Jika kamu mengunjungi Sumatera Utara, mampirlah ke pulau Nias. Di sana, ada rumah tradisional dengan struktur yang tahan gempa, Sahabat 99. Rumah adat Nias ini dikenal dengan nama Omo Sebua dan Omo Hada.
Daerah sebelah barat pulau Sumatera ini menyimpan banyak bukti sejarah.
Salah satunya dalam bentuk bangunan adat yang masih terjaga tampilannya di Desa Adat Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Bangunan-bangunan ini merupakan bukti kejayaan leluhur masyarakat Nias.
Uniknya, rumah adat Nias yang dikenal sebagai Omo Sebua dan Omo Hada ini tahan gempa, lo!
Rumah Adat Nias, Omo Sebua dan Omo Hada
1. Rumah Adat Nias Omo Sebua
Omo Sebua adalah hunian khusus untuk kepala desa dan biasanya terletak di tengah area pemukiman.
Oleh sebab itu, bangunan yang kerap disebut pula sebagai Omo Nifolasara ini menjadi yang terbesar di kawasan tersebut.
Bangunan ini material utama konstruksinya adalah kayu ulin besar yang kokoh.
Kayu akan ditumpuk melingkar sebagai dinding, lamu kemudian ditutup dengan atap yang menjulang tinggi.
Ketinggian atap bangunan bahkan bisa mencapai 16 meter, Sahabat 99.
Bentuk ini efektif untuk memberikan perlindungan pada rumah saat hujan turun.
Satu-satunya akses masuk ke dalam rumah adalah melalui tangga sempit dengan pintu kecil di atasnya.
Pasalnya, bangunan ini juga memiliki fungsi pertahanan ketika budaya perang antar desa masih sering terjadi.
Hal yang paling unik dari rumah adat Omo Sebua adalah pondasinya yang tahan gempa.
Pasalnya, sebagai pondasi dasar masyarakat Nias menggunakan adalah lempengan batu besar dan balok diagonal untuk memberikan fleksibilitas dan stabilitas.
Ini membuat bangunan aman dari risiko runtuh akibat gempa bumi.
2. Rumah Adat Nias Omo Hada
Berbeda dengan Omo Sebua, Omo Hada berfungsi sebagai rumah tinggal rakyat jelata.
Fungsi ini mirip seperti rumah adat Jawa Barat, Jolopong.
Bentuknya persegi dengan pintu yang menghubungkan satu rumah dengan rumah lain.
Bentuk pintu ini dimaksudkan sebagai tindakan perlindungan, yang memungkinkan warga desa untuk berjalan di sepanjang teras tanpa harus menginjakkan kaki di tanah.
Setiap Omo Hada memiliki enam tiang utama yang menyangga seluruh bangunan.
Empat tiang tampak di ruang tengah rumah, sedang dua tiang lagi tertutup oleh papan dinding kamar utama.
Dua tiang di tengah rumah disebut simalambuo dan berupa kayu bulat yang menjulang dari dasar hingga ke puncak rumah.
Dua tiang lagi adalah manaba yang berasal dari pohon berkayu keras dan dipahat segi empat, sama seperti dua tiang yang berada di dalam kamar utama.
Setiap tiang mempunyai lebar dan panjang tertentu satu dengan lainnya.
Semakin lebar jarak antara tiang simalambuo dengan tiang manaba, maka semakin berpengaruhlah si pemilik rumah.
Perbedaan Rumah Tradisional Nias Tergantung Daerahnya
Tahukah kamu, sebenarnya bentuk rumah adat bisa berbeda tergantung daerahnya.
Pasalnya, Nias terbagi menjadi tiga bagian, yakni wilayah tengah, selatan dan utara.
Setiap wilayah memiliki desain bangunan yang berbeda karena menyesuaikan dengan wilayahnya.
Kurang lebih, berikut beberapa perbedaan yang bisa kamu temukan:
- Rumah adat Nias Utara cenderung lonjong, lengkap dengan atap loteng lebar dan kisi-kisi jendela besar sebagai jalur sirkulasi udara.
- Hunian adat Nias Selatan penataannya menerapkan sistem kompleks pemukiman dan memiliki parit yang dalam sebagai jebakan.
- Rumah adat Nias Tengah bentuknya memanjang tetapi tidak terhubung antar ruangannya, jumlah jendela pun bisa berbeda tergantung posisi hunian.
Fakta Unik Rumah Adat Nias
1. Pengerjaannya Memakan Waktu 4 Tahun
Membangun Omo Sebua ternyata tidak semudah yang kita pikirkan, lo.
Pengerjaan rumah tradisional ini membutuhkan 40 pekerja ahli dan menghabiskan masa empat tahun sampai selesai.
Selama itu, tiap harinya pemilik rumah akan menyajikan dua ekor babi untuk makan para pekerja.
Puncaknya, 300 ekor babi menjadi hidangan utama makan besar saat pembangunan Omo Sebua selesai.
Uniknya, seluruh tengkorak kepala babi ini kemudian menjadi dekorasi interior rumah dan masih ada hingga kini.
2. Konstruksi Rumah Tanpa Paku
Percaya tidak percaya, bangunan tradisional Nias konstruksinya tidak menggunakan paku.
Ini salah satu ciri khas arsitektur Vernakular yang masih bertahan sampai sekarang.
Masyarakat hanya mengandalkan sambungan antar kayu dan ikatan simpul pada konstruksinya.
Oleh sebab itu, bangunan ini sangat ramah lingkungan karena tidak menyisakan material berbahaya jika kamu bongkar.
3. Pondasi Anti Gempa
Rumah tradisional ini berdiri di atas tiang-tiang kayu nibung yang tinggi besar dan beralaskan rumbia.
Tiang-tiang tersebut tidak tertanam ke tanah, dan sambungan antar kerangkanya tidak memakai paku.
Melainkan menggunakan pasak, sehingga membuatnya tahan terhadap guncangan gempa bumi.
Tiang penyangga pun penyusunannya tidak dalam arah yang beraturan, ada yang ke arah atas, bawah, dan samping agar rumah semakin kokoh.
Kemudian ada lempengan batu besar pada pondasi bangunan yang memberikan stabilitas pada bangunan.
***
Semoga informasinya bermanfaat, Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Kunjungi 99.co/id dan Rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu!
Ada banyak pilihan hunian menarik, seperti kawasan Sutera Sawangan di Depok.