Pandemi Covid-19 masih terus menekan perekonomian di Indonesia. Tak hanya itu, sektor properti tampaknya belum akan bangkit dalam waktu dekat. Bahkan menurut survei, hanya rumah bersubsidi yang akan bertahan jika pandemi terus berlanjut.
Sudah lebih dari tujuh bulan performa sektor properti anjlok akibat Covid-19.
Meski pada kuarta III/2020 tingkat penjualan kembali naik, beberapa ahli menyatakan ini bukanlah pertanda sektor properti akan segera bangkit.
Jika pandemi tak kunjung usai, bisa jadi hanya rumah bersubsidi yang akan bertahan di pasaran.
Rumah Bersubsidi Diduga Menjadi Satu-Satunya yang Bertahan
Penjualan di akhir kuartal III/2020 menunjukkan pertumbuhan transaksi properti yang cukup baik.
Akan tetapi, hal ini tak cukup untuk menyimpulkan bahwa sektor properti akan segera bangkit dari keterpurukan.
Situasi Indonesia saat ini dirasa masih belum mampu menumbuhkan kembali performa sektor properti.
Bahkan menurut REI, rumah bersubsidi adalah satu-satunya subsektor properti yang dapat bertahan di tengah kondisi buruk ini.
“Hanya rumah bersubsidi yang mampu bertahan saat pandemi Covid-19,” ujarnya Ketua Umum DPP REI Paulus Totok Lusida dilansir dari bisnis.com.
Hal ini disebabkan oleh dalamnya efek pandemi pada sektor properti dan didukung data penurunan performa berikut:
- Segmen mal turun hingga 85%
- Okupansi hotel turun hingga 90%
- Perkantoran turun hingga 74,6%
- Subsektor rumah komersil turun 50-80%
Sementara di subsektor rumah bersubsidi, antusiasme masyarakat masih cukup tinggi terutama di daerah-daerah.
Oleh sebab itu, subsektor properti ini tampaknya merupakan satu-satunya yang mampu bertahan di tengah pandemi.
Faktor yang Menyebabkan Subsektor Hunian Bersubsidi Mampu Bertahan
Tak hanya antusiasme masyarakat, faktor lainnya yang menyebabkan hunian bersubsidi mampu bertahan adalah realisasi anggaran stimulus.
Perlu diketahui, realisasi anggaran stimulus Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) di subsektor ini mencapai Rp1,5 triliun.
Angka ini cukup besar dan dinilai sangat membantu subsektor hunian bersubsidi untuk tetap diminati masyarakat.
Namun, meski dirasa akan bertahan untuk waktu lama, kinerjanya masih belum menggembirakan.
“Potensi konsumennya berkurang setelah adanya pembatasan segmen bagi profesi karyawan kontrak dan non-fix income di-reject atau dibatasi,” tutur Totok.
Tak hanya itu, ada kendala lainnya berupa keterlambatan teknis layanan perbankan dan terhambatnya proses akad jual beli akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Oleh sebab itu, Totok berharap program Tapera bisa menjadi solusi pendanaan jangka panjang untuk penyediaan modal perumahan.
Agar kedepannya sektor properti bisa lebih cepat pulih dari keterpurukan.
***
Semoga informasinya bermanfaat Sahabat 99.
Simak artikel menarik lainnya di Berita Properti 99.co Indonesia.
Kamu sedang mencari properti untuk investasi masa depan?
Kunjungi 99.co/id dan temukan hunian impianmu.
Ada beragam pilihan properti menarik seperti kawasan Trevista Park.