Kabarnya gedung sarinah di pusat ibu kota Jakarta akan ditutup untuk dilakukan renovasi. Padahal gedung ini termasuk bahan sejarah besar kepunyaan Indonesia. Selengkapnya di sini.
Sejarah Sarinah bukan hanya gedung pencakar langit pertama di Indonesia.
Diantaranya ialah pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan nama Mbok Sarinah yang menginspirasi Soekarno untuk menyematkan pada gedung tersebut.
Kini, satu per satu tenant Sarinah resmi menutup gerainya.
Melansir dari Katadata.co.id, salah satunya adalah McDonald’s Indonesia yang resmi menutup gerainya pada Minggu (10/5/2020) malam.
Selain itu masih ada 33 gerai lain yang tutup menjelang renovasi gedung mulai Juni 2020 secara bertahap.
Direktur Sarina, Fetty Kwartati mengatakan bahwa perusahaan telah lama menimbang renovasi gedung untuk menjaga kekokohan struktur.
Terkait dengan faktor keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup.
Gedung Sarinah berada di Jalan MH Thamrin yang diusulkan dan dikepalai pembangunannya langsung oleh Soekarno pada 17 Agustus 1962.
Soekarno memang diketahui merupakan arsitek lulusan Technische Hoogeschool (sekarang adalah ITB).
Di tangannya, Sarinah diubah menjadi salah satu ikon kebanggaan warga Indonesia.
Sejarah Gedung Sarinah yang Berasal dari Mbok Sarinah
Gedung pencakar langit pertama di Indonesia ini memiliki ketinggian 74 meter yang resmi beroperasi pada 15 Agustus 1966.
Awalnya nama gedung Sarinah adalah PT Departement Store Indonesia.
Namun, Soekarno mengganti nama gedung itu menjadi Sarinah a.k.a Mbok Sarinah seagai bentuk penghormatan kepada sang pengasuh.
Melansir dari Tagar.id, Mbok Sarinah adalah sosok pengasuh yang menemani Soekarno dari kecil.
Mulai dari memberi makan, menemani bermain hingga menjaganya tidur tanpa mendapat gaji seperser pun.
Sumber: kompas.com
“Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak menikah, dia kami anggap sebagai anggota keluarga.  Dia tidur dengan kami, tinggal bersama kami, memakan apa yang kami makan, tetapi dia tidak mendapat gaji sepeserpun,” dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, karya Cindy Adams.
Dalam buku itu pula Bung Karno beberapa kali menyanjung Sarinah layaknya wanita yang berkelas, tanpa sedikitpun merendahkan jabatannya.
Bahkan dia juga tidak menutup-nutupi kalau sebagian karakternya juga terinspirasi oleh Sarinah.
Sosok perempuan desa tersebut memberi gambaran Soekarno tentang perempuan ideal Indonesia.
Seorang perempuan yang mengerti bahwa nasibnya terletak pada tangannya sendiri, dan juga bahwa perempuan harus ikut berperan aktif agar berguna bagi kehidupan banyak orang.
Baca Juga:
Berani Baca? Ini 5 Kisah Seram Menara Saidah dan Penampakan Isi Gedung yang Jarang Terekspos
Kontroversi Sarinah
Pada tanggal 10 April 1979, gedung Sarinah resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero) dan menjadi bagian dair Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Aktivitas bisnis yang dilakukan di gedung Sarinah tak hanya industri ritel, ada pula pebisnis yang melakukan ekspor dan impor.
Padahal tujuan presiden pertama Republik Indonesia itu adalah untuk memberdayakan usaha masyakat kecil, menengah dan atas di satu tempat.
Mulai dari pengrajin batik, koperasi, hingga desainer busana ternama tingkat nasional bisa bertransaksi di gedung Sarinah.
Sumber: histeria.id
Selain itu, tujuan didirikannya Sarinah untuk memenuhi kebutuhan rakyat agar mendapatkan barang-barang murah dengan kualitas yang berkualitas.
Namun, niat baik Soekarno itu tak sejalan dengan takdir keadaan pasar.
Di akhir pemerintahan Soekarno, ekonomi Indonesia mengalami titik nadir.
Hal itu ditandai dengan daya beli masyarakat yang sangat lemah.
Sehingga, pengelola gedung Sarina harus mengacu pada hukum pasar, di mana yang menguntungkanlah bisa menguasai pasar.
Satu demi satu pedagang kecil harus keluar dari persaingan dagang di sana.
Baca Juga:
5 Bangunan Pertama Indonesia yang Mendobrak Sejarah
Semoga artikel di atas bisa memberikan kamu informasi, ya.
Temukan info menarik lainnya dalam Berita Properti 99.co Indonesia.
Kamu sedang mencari harga rumah murah? Temukan di 99.co/id.
