Meski dibangun di lahan terbatas, taman vertikal di Maha House punya peran yang besar di dalam rumah. Menariknya, cara merawat tanaman relatif mudah!
Berlokasi di Pusat Kota Denpasar, Maha House berhasil mencuri perhatian banyak orang karena penampilannya yang menarik.
Secara garis besar, Maha House adalah rumah dengan konsep industrial yang menginjeksikan elemen tropis dan memberikan sentuhan budaya lokal Bali.
Dari luar, Maha House memang benar-benar beda dan menarik. Kamu bisa melihat gambar rumah selengkapnya lewat akun Instagram: @maha.house.
Tak hanya di bagian luar, ternyata di bagian dalam rumah Maha House pun sama menariknya.
Salah satu hal yang menarik itu karena adanya sebuah taman vertikal kecil yang berdampingan dengan area berkumpul keluarga.
Walau ukurannya kecil, tapi taman vertikal tersebut ternyata punya pengaruh besar ke dalam rumah.
Hal tersebut diungkapkan oleh pemilik rumah sekaligus arsitek dari Maha House, Putu Mahardika.
Lewat wawancara dengan Berita 99.co Indonesia, Putu menjelaskan proses pembuatan, cara merawat, sampai tips khusus jika kamu ingin punya taman vertikal di rumah.
Ingin tahu penjelasan Putu selengkapnya? langsung simak artikel berikut!
Serba-serbi Taman Vertikal di Maha House
1. Alasan Memilih Taman Vertikal
Di setiap jengkal rumah Maha House, Putu tampaknya memerhatikan betul banyak detail.
Wajar, sebab Maha House adalah rumahnya bersama keluarga; ia ingin punya hunian yang sangat nyaman.
Namun, kenapa Putu memilih taman vertikal di area inner court?
Putu punya alasan konkret, salah satunya taman tersebut bisa meningkatkan kesegaran ruangan dan pasokan oksigen.
Dikatakan pula, bila taman jenis ini cocok dibuat walau lahan yang tersedia sedikit.
“Buat kami, taman berbentuk vertikal ini adalah solusi untuk memiliki taman di lahan kami yang terbatas. Jumlah tanaman yang cukup padat dan relatif banyak sangat efektif dalam menyaring udara alami, meningkatkan kesegaran ruangan karena meningkatkan pasokan oksigen, dan tentunya membuat suasana rumah jadi lebih sejuk dan asri,” ungkap Putu belum lama ini.
2. Proses Pembuatan
Bagi kamu yang tertarik membangun taman serupa di rumah, Putu yang merupakan arsitek membocorkan proses pembuatannya.
Dengan area yang terbatas, 3×3 meter, ia mampu membuat sebuah taman yang cantik.
“Taman vertikal kami berukuran 3×3 meter. Berada di samping communal area (living-dining-kitchen area). Untuk media tanam, terdiri atas 3 lapis: rangka/frame, plastik pelindung/plastik UV, dan kain alas/karpet geo-textile,” jelas Putu.
Mengenai media tanam yang terdiri 3 bagian atau lapis, Putu merincinya sebagai berikut:
- Rangka frame: merupakan rangka dasar dari besi hollow 4×4, dicat hitam agar tidak berkarat lalu direkatkan pada dinding bangunan.
- Plastik UV berfungsi untuk melapisi kain alas/panel tanam dan melindungi dinding dari rembesan air dari sistem irigasi taman.
- Karpet geotextile: merupakan lapisan terluar yang berfungsi sebagai panel tanam dan penahan air untuk tanaman.
3. Proses Perawatan
Kamu mungkin mengira, jika taman vertikal memerlukan perawatan khusus.
Hal tersebut, benar adanya. Terlebih soal pemilihan tanaman.
“Untuk tanaman yang kami pakai, merupakan hasil diskusi dengan vendor. Hal-hal perlu diperhatikan dalam menentukan jenis tanaman yang dipakai adalah: intensitas sinar matahari, kelembaban, suhu, dan angin di lokasi taman. Pada intinya, perlu dipastikan bahwa tanaman yang dipilih bisa hidup di lingkungan/lokasi taman nanti,” urai Putu.
Akan tetapi untuk proses perawatan, secara garis besar sama dengan merawat tanaman pada umumnya.
Walau ada perawatan tambahan karena taman yang dibuat menggunakan sistem khusus.
“Seperti halnya merawat tanaman pada umumnya, perlu dilakukan pemupukan dan pembersihan daun layu/kering secara rutin. Karena kami membuat sistem irigasi/penyiraman otomatis, perawatan tambahannya ada pada perawatan bagian-bagian dari sistem, misalnya perawatan sistem selang nozzle dan sistem timer-nya,” lanjut Putu.
4. Tantangan yang Datang
Putu kemudian membagikan hal-hal yang harus diperhatikan atau tantangan jika kamu ingin membuat taman vertikal.
Pertama, perihal pemilihan tanaman karena kondisi rumah setiap orang pasti berbeda.
“Tantangannya nanti pada pemilihan tanaman. Kondisi lingkungan dari setiap lokasi dibuatnya vertikal garden akan berbeda-beda dan unik kondisinya di tiap-tiap rumah. Untuk itu pada masa garansi, dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengamati dan menganalisa tanaman-tanaman mana yang paling pas dan bisa hidup di lokasi kita,” terang Putu.
Kedua, soal frekuensi penyiraman karena bila kamu memakai sistem penyiramannya yang otomatis, ada hal-hal yang wajib diperhatikan.
“Maka kita harus cermat dalam menentukan frekuensi penyiraman yang sesuai dengan kondisi lingkungan taman. Perlu pengamatan yang reguler untuk memastikan apakah tanaman kita sudah mendapatkan cukup air, atau apakah mengalami kebusukan karena terlalu banyak menyimpan air, atau apakah justru kekeringan karena kekurangan air. Kita mungkin dapat amati persoalannya dari perubahan fisik daun, atau bisa dengan mengkonsultasikannya dengan vendor tanaman.”
Jika kamu sanggup menjawab tantangan tersebut, taman vertikal di rumah akan punya peran yang besar di dalam sebuah hunian.
“Yang kami rasakan, fungsi taman vertikal ini sangat vital bagi rumah. Sejak dibuatnya taman vertikal di inner courtyard MH, rumah menjadi lebih sejuk dan udara terasa segar,” tutup Putu.
***
Semoga bermanfaat, Property People.
Baca tips menarik lainnya di Berita.99.co.
Kamu pun dapat membaca informasi terbaru dari Berita 99.co Indonesia lewat Google News.
Royal Clove Kolonel Masturi merupakan hunian menaik yang mengusung konsep tropis di daerah Cimahi.
Lekas cari tahu informasi lebih lanjut di www.99.co/id dan Rumah123.com karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Cek sekarang juga!
***Sumber foto: dokumentasi pribadi/Instagram @maha.house