Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Bali mengatakan beragam bencana alam di Pulau Dewata disebabkan oleh beragam pembangunan infrastruktur. Ini berita selengkapnya!
Melansir dari okezone.com, masih banyak proyek infrastruktur di Bali yang dibangun tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan.
Menurut Walhi Bali, hal tersebut menyebabkan banyak kawasan di Pulau Dewata menjadi terkena banyak bencana alam.
Ada beragam proyek yang menurut Walhi memiliki andil besar dalam mengubah alih fungsi lahan.
Simak berita mengenai proyek infrastruktur yang menyebabkan beragam bencana alam di Bali di sini!
Walhi Bali Sebut Proyek Infrastruktur Ubah Alih Fungsi Lahan
Melansir dari okezone.com, Direktur Eksekutif Walhi Bali, Made Krisna Dinata, menyebutkan infrastruktur yang masif bisa merusak lingkungan.
“Alih fungsi lahan terjadi sangat signifikan, yang disebabkan oleh pembangunan infrastruktur yang atraktif,” kata Direktur Eksekutif Walhi Bali, Made Krisna Dinata, dilansir dari okezone.com, Rabu (19/10/2022).
Menurut Krisna, kini banyak lahan di Bali yang berubah fungsinya.
Contohnya, lahan yang dulunya pesawahan, subak, atau irigasi, kini diubah menjadi bangunan besar.
Padahal, lahan tersebut dulunya memiliki fungsi sebagai saluran irigasi dan mendistribusi air, dan turut menjaga sekaligus mengatur sistem hidrologis air.
Dengan demikian, kini air hujan tidak bisa diserap oleh tanah atau dialirkan dengan baik sehingga pada akhirnya membuat beragam kawasan di Bali kebanjiran atau longsor.
Proyek Tol Diklaim Bisa Mengancam Lingkungan Bali
Krisna pun menjelaskan, salah satu proyek infrastruktur yang menurut Walhi Bali sangat mengancam lingkungan Pulau Dewata.
Proyek tersebut adalah tol Gilimanuk-Mengwi yang ditargetkan akan selesai pembangunannya pada tahun 2028.
Menurut Krisna, sebanyak 1300 hektar lahan akan beralih fungsi menjadi jalan tol.
Dari 1300 hektar tersebut, sebesar 480,54 hektar di antaranya merupakan area pesawahan.
Tak hanya itu, Krisna pun menjelaskan bahwa tol ini menghilangkan 98 titik subak atau irigasi.
Hilangnya subak tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan budaya Bali.
Krisna mengatakan, satu hektar sawah bisa menampung sebesar 3000 ton air.
Jika 480,54 hektar sawah diganti menjadi jalan tol, maka akan ada 1.441.620 ton air yang tidak akan mengalir ke pesawahan.
Hal tersebut bisa mengakibatkan beberapa kawasan di Pulau Dewata berpotensi besar mengalami kebanjiran dan longsor.
Oleh karena itu, Walhi Bali menyimpulkan bahwa banjir dan tanah longsor di Bali disebabkan oleh tata kelola lingkungan yang tidak baik.
“Banyak lahan dikonversi menjadi infrastruktur sehingga merubah bentang alam yang ada,” ujar Krisna.
***
Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, Property People.
Temukan beragam artikel menarik lainnya hanya di Google News Berita 99.co Indonesia.
Tak lupa, kunjungi www.99.co/id dan Rumah123.com yang selalu #AdaBuatKamu untuk menemukan hunian impian.
Ada berbagai penawaran properti menarik seperti kawasan Citra Maja Raya.