di 99 Group dengan fokus seputar gaya hidup, properti, hingga teknologi. Gemar menulis puisi, memanah, dan mendaki gunung.
Follow Me:

Related Posts